(Gambar asli nih, coba aja searching khafaworld!) |
Waktu itu ketika suntuk dengan rutinitas yang
dirasa gini-gini aja. Hal yang aku lakukan adalah berhenti sejenak.
Iya! Berhenti dari segala aktivitas yang menurutku menjenuhkan lalu beralih melakukan hobi yang disuka.
Kebetulan aku sukanya nulis dan kadang berkreasi di dapur. Apakah Pembaca Budiman juga seperti itu? Ya meskipun gak ketiplek sama ya atau justru sama persis. Hehe
Baca Juga: Mengatur Keuangan Keluarga Milenia, Sedap-sedap Ngeri!
Sebelumnya aku juga pernah membahas jika hobi aku
adalah menulis di blog ini. Judulnya Hadiah Untuk Seorang Blogger. Saat blog masih menjadi bagian dari blogspot, iseng
aku daftarkan adsense, eh alhamdulillah approved. Sayangnya setelah
berubah menjadi domain pribadi, eh kok adsensenya mogok. Huhu. Buat Pembaca
Budiman yang tau kenapa, dan tau cara mengembalikan adsense bisa dong share
caranya di kolom komentar ya, pliss (sambil melipat telapak tangan)
Kok bisa hobinya memasak? Terdengar meremehkan tapi sejatinya pertanyaan ini sering
sekali muncul di saat aku mulai sering upload ide masakan, bekal, ataupun
jajanan buatan sendiri di story Instagram. Awalnya agak sensi dan bilang “ya
aku ini bisa masak sebenarnya, berhubung dulu kalau di
rumah sudah ada ibu yang masak, kan aku cuma bantu bagian minor” Terlalu
seringnya ditanya, lama-lama aku capek jelasin. Jadi kalau ada pertanyaan yang
sama sekarang jawabannya disenyumin aja. Hehe
Sebenarnya begini ya Pembaca Budiman. Nih aku mulai menjelaskan lagi. Almarhum ibukku, dulu setelah beberapa bulan melahirkan adikku, memilih resign dari pabrik dan 3 bulan usia adek memutuskan untuk berwirausaha kecil-kecilan. Membuka warung di kampung dengan menyewa 1 kos-kosan gitulah. Jadi. sepulang sekolah, aku diminta beliau untuk membantu di bagian dapur, seperti ulek sambel, buat gorengan semisal, Pisang goreng, Ote-Ote (Bakwan sayur), Menjes, dan sebangsanya. Awanya seru niatnya pengen bantu, tapi lama-kelamaan jadi kewajiban. Jadi setiap pulang sekolah ibu selalu bilang “buatin adonan Menjes, Ote-Ote, dll" templete deh pokoknya.
Sejak Jadi Istri Mulai Rajin Memasak
Long short story, setelah ibu meninggal dan pindah ikut bibi yang kemudian aku panggil ibu. Mengenai perdapuran bisa dibilang aku lepas tangan. Semuanya di handle ibu, ya terkadang aku membantu. Balik lagi bantuan di level minor. Nah setelah
menikah, mau gak mau aku harus ambil alih perdapuran, karena sudah tinggal
berdua aja dengan Mas Bojo. Aku digempur dengan kesibukkan baru yakni,
mensejahterakan perut suami dengan makanan-makanan buatan sendiri. Mungkin
karena cinta kali ya, pujian dari suami membuatku semangat memasak, dan sempat
juga memberikan tester masakan ke keluarganya. Eh Alhamdulillah pada suka
khususnya untuk Dimsum, Gimmari dan Sambel Bawang. Random ya? Haha. Tapi yang
paling sering mendapat pujian ya di 3 makanan tersebut. Gak jarang juga, aku
mendapatkan dorongan untuk mengkomersilkan buatanku itu. Sampai akhirnya
tergelitik untuk tenekuni usaha di bidanglah Food &
Beveranges dengan andalan ya di 3 makanan itu tadi dengan nama SNACKMU
dan SAMBELIKI. Hehe
SNACKMU & SAMBELIKI Mulai beredar di E-commerce
Mulanya Snackmu hanya berisi Risol Mayo selama 1 tahun, dimulai pandemi 2020 dan saat kantor tempatku bekerja sedang menerapkan WFH. Alhamdulillah laku saat aku pasarkan secara online ataupun offline. Ya, aku menjual jajanan Risol Mayo di e-commerce dan alhamdulillah berjalanan dengan lancar. Namun, itu tak lama karena kantor kembali mengharuskan untuk aku bekerja offline, alhasil penjualan online aku hentikan. Haha. Susah bagi waktunya.
Selang beberapa bulan berikutnya, aku memilih resign dan pindah Mojokerto mengikuti penempatan kerja Mas Bojo, lalu aku iseng membuat Gimmari, sejenis makanan asal Korea yang berisikan Bihun Jagung (dibuat secara tradisional bahannya) yang dibungkus oleh rumput laut dibaluri tepung basah yang digoreng. Sempat aku daftarkan di Gojek, dan beberapa kali mendapatkan orderan. Lumayan kan? Karena jiwa-jiwa dagangku merasa aku harus berkembang, mulailah aku mencoba untuk membuat Dimsum. Apakah langsung sukses? Tentu tidak. Aku beberapa kali mencoba takaran yang pas untuk menghasilkan Dimsum yang menurutku enak di lidah. Pun enak menurutku, belum tentu enak di Mas Bojo dan keluarga lainnya. Beberapa kali percobaan, sampai akhirnya aku menemukan rasa yang pas dan di-approv semua keluarga. Barulah aku mulai percaya diri untuk menjajakan daganganku secara online dengan packing aman dan tahan berhari-hari saat dalam pengiriman. Aku juga mencoba untuk menjualnya secara online di aplikasi Oren dan Hijau. Namun bedanya, untuk pengiriman yang menggunakan ekspedisi, Gimmari aku kirim secara frozen dalam kemasan vakum.
Ternyata sesudah jualan Dimsum, Mas Bojo masih aja ngasih semangat buat ngejual sambel bawang yang beberapa kali aku buat. Katanya sambel bawang buatanku enak (ya kali bikinan istrinya sendiri masa iya dicacati ya? Hoho) Sedangkan menurutku waktu itu, setiap orang udah bisa masak sambel, karena itu adalah makanan wajib sebagian orang. Jadi kalau jualan sambel gak bakalanlaku. Begitulah pikiran sempitku waktu itu. Bener gak sih? Mas Bojo masih pantang menyerah, masih “memaksa” buat beberapa sampel sambel yang akan diserahkan ke salah satu kerabat, yang memiliki warung nasi pecel yang cukup terkenal di Surabaya. Sisanya untuk disimpan sendiri namun tidak boleh dikonsumsi. Lah kok bisa? Menurut Mas Bojo untuk mengetahui masa expired date sambel buatanku, Aku harus melakukan eksperimen sendiri, menyimpan sambel di suhu ruang dengan packaging kaleng plastik dan kaca. Seniat itu Mas Bojo untuk aku melebarkan sayap. Haha
Mendengar itu, Mas Bojo malah makin gencar ngasih movitasi. Lalu mulai ngajak ke percetakan
untuk bikin desain dan akhirnya SAMBELIKI meluncur di pasaran eh lebih detailnya pasar online ya atau geholnya e-commerce. Sejauh ini
peminat SAMBELIKI lumayan. Hehe. Buat pembaca budiman yang tertarik ingin cobain, kalian bisa beli secara online di sini. Hehe.
Tentunya gak ada yang instan selama berwirausaha dari hobi seperti aku ini. Ada banyak sebenarnya bisnis yang aku coba, contohnya, aku pernah merintis usaha jilbab sama temen tapi akhirnya gak jalan, lalu usaha mukena mandeg karena biasanya mukena musiman. Lalu bergelutlah dengan usaha ini. Pastinya ada pasang surutnya, magernya, gondoknya, capeknya, maju mundur untuk ngumpulin percaya diri nitip SAMBELIKI di warung/depot makanan even itu milik keluarga sendiri. Hehe. Semoga artikel ini menginspirasi ya Pembaca Budiman. Have a good day!
Toko onlinenya apa mbk..yg Oren apa ijo...wah syukur banget dari hobi masak jadi cuan...mudah"an ke depan usahanya tambah sukses yaa..amiiinš¤²
BalasHapusOren, Ijo ada dong mba, heheh cuma yang lebih aktif dan ramai di Oren.
HapusWah dimsumnya menggoda :))
BalasHapusterima kasih mba Selvia
HapusAku kalau baca-baca pengalaman begini bawaannya jadi pengen belajar masak juga
BalasHapusTapi pas eksekusi, beuhhh
Baru motong bawang aja udh malessss
Akhirnya gofood aja XD
hahaha , yaudah ambil simplenya aja yaa jadinya :D
HapusTernyata covid membawa berkah ya mbak. Aq pun begitu dari yg gak pernah masuk dapur akhirnya belajar bikin kue, dan skrg sudah mulai rutin jualan kuker menjelang lebaran. Masih sambilan karena masih berstatus pegawai :D
BalasHapusSukses selalu mbak :)
Benar mbaa.. Alhamdulillah diambil sisi baiknya dari musibah beberapa tahun belakangan ya.
HapusWaah selamat ya mba, meskipun masih berstatus karyawan, mba nya sukses berdikari dengan buka usaha kuker.