Assalammualaikum Pembaca Budiman, Alhamdulillah. Setelah November yang notabene adalah bulanku berlalu. Maksudnya bulanku tuh adalah officially pertanda usia bertambah. Untuk umurnya ga usah disebutkan kali ya, biar masih dikira Abege.
Kini, Memasuki bulan Desember yang semakin amazing. Say hai dulu ke Desember, mau bilang terima kasih untuk kisah-kisah yang terjadi sejauh ini, ternyata aku masih kuat sampai detik ini. Sepanjang tahun isinya nano-nano semua padahal. Hehe.
Tadinya aku mau post tulisan ini di November, tapi mager tak terelakkan. Jadi kuputuskan perbaiki dan tulis ulang di akhir tahun ini. Akhir Oktober kemarin, undian pengajian untuk november, namaku yang keluar. Aku kepikiran untuk menjadikan satu acara sekalian syukuran, kirim doa dan sedekah di hari jumat. Intinya haji mumpung lah. Pengajian di hari Jumat, tanggal 15 November tepat sehari sebelum aku berulang tahun. Gitu sih. Hehe jadi biar gak double-double lah. Double apanya? Ya double traktirannya, begitu ceunah.
Beruntungnya mertua bersedia membantu, jadi gak sendirian mengerjakan persiapan acaranya.. Padahal waktu itu aku sempet bilang ke mama mertua gak usah dibantu gak apa-apa. Insya Allah bisa sendiri ngerjainnya. Yang aku pikir biasanya mertua kalau ke rumahku Mojokerto pasti bawaanya banyak dan menurutku, aku bisa jadi sangat merepotkan beliau.
Mama mertua tetep keukeuh buat bantu dan Alhamdulillahnya ternyata kondisi mengatakan rasanya aku gak sanggup kalau gak dibantu mertua. Kapasitasku kurang untuk bikin makanan 40 orang sendirian. Haha. Terima kasih mertuaku, aku sangat terbantu sekali. Hehe.
Acara pengajian rampung dengan baik, tanpa kendala meskipun untuk persiapannya juga bikin fisik dan mental capeknya ya allah (sorry sambat dulu ya). Aku udah feeling sih Mas Bojo akan biasa-biasa aja untuk hari ulang tahunku. Mengakui kalau Mas Bojo tipikal orang pelupa untuk momentum penting rasanya pernah aku sebutkan dibeberapa artikel lain. Bahkan untuk hari ulang tahun istrinya, dia pernah salah sebut tanggal dong. Gimana ceritanya ini.
Siapa sangka, yang awalnya aku mengharapkan kata nan romantis dari Mas Bojo malah dapatnya surprise dari mama mertua. Keesokkan harinya saat beliau harus kembali ke Sidoarjo di pagi hari, sebelum pergi beliau memberikanku kado yang menurutku itu works banget. Padahal juga gak pernah minta lho. Sadar diri juga udah gede ngapain minta kado-kadoan, dari mertua pula. Kan lebih enak dari anaknya ya? Hehe. Mertuaku always ngide unik kalo aku ultah, itu yang bikin aku sesayang itu sama mertua. Mewek nih kalau nulis gini.
Lalu, kalian tau apa yang diucapkan suamiku “kamu ulang tahun ya?” itu malah nada bertanya menurutku. Sebal? tentu saja, masa iya istrinya ulang tahun, tapi gak ada ucapan so sweet. Mikir deh aku, ini manusia cintanya beneran atau musiman sih. Haha. Aku sebel seriusan, tapi yaudah gak aku anggep aja omongannya. Mungkin karena beberapa tahun belakangan sejak nikah udah paham gimana Mas Bojo bertingkah, jadi kalau doi tanya gitu, ato gak ngasih apa-apa jadi hal lumrah bagiku.
Aku selalu inget “aku tidak menggantungkan bahagia atas diriku ke siapapun termasuk Mas Bojo, aku harus bahagia dengan caraku sendiri” jadi yaudah aku tak ambil pusing. Tapi kok sedikit sedih ya, hahaha padahal itu suami sendiri lho, kenapa gak ada yang special ya.
Seharusnya, hari itu aku dan Mas Bojo berencana pergi, iya. Aku ingin menikmati bepergian keluar rumah berdua, anggep aja traktiran gitu. Tapi entah kenapa rasanya mood itu telah hilang dimakan waktu, mungkin sangking lamanya nunggu Mas Bojo yang bilang “nanti siang aja, sekarang masih kenyang” ehh keburu siang banget jadi ogah akunya diajak pergi. Alhasil daripada di sananya gak happy aku putuskan untuk mengurungkan pergi. Kami bedua hanya di dalam rumah dengan kesibukan masing-masing. Kayak goleran, main hp, tidur siang ontime, main hp lagi, monoton aja gitu kegiatannya.
Mungkin karena merasa bersalah atau ngeliat istrinya diem aja gak semangat seharian yang harusnya pergi yaa. Keesokkan harinya D+1 dia pengennya kita pergi pagi. Udah masang muka lesu. Pas diajak lagi aku yang bilang gak mau pergilah, maunya di kamar aja, gak mau mandi dan lain sebagainnya. Intinya gak mood kemana-mana dan ngapain aja gitu seharian. Ngeliat gitu Mas Bojo risih kali ya, jadi maksa buat “ayo pergi jalan-jalan ke Trawas, katanya mau makan ke Sego Lego” begitu ucapnya. Aku masih pasang badan ogah-ogahan, ya kali masa iya bilang “ayo” gengsi dong. Haha. Nunggu berapa menit buat dipaksa lagi, setelah itu mulai beranjak untuk mandi dan berdandan rapi. Hehe.
Jam 8.30 pagi setelah semua siap, kami menuju ke Trawas, sayangnya ketika sampai di tempat, nampak restoran ala vintage itu penuh dengan jejeran mobil dan orang-orang yang mengantri. Mungkin karena tempatnya masih baru dan dekat dengan jalan raya. Jadi aksesnya mudah, dan masyarakatnya FOMO. Alhasil pecah deh tempatnya.
Melihat suasana yang gak kondusif, kami beralih ke resto lainnya yang juga masih di daearah Trawas bagian atas. Tertujulah kami ke restoran Pawon Djadoel Tamiajeng. Untuk restonya ini menurutku bagus dari segi tempat oke, viewnya dapet, tempatnya sama-sama vintage dengan Sego Lego. Bahkan jika pengunjung ingin menginap, di sana disediakan cottage. Menu yang dijual juga 11:12 menurutku.
Penutup hari, setelah jalan-jalan ke Trawas, aku berpikiran kenapa gak sekalian juga ke sunrise. Ya meskipun nyempal ya, Trawas arah naik gunung, Sunrise harus turun gunung dan ke tengah kota pula. Mungkin ya, mungkin karena mood aku lagi baik dan ceria sepanjang hari, Mas Bojo iyain apa aja yang aku mau hari itu.
Komentar
Posting Komentar