Yakin, Bukan FOMO?

Apasih FOMO itu?

Assalammualaikum Pembaca Budiman, Pernah nggak kalian merasa panik gara-gara tertinggal informasi di media sosial yang saat itu hype banget, banyak dibicarakan oleh orang-orang, sedangkan kalian tak tahu apa-apa? Atau pernah nggak merasa baru saja tahu hal menurut kita itu “baru” eh sudah ada yang lebih baru lagi bahkan sudah menjadi trend. In the end merasa menjadi makhluk goa yang hidupnya jauh dari peradaban. Enggak gaul, kudet alias kurang update

Belum lagi, ketika menghabiskan waktu untuk berselancar di sosial media, lalu melihat status teman-teman yang dikenal meng-update status memiliki tas yang sedang dibicarakan banyak orang, berkunjung ke tempat yang hits, berkumpul dan staycation di hotel berbintang, pergi berlibur ke suatu tempat fancy atau ke pantai yang instagramable, makan di tempat mewah, memiliki gaji lebih tinggi yang bisa digunakan selama hidup satu tahun. Melihat seperti itu apakah pernah merasa gelisah lalu mulai mengkomparasikan hidup kita dengan hidup orang lain dan menyakini di setiap precious moment mereka seharusnya tak boleh terlewat sedikit pun. pernahkah?

Sadar atau enggak, fenomena itu disebut FOMO akronim dari Fear Of Missing Out. Sebuah istilah untuk menjelaskan tentang ketakutan atau ketertinggalan tentang sebuah tren yang sedang di bicarakan banyak orang, atau yang orang lain alami dan kita tidak terlibat di dalamnya. Sering ditemukan di era digital saat ini, FOMO dipicu oleh smartphone, barang wajib yang dimiliki setiap orang. Kenapa begitu? Karena ketika seseorang memiliki smartphone dia tidak akan bisa untuk tidak melibatkan segala aktivitasnya dengan sosial media. Entah itu upload, lalu mentions semua yang hadir di sana memberikan deskripsi yang cukup menyentuh ditambah kalimat yang sedikit hiperbola. Masalahnya kita tidak berada diantara mereka dan itu menimbulkan perasaan cemas. 

Baca Juga: Kisah Hari ini

Kenapa sih bahasnya beginian. why we have to being serious on this blog?. Bukannya ini blog seneng-seneng yaa. Hahah. Tenang, bahasan ini menyenangkan kok. Sejujurnya pembaca budiman, aku menganggap ini hanya sekelabatan yang muncul dalam benak, yang barang kali bisa aku abaikan, tapi semakin lama tidak ku hiraukan, aku justru sering menemukan kejadian FOMO ini di lingkungan sekitarku. So i decided to talk about it di blog kesayanganku ini. 

Disclaimer ya, aku bukan seorang ahli yang tahu bagaimana FOMO ini bekerja dalam kehidupan sehari-hari seseorang. Keresahan ini muncul setelah aku menyadari mungkin aku pernah menjadi bagian dari FOMO at the timebut now udah enggak ya. (Yakin amat!) Haha. Emang FOMO bahaya? Kalau yang berdampak negatif iya, kalau yang positif enggak juga. Nah di sini yang akan aku bahas yang negatifnya aja ya, karena yang jadi keresahaankan dampak negatif dari FOMO itu sendiri, tapi tentu dengan bahasaku yang aku harap para pembaca budiman mengerti. 

Baca Juga: Tenanglah Kita Semua Pernah Terluka

Aku pernah merasa bahwa hidupku ini gak happy, perkaranya simple sih. Melihat story teman-temanku yang berkumpul dengan wajah bahagia. Rasa dicurangi, rasa diasingkan itu mencuat. Merasa seperti hidupku kurang menyenangkan. Rasanya jika aku tidak bersama mereka ada yang kurang, ada perasaan kosong yang menyebabkan kedekatan kami nantinya akan berjarak. Entah kenapa pikiranku bekerja demikian.

Mungkin kondisi waktu itu feel loneliness, kurang memahami diri sendiri merasa tidak memiliki achievment yang patut dibanggakan sehingga memunculkan perasaan rendah diri. Kegiatan safari media sosial justru semakin membuatku membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain. Jatuhnya malah stres berat. Aku juga pernah berpikiran jika aku harus memiliki barang yang sedang ramai diperbincangkan tanpa mempertimbangkan keadaan ekonomi dan kebutuhan lainnya, sehingga apa yang sedang trendy harus aku ikuti. Hanya untuk diakui jika aku ini manusia yang up to date, semuanya jadi serba ngoyo (memaksa) kan ya?. Capek sendiri dengan pemikiran seperti itu. Ganggu kesehatan mental juga kan?.

Sesuatu yang membuat aku sadar manakala aku tidak memiliki tabungan sama sekali karena terlalu boros mengikuti “things” yang kerap kali disebut trend. Mengganggap bahwa apa yang ada di dunia maya adalah cerminan kebahagiaan. Padahal itu keliru, dunia nyata lebih menyenangkan daripada dunia maya. Aku mulai merubah pelan-pelan maindset. Menyadari jika kehidupanku berbeda dengan mereka, pun caraku memperoleh bahagia. Tidak perlu terburu-buru juga mengikuti sesuatu yang sedang tren karena kondisi setiap orang berbeda begitu juga dengan latar belakang dan ekonomi yang dimiliki.

Saat berbagi resahku yang mungkin bisa di katakan bagian dari FOMO dengan seorang teman, dia mengatakan “tak perlu merasakan demikian, karena memang tanpa kita, mereka seperti itu adanya, dan tak masalah jika kita berbeda dengan mereka”. Kalimatnya sederhana tapi penuh makna.

Lalu sekarang? Tentu saja semuanya memerlukan proses. Aku berusaha menjadi apa adanya  sekarang, tidak menjadi orang lain untuk menyenangkan orang lain ataupun untuk mendapatkan pengakuan orang lain. Aku ya aku, mereka ya mereka. Nah aku ingin share cara bagaimana cara mengatasi FOMO. Semoga ini berguna untuk siapapun yang sedang mengalaminya.

Cara mengatasi FOMO Versiku

Joy Of Missing Out (JOMO)

Lawan dari FOMO adalah JOMO- Joy Of Missing Out. Mungkin saat itu karena aku kurang bersyukur dengan yang ada dihadapanku. Merasa hal kecil yang dicapai tidak ada nilainya dengan apa yang dimiliki orang lain. Jadi, mudah sekali terpengaruh dengan hal-hal yang seharusnya itu tak aku lakukan. Mudah merasa kalau tidak seperti ini enggak update, gak kesini gak gaul. Padahal menjadi orang yang tidak terlibat dalam keramaian ataupun hingar binggar itu bukan hal salah. Melakukan sebisanya adalah hal baik dan utama untuk mencapai goals yang telah ditargetkan.

Membatasi diri untuk bermain media sosial

Sudah berapa lama berada di hadapan handphone untuk cek sosial media hari ini?, 1 jam, 2 jam, atau sepanjang hari?. Sudahi hal itu yeorobun, salah satu hal yang menjadi pemicu terbesar FOMO adalah terlalu menggantungkan diri dengan dunia maya itu tak baik ya. Tak ada media sosial rasanya hampa, gak eksis. Please stop to think about it. Gunakan media sosial dengan bijak. Kepo boleh saja, tapi be prepare kesehatan mental juga penting untuk dijaga 

Unfollow yang membuatmu insecure

menurutku sah-sah saja jika seseorang memamerkan apa yang dia miliki ataupun yang dia kunjungi di sosial medianya tapi tidak untuk kamu lihat, Sobetter to unfollow the one who makes you insecure. Yang terpenting itu tidak merugikan siapapun terutama dirimu sendiri

Being Happy No Matter What 

Di dunia ini yang patut dibahagiakan terlebih dulu adalah diri sendiri, yang patut dikasihani tentunya adalah diri sendiri. Kenapa harus melakukan sesuatu yang tidak membuat bahagia .  better I not being there and celebrate something distinguise dari apa yang membuat aku bahagia. Bahagia itu bisa muncul dari hal yang sederhana. Jika pun bahagiamu harus mengikuti tren deep breath and think twice, ask your self, are u really happy with that?.  jika jawabanya iya dan ringan-ringan saja dilakukan go head, lakukan. 

Komentar

  1. ngga semua trend aku ikuti, kalau nggak cocok mending nggak usah.
    Memang ada beberapa orang yang harus dan wajib ikutan trend terbaru dan mungkin ada yang memaksakan diri.
    setuju kalau yang harus dibahagiain adalah diri sendiri dulu, ngurus diri sendiri aja kadang repot apalagi ngurusin orang lain

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bener mba, gak semua tren wajib di ikuti kalaupun harus sesuaikan dengan keadaan aja saat itu as long gak bikin diri stres dengan dalih tren . yuk bahagiakan diri sendiri yuk

      Hapus
  2. Congratulations mba, kamu berbeda!! and its okay yaa.. seneng banget kalau ketemu orang yang jalannya out of the box gini

    waw mbaa, let me said you're such a crzy.. why u go there????. Hahaha
    aku dengarnya aja merindink apalagi dengan pemberitaan media diawal2 covid menyerang warga sana.

    Nah FOMOnya mba ini aman kayanya, karena related sama kesukaanmu. Aku juga lagi nge sortir nih, FOMO mana yang harus ikutin dan mana yang harusnya aku buang jauh. Hehehe

    BalasHapus
  3. Pernah ada masanya setiap ada waktu senggang selalu lihat sosmed buat tahu siapa aja lagi ngapain aja. Tapi tiba-tiba bosan sendiri. Tetap lebih enak ngobrol bareng teman dekat dan keluarga dengan langsung (tatap muka atau videocall). Kayaknya gara-gara pandemi deh, malah jadi bosen dengan sosmed. Sekarang malah cuma scroll instagram dan berhenti kalau dapat iklan tempat makan baru (belum tentu posting orang).

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya bener tuh mba.. emang sosmed itu kayak auto muncul di pikiran klo lagi senggang, pengen kepo tentang keadaan sekarang, meskipun yang di up ya gitu2 aja, klo gak iklan ya kadang yang muncul sesuatu yang gk penting gosip misalnya. hehe
      Pandemi emg ngebuat orang lebih sering safari sih dan aku sangat setuju, pernah di titik bosan juga untuk scrolling dan refresh . jenuh gitu2 mulu soalnya

      Hapus
  4. Aku setuju banget .dengan quote yang ini "hidupmu ya hidupmu hidupku ya hidupku..mak jleb

    BalasHapus
    Balasan
    1. meanwhile orang lain sibuk untuk menjadi "sempurna" dimata orang lain dan mendapatkan pengakuan, better being who really we are yaa mas. gak ada ya bilang gak ada, gak perlu di ada-adain . Hihi

      Hapus

Posting Komentar