Tren Frugal Living di tengah Gempuran Barang-Barang Murah

 

Assalammualaikum Pembaca Budiman. Harus hemat! Begitu kalimat yang terniang kalau lagi tanggal tua tapi keinginan untuk beli ini itu mencuat. Apalagi bertepatan dengan Harbolnas alias Hari Belanja Nasional. Banyak diskon bertebaran, gratis ongkir, cashback dan masih banyak lagi yang bisa menggoda iman. Bener gak tuh? Padahal kampanye frugal living terus berjalan. Eh kok diuji dengan hal-hal yang bisa membuat goyah. Haha. Yuk mari bahas yang seru-seruan di Desember ini. Mumpung mendekati akhir tahun, tentu banyak penawaran yang menggiurkan dan alangkah baiknya jika membahas mengenai hal ini. 

Pembaca Budiman pasti sering dengar mengenai tren frugal living, ya kan? Sedikit banyak pasti ngerti maksudnya gimana? Sebenernya frugal living hampir sama dengan artikel yang pernah aku upload sih. Berkaitan dengan gaya hidup, tapi ini lebih fokus ke cara mengatur finansial, tips dan trik agar tidak boncos sebelum gaji datang. Dengan tujuan untuk mencapai finansial lebih baik. Buat yang penasaran silahkan dibaca disini.

Aku sendiri menyakini jika sejauh ini kami a.k a aku dan suami sudah menerapkan frugal living versi terbaik dari sudut pandangku. Inget ya Pembaca Budiman, karena ini sifatnya opini jadi ada baiknya tidak menyamaratakan frugal living versiku dan versimu. Gaya hidup yang kami terapkan sudah kami putuskan secara matang-matang sebelum menikah meskipun setelah menikah juga beberapa kali revisi. Beberapa poin memang sengaja kami eliminasi dari list, namun beberapa tetap kami pertahankan.

Baca Juga: Hobi Masak yang jadi Cuan

Frugal living mengacu pada gaya hidup hemat, lebih tepatnya, menyadari bagaimana mengatur finansial untuk lebih fokus pada hal terpenting. Bagi seseorang yang menerapkan Frugal living tentu memiliki tujuan yang ingin dicapai untuk jangka waktu yang lama begitu pula dengan kami. Perlu digaris bawahi, saat tujuan sudah tercapai tidak berarti gaya hidup menjadi loss control atau boros. Enggak begitu prinsipnya.

Aku dan Mas Bojo sepakat untuk menerapkan Frugal living ala kami. Kami menganggap jika Frugal living adalah solusi ditengah maraknya keinginan dan kebutuhan yang kami inginkan dibandrol dengan harga yang tidak murah. Gaya hidup hemat yang kami maksud adalah kehidupan sederhana, tidak pas-passan tidak juga berlebihan. Selalu ada tabungan untuk kehidupan jangka panjang namun tidak terlalu ketat hingga banyak hal yang ditiadakan. Kami masih bisa menikmati kehidupan dengan bercanda ria tidak hanya di rumah, mengunjungi tempat yang membuat mood lebih fresh, ataupun liburan yang mungkin bisa dilakukan setidaknya satu tahun sekali.

Contoh kecilnya, untuk makan, aku lebih memilih untuk memasak setiap hari daripada membeli termasuk untuk bekal suami. Sesekali mungkin iya, anggap aja seminggu sekali saat kami tidak mudik kerumah orang tua/mertua. Tujuannya pun sekalian jalan-jalan keluar rumah di akhir pekan. 

Sebagai perancang keuangan rumah tangga atau menteri keuangan yang disematkan oleh Mas Bojo. Aku diberi mandat untuk bisa mengatur keuangan sebaik mungkin. Kami berdua sadar jika ada prioritas di atas keinginan impulsif kami masing-masing. Ada tujuan bersama yang telah kami tentukan dari hasil  diskusi panjang. Jadi, sebisa mungkin kami menekan keinginan konsumtif yang sebetulnya tidak perlu.

Banyak yang beranggapan jika Frugal living ini identik dengan pelit, perhitungan dan lain sebagainya. Apalagi tim “pinjam dulu seratus” yang tidak mendapatkan respon baik. Iya aku sangat yakin tidak sedikit yang mendapatkan julukan seperti itu. Alih-alih tidak meminjamkan nominal tertentu karena alasan tertentu, Alhasil dengan entengnya memberikan sindiran pelit. Semisal sang oknum tahu jika kehidupan si penyedia keuangan dilihat dari sudut pandangnya berkecukupan, tidak banyak mengeluh di sosial media, hidupnya penuh tawa. Sering upload story berupa makanan enak, tempat wisata hits, ataupun barang-barang baru. Sehingga dia berpikiran jika layak dirinya meminjam beberapa rupiah orang tersebut.

Sekali lagi konsep Frugal living ini tendensinya adalah hemat. Memiliki common of sense untuk membelanjakan uangnya di jalur yang tepat. Bisa jadi, alasan kenapa dia tidak banyak mengeluh mengenai kondisi keuangannya karena memang dia bukan tipe orang seperti itu. Dan lagi, yang diupload bisa jadi adalah hasil dari menerapkan kehidupan hemat, yang dia lakukan setelah menabung berbulan-bulan, ataupun bertahun-tahun.

Dilanjutkan pertanyaan yang terdengar ketus “kenapa harus diupload kalau gak mau kasih pinjam?” Nah ini nih yang bahaya. Menurutku sendiri maksud dari tujuannya upload bisa jadi sebuah kebanggaan bahwa dirinya berhasil berada di titik tersebut. Lalu mendorong orang lain, supaya termotivasi untuk berlaku demikian tanpa bermaksud untuk pamer. Sayangnya bagi Si Oknum, itu adalah bentuk flexing  tanpe menerima penjelasan lebih jauh. Jika sudah demikian, apa yang sebaiknya dilakukan? Saranku tetap memberikan pengertian, terlepas dia menerima alasan tersebut atau tidak. Karena balik lagi, kita tidak akan bisa mengontrol apa yang orang pikirkan. Meskipun alasan yang kita berikan masuk akal. Inget ini contoh kasus, yang kadang aku juga alami sih. Hehe.

Mengingat ini tentang frugal living yang telah aku jalani selama beberapa tahun belakangan. Setidaknya aku ingin berbagai tips untuk Pembaca Budiman yang ingin tahu atau sedang mencari cara untuk bisa konsisten menerapkan frugal living. 

Collect Semua Penghasilan Rutin Perbulan

Hal pertama yang aku lakukan adalah menyatukan penghasilan, entah itu dari Mas Bojo ataupun dari bisnis onlineku sendiri. Hal ini menurutku perlu untuk tahu kisaran jumlah yang kami dapat perbulan. Namun, untuk yang benar-benar menganut uang suami adalah uang istri, dan uang istri tetaplah menjadi uang istri. Kamu bisa memulai dari menjabarkan penghasilan suami untuk kebutuhan apa aja. Sedangkan uangmu istri, bisa digunakan untuk investasi ataupun modal tanpa mengganggu keuangan keluarga.

Tentukan Tujuan Finansial Jangka Panjang

Setelah berkeluarga, di awal pernikahan kami memutuskan untuk mencari kos-kosan. Istilah kerennya kontrakan yang dibayar perbulan. Setelah genap satu tahun, kami memutuskan pindah dan mengkontrak pertahun di Mojokerto. Melihat kondisi Mojokerto dengan biaya hidup yang kami anggap murah, kami memutuskan untuk membeli sebuah lahan di area pinggiran namun masih dekat dengan jalan raya. Mengenai fungsi lahan tersebut, rencananya kami akan mendirikan rumah yang sesuai dengan konsep yang kami impikan. Sedangkan untuk proses pembangunannya dapat dilakukan bertahap sesuai dengan ketersediaan tabungan.

Konsisten Membuat Alokasi Anggaran Setiap Bulan

Setelah tujuan finansial tergambar, saatnya membuat alokasi anggaran berdasarkan jumlah pendapatan. Nah part ini harus telaten sih. Wajib banget dilakukan setiap bulan. Anggaran terplot dengan baik termasuk di dalamnya, cicilan, kebutuhan pokok, dan tabungan.

Tahan! Jangan FOMO

Aku juga pernah membahas perihal FOMO ini, kamu bisa temuka versi lengkapnya di sini ya. Perkembangan teknologi membuat kita jadi melek tentang dunia luar dan keajaibannya. Contohnya barang-barang receh yang tak bisa dipungkiri pesonanya. Betul apa betul nih? Tapi untuk kamu yang menerapkan Frugal living, plis jangan terpedaya dengan tren atau hal-hal baru yang sedang marak diperbincangkan. Hanya karena takut ketinggalan tren supaya tidak disebut kudet atau ketinggalan jaman, kamu bersedia menghambur-hampurkan uang untuk kesenangan semata. Hal itu akan membuat finansialmu berantakan, Pembaca Budiman!

Bandingkan Harga Barang Sebelum Membeli

Frugal living juga mengharuskan Pembaca Budiman untuk sering-sering melakukan riset sebelum melakukan pembelian.  Ada baiknya lakukan perbandingan harga terlebih dahulu, bisa dibeda toko, beda e-commerce kalau emang akan melakukan pembelian online. Gak kalah penting, mengingat sekarang persaingan harga barang semakin ketat, kamu juga bisa memanfaatkan gratis ongkir, cashback, diskon, tapi ingat, pastikan barang yang dibeli sesuai dengan kebutuhan ya.

Seperti kata pepatah, bersakit dahulu bersenang-senang kemudian. Itu juga bisa menggambarkan kehidupan frugal living loh Pembaca Budiman. Yang penting konsisten dan yakin, jika cermat mengelola keuangan, tujuan finansialmu akan tercapai. Bagi Pembaca Budiman yang sudah melakukan tren ini, kalian hebat dan untuk yang akan memulai. Semangat kalian pasti bisa!  Have a nice day!

 

 

Komentar

  1. Kayaknya konsep ini pas di kluarga kecilku deh mbk, mungkin dulu istilah ini belum ada bahkan saya belum pernah denger, tapi prinsipnya hidup sedehana dan hemat tapi nggk mengorbankan kebahagiaan gitu deh, itu aku juga terapin dalam kluarga kecilku saat baru menikah, sampai sekarangpun kayaknya masih walaupun gak terlalu saklek amat, maklum kebtuhan hidup makin mahal, kalau gak pinter "ngatur ,gak kebayang deh gimana nantinya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. waah iya kah mba. Frugal living ini emang solusi tepat saat inflasi rupiah sudah gila-gilanya. Hehe. Kalau ga pinter-pinter atur keuangan udah nyasar mungkin ya, lajur keuangannya.
      Semoga ttp istiqomah untuk hidup hemat, tanpa sambat gegara harga barang sudah diluar nurul. Hehe

      Hapus
  2. Dulu saya juga punya konsep seperti itu
    tapi kian kemari, saya semakin keluar dari konsep
    entah kenapa, setiap apa yang saya impikan itu kadang meleset jauh
    sehingga saya tak begitu punya keinginan yang menggebu
    yang penting setiap hari saya menikmati kehidupan ini
    Dan harus siap melepaskan apa yang sekiranya tak perlu
    Tangan tak boleh terlalu menggenggam

    BalasHapus
    Balasan
    1. salah satu ujian hidup untuk menerapkan frugal living, ya gitu mas. Kadang di plot untuk A eh kepake untuk B, itupun terpaksa karena memang butuh.
      Tapi gpp, kalau sekarang lebih memilih untuk let it flow, yang penting smuanya sudah dipikirkan matang-matang. Semangatt!!

      Hapus
  3. Noted banget, meski ini sekadar opini pribadi kak Dian, tp cocok untuk diterapin sama kita² yang memang pengin punya hasil baik di waktu medtang. Meski susah sh kwkww tapi bisa dicoba. Minspiratif banget ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya betul mba, disclaimer di awal biar tidak tumpang tindih. Hehe

      Alhamdulillah kalau ternyata menginspirasi kak Keza.

      Hapus
  4. waduh,barusan juga nulis frugal living ternyata di blog mbak dian udah super komplit...huhu jadi minder daku..wkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lho lho lho.. aku wajib baca nih, beda orang biasanya beda pemikiran mba Enny, apapun itu kalau niatnya hidup berhemat aku dukung! Hehe

      Hapus
  5. Frugal living, Minimalist, Kon Mari...sekarang banyak trend gaya hidup yang lumayan bisa menghentikan semangat konsumerisme. Saya amati konsep-konsep tersebut memang agak sulit diterapkan di Indonesia yang memiliki budaya maksimalis tapi mengapa tidak. Saya ambil jalan tengah mencoba essentialism, tidak seekstrim frugal dan minimalis, intinya boleh beli barang bagus atau apa cuma yang esensial.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, semakin jaman berkembang akan terus ada istilah baru yang pada intinya juga sama hemat. Tidak terlalu menjadi manusia yang konsumtif dengan barang-barang yang tidak penting tapi karena tren jadi dibeli.

      Hapus
  6. Hali mba Dian, salken ya...
    Terima kasih sdh mampir di rumah ku🤗

    Mengenai frugal living ini dulu aku pernah terapin, memang aga susah ya, tapi paling ngga aku udah mencobanya. Ini perlu efort yg ya cukup sulit utk diterapkan dlm kehidupan. Meskipun sekarang jg nggak jor-joran dlm memenuhi keinginan.
    Terkadang memang kelepasan...selalu saja ada pemborosan😊

    Tx ya mba, tulisannya. Lengkap banget😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah thankyou Mb Ike sudah mampir dan ngasih pendapatnya di sini. Senang sekali :)

      Awal-awal emang terseok sih, Mba tapi lambat laun udah mulai pro untuk oper dan menjalankan misi hidup hemat, meskipun kadang tujuannya agak lebih lambat dari yang diperkiraan.

      Hapus
  7. Membaca konseo tentang frugal living ini sangat bagus kalau dapat diterapkan dan dijalani secara konsisten, Mbak.

    Terus terang saya baru mengenal konsep ini belakangan saja, zaman saya muda hanya diingatkan oleh orang tua untuk menabung. Sesederhana itu.

    Sukses dengan penerapan frugal living dalam keluarganya ya Mbak.

    Salam,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul pak, usaha konsisten juga mengalami ujian yang ga enteng. Hehe.

      Wah iya, sebelum ada kata frugal living, jaman saya kecil dulu sekitar tahun 2000-an awal, di sampul buku sekolah selalu ada tulisan "hemat pangkal kaya, rajin pangkal pandai" Seolah menjadi pengingat sejak dini.
      Mungkin karena jaman sudah berkembang istilahnya di persingkat jadi frugal living kali ya. hehe

      Hapus
  8. Frugal Living, baru dengar istilah ini. Tapi kalo uang sedikit mau tak mau harus frugal Living agar cukup untuk sebulan sampai gajian datang.

    Yang susah kalo duit banyak dan main sosmed. Lihat tas bagus kepengen, ada yang jual baju pengin.😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. istilah jaman sekarang kok mas, jaman dulu mah, cuma suruh hidup hemat sebelum gajian datang lagi. Hehe

      Nah itu penyakit tuh, hehe karena penghasilan banyak, lalu sering scroll jadi lapar mata, ada promo dikit beli. Padahal barangnya ga dbutuhkan banget, banget, banget.

      Hapus
  9. Kok blognya ga bisa diliat versi mobile Mba? Biasanya Mbul blogwalking pake henpon hehehe

    sekarang banyak betul istilah istilah ya, jujur aja mbul ini masuknya generasi masa kini tapi ga tau istilah istilah tersebut mba, soalnya jarang ngikutin perbincangan di sosial media...anaknya ku ga sosmedan...cuma ngeblog doang itupun cerita receh soal masakanku aja hahahha

    tapi baca komen mas djangkaru bumi rada setuju, ga perlu terlalu saklek nanti malah spaneng...hidup dibikin enjoy tapi bertanggung jawab...gitu aja sih kalau aku mah
    ...ngalir aja..tapi tentunya dah tau lah dasar dasar hidup hemat tuh kayak apa...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Loh iya kah mbaa? Soalnya aku juga buka kadang dr HP :(

      Sekarang jadi tahu kan ya mba istilah frugal living, hehehe. Gpp aku juga senang cari inspirasi masakan, salah satunya dari tulisan Mba. Hehe

      Untuk gaya hidup sebenernya tanpa ada istilah frugal living, dll memang harus bener-bener sesuai dengan kemauan hati sih, takutnya kalo memaksakan juga ga bagus.

      Hapus
    2. Ya mba jadi kalau aku baca dari hp font di webnya mba kecil kecil banget
      iya mba saya dan suami juga punya prinsip menabung jika ada kebutuhan selalu beli cash. Jadi kalau pengen beli sesuatu jika belum ngumpul ya ga beli. sesimpel itu.

      Hapus
  10. Halo Mbak Dian, kayaknya emang harbolnas sengaja diciptakan untuk membuat keranjang banyak orang jebol biar kalap belanja haha... tapi untuk orang2 yang emang udah antisipasi ini, harbolnas bisa dilalui dengan baik2 saja tanpa kalap belanja. Saya dulu juga hobi banget mbak belanja online, tapi akhir-akhir ini udah bener2 bisa ngerem pengeluaran belanja online dengan baik, karena emang banyak barang yang dibeli akhirnya nggak bener-bener kepake

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ibaratnya Harbolnas "jembatan" orang untuk segera menemukan barang yang dipengen dengan cara dan syarat yang ringan ya mas. Jadinya banyak yang lari ke kebiasaan online ketimbang datang ke pasar.

      Hapus
  11. Semasa muda saya sangst sulit menahan diri untuk membeli barang2 kesukaan. Alhamdulillah seiring bertambahnya usia, selera tersebut telah tenggelam

    BalasHapus
    Balasan
    1. Begitukah bu? tapi dipikir-pikir lagi benar juga. Hehe. Kalau flashback ke diri saya dulu kayaknya begitu. Selama ada uang ini beli, itu beli. Hehe

      Hapus
  12. Terjma kasih infonya,saya baru tau apa itu frugal living
    Saya dulunya tau brutal living hehe
    Nice info artikelnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Barbar konsep yang dipakai dijaman dulu ya mas. Hehehe

      Hapus
  13. Aku juga lagi mulai belajar frugal living nih mbaa.. sebagai perpanjangan tangan dari minimalism sih sebenernya. Jadi nggak terlalu effort krn sudah biasa minimalis, sellau menerapkan mindfulness saat membeli barang. Nggak pengen menimbun barang2 yang bakal tidak tersentuh, dan waspada promo diskonan hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. hidup frugal living ini kadang jga nahan segalanya, jadi pikir 2x untuk beli barang-barang yang kita penginin yaa. Semangat untuk istiqomah frugal living ya mba.

      Bener, godaan terbesar untuk hidup hemat itu, ketika diskon gila-gilaan mencuat, tanggal kembar, payday, birthday sale dan semacamnya.

      Hapus
  14. Saya takt ahu nak describe saya ini jenis yang bagaimana… ada kala memang sukar untuk menahan diri untuk membeli barangan kesukaan. Paling parah, sampai tahap teringat-ingat dan akhirnya ‘terpaksa’ juga membelinya hahahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena selalu terbayang-bayang kalau barang itu menggiurkan, jadinya "dipaksa" untuk beli oleh pikiran ya Mba Anies.. Heheh

      Tapi selama barang itu digunakan sebagai mana mestinya, rasanya masuk kategori pemakluman. Hehe

      Hapus
  15. Tapi sekarang, saya cuba kawal nafsu. Kadang saya cuba ingatkan diri yang, kalau saya beli macam-macam, nanti tiada duit untuk travel hahahahaha

    BalasHapus
  16. Artikel yang bagus mbak dian. Frugal living memang perlu diterapkan. Pernah aku baca sebuah tulisan yang membahas tentang frugal living. Mereka bercerita bahwa melakukan frugal living dengan cara mengalihkan beberapa pos pengeluaran untuk investasi. Baik itu investasi ilmu, aset, dan yang lainnya. Seiring berjalannya waktu, aset itu akan berkembang dan memberikan hasil. Jadi alih-alih menyimpan aset, banyak orang yang memilih untuk mengembangkan aset mereka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mas, artikel yang memuat frugal living ini sudah banyak, pemaknaanya juga bervariasi tergantung yang baca dan yang menerima.
      salah satu hal tepat juga berinvestasi (untuk jangka panjang) tapi hal ini juga sulit untuk dipertahankan karena banyaknya "godaan". Hehe

      Hapus
  17. Maunya sih punya manajemen keuangan seperti ini. Tp terkadang suka khilaf. Apalg kalo liat barang2 yg menarik perhatian. Haduuuh, gampang2 susah menahan keinginan utk beli. 😁😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setidaknya dari niat sudah baik ya. . Hehe, kalau memang hemat belum bisa terlaksana dengan baik, setidaknya tidak keteteran gitu kan ya. Yang susah emang menahan nafsu untuk ga beli ini itu yang lagi ada potongan gede.

      Hapus
  18. Helloo mba
    salam kenal.
    aku nurul yg suka RAMEN MASTER 🍜🍜🍜

    Smoga kita bs silaturahmi yaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai mbaa, seneng banget bisa dapat feedback langsung. Padahal baru hari ini komennya.

      Amiin amiin Mbaa. :)

      Hapus
  19. Sejujurnya sejak kecil saya terbiasa frugal living terpaksa wakakaka.
    Sampai besarpun sama.
    Mungkin emang rezeki duitku yang terbatas.
    Sisi baiknya, saya jarang diminta pinjaman duit dari orang lain, apalagi keluarga :D
    Ini penting banget, karena diriku orangnya ga enakan :D
    wakakakakak.
    Tapi jujur ya, saya iri dengan orang-orang yang pinter nabung.
    Saya mah, kalau masalah merencanakan sesuatu, jago banget.
    Tapi nyatanya pelaksanaannya selalu ancur.
    Kadang tuh duit udah disisihkan, adaaaa aja pengeluaran tak teduga

    Ampyun dah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dari keadaan yang membuat kita harus (pake caps lock) "frugal Living" sejak dini ya mba..
      Sempet sepemikiran sih mba, kok bsa ya orang-orang itu kalau nabung gede-gede, uangnya dari mana coba, ehh keliru penghasilnya banyak banget sih, gak punya kebutuhan kali ya.Tapi balik lagi, rezeki sudah ada yang atur, Haha. Nabung dikit atau banyak tergantung penghasilan emang. Yang panting bersyukur gitu aja sih sekarang.

      Hapus
  20. Aku ga yakin apa selama ini melakukan frugal living atau ga. Krn dibilang hemat banget, ya ga.. tapi juga jarang membeli barang yg ga dibutuhkan. Krn toh konsep frugal living membeli sesuatu yg dibutuhkan saja kan ya? Dan lagi aku tipe yg kalo beli sesuatu, pasti maunya yg berkualitas, jarang cari murah. Sbnrnya supaya awet dan ga sering beli.

    Tapi aku susah utk hemat saat sedang traveling mba. Pasti koper bisa nambah saking banyak shopping. Hanya saja itu berlaku saat sedang ke LN. Mikirnya juga Krn mumpung di sana, dan ga sering2 pergi kan 😅.

    Balik Indonesia, ya back to track lagi belanjanya 😄. Makanya msh galau, caraku bisa disebut frugal living atau ga 😅

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tergantung keyakinan mba. Karena frugal living ini hanya mendefinisikan hidup hemat. Membeli brang seperlunya. Kalaupun membeli yang murah, ya gpp, kalpun juga beli yang mahal ya gpp kan lifetimenya juga masuk akal.

      kalau traveling ini pengecualian ga sih mba. kwkw karena aku juga demikian, kan mumpung di sana dan bisa bawa oleh-oleh buat yang di rumah.

      Hapus

Posting Komentar