Hobi Masak yang Jadi Cuan

(Gambar asli nih, coba aja searching khafaworld!)

Assalammualaikum Pembaca Budiman! Dian, kasih ide dong enaknya jualan apa? Kalimat yang sering nangkring di telinga dari para kerabat, teman ataupun sekitar yang jenuh dengan pekerjaan yang mereka geluti, atau yang ingin mencoba peruntungan di dunia bisnis mereka sendiri. Mengingat pertanyaan tersebut, aku jadi inget diriku di tahun 2018 lalu, ketika ingin memulai usaha online sendiri. Aku sering sekali merecoki teman-teman yang telah sukses membuka usahanya sendiri bagaimanapun skalanya. Menurutku mereka itu keren, jadi sekalian belajar dari para ahlinya. 

Waktu itu ketika suntuk dengan rutinitas yang dirasa gini-gini aja. Hal yang aku lakukan adalah berhenti sejenak. Iya! Berhenti dari segala aktivitas yang menurutku menjenuhkan lalu beralih melakukan hobi yang disuka. Kebetulan aku sukanya nulis dan kadang berkreasi di dapur. Apakah Pembaca Budiman juga seperti itu? Ya meskipun gak ketiplek sama ya atau justru sama persis. Hehe

Baca Juga: Mengatur Keuangan Keluarga Milenia, Sedap-sedap Ngeri!

Sebelumnya aku juga pernah membahas jika hobi aku adalah menulis di blog ini. Judulnya Hadiah Untuk Seorang Blogger. Saat blog masih menjadi bagian dari blogspot, iseng aku daftarkan adsense, eh alhamdulillah approved. Sayangnya setelah berubah menjadi domain pribadi, eh kok adsensenya mogok. Huhu. Buat Pembaca Budiman yang tau kenapa, dan tau cara mengembalikan adsense bisa dong share caranya di kolom komentar ya, pliss (sambil melipat telapak tangan)

Kok bisa hobinya memasak? Terdengar meremehkan tapi sejatinya pertanyaan ini sering sekali muncul di saat aku mulai sering upload ide masakan, bekal, ataupun jajanan buatan sendiri di story Instagram. Awalnya agak sensi dan bilang “ya aku ini bisa masak sebenarnya, berhubung dulu kalau di rumah sudah ada ibu yang masak, kan aku cuma bantu bagian minor” Terlalu seringnya ditanya, lama-lama aku capek jelasin. Jadi kalau ada pertanyaan yang sama sekarang jawabannya disenyumin aja. Hehe

Sebenarnya begini ya Pembaca Budiman. Nih aku mulai menjelaskan lagi. Almarhum ibukku, dulu setelah beberapa bulan melahirkan adikku, memilih resign dari pabrik dan 3 bulan usia adek memutuskan untuk berwirausaha kecil-kecilan. Membuka warung di kampung dengan menyewa 1 kos-kosan gitulah. Jadi. sepulang sekolah, aku diminta beliau untuk membantu di bagian dapur, seperti ulek sambel, buat gorengan semisal, Pisang goreng, Ote-Ote (Bakwan sayur), Menjes, dan sebangsanya. Awanya seru niatnya pengen bantu, tapi lama-kelamaan jadi kewajiban. Jadi setiap pulang sekolah ibu selalu bilang “buatin adonan Menjes, Ote-Ote, dll" templete deh pokoknya. 

Sejak Jadi Istri Mulai Rajin Memasak

Long short story, setelah ibu meninggal dan pindah ikut bibi yang kemudian aku panggil ibu. Mengenai perdapuran bisa dibilang aku lepas tangan. Semuanya di handle ibu, ya terkadang aku membantu. Balik lagi bantuan di level minor. Nah setelah menikah, mau gak mau aku harus ambil alih perdapuran, karena sudah tinggal berdua aja dengan Mas Bojo. Aku digempur dengan kesibukkan baru yakni, mensejahterakan perut suami dengan makanan-makanan buatan sendiri. Mungkin karena cinta kali ya, pujian dari suami membuatku semangat memasak, dan sempat juga memberikan tester masakan ke keluarganya. Eh Alhamdulillah pada suka khususnya untuk Dimsum, Gimmari dan Sambel Bawang. Random ya? Haha. Tapi yang paling sering mendapat pujian ya di 3 makanan tersebut. Gak jarang juga, aku mendapatkan dorongan untuk mengkomersilkan buatanku itu. Sampai akhirnya tergelitik untuk tenekuni usaha di bidanglah Food & Beveranges dengan andalan ya di 3 makanan itu tadi dengan nama SNACKMU dan SAMBELIKI. Hehe

SNACKMU & SAMBELIKI Mulai beredar di E-commerce

Mulanya Snackmu hanya berisi Risol Mayo selama 1 tahun,  dimulai pandemi 2020 dan saat kantor tempatku bekerja sedang menerapkan WFH. Alhamdulillah laku saat aku pasarkan secara online ataupun offline. Ya, aku menjual jajanan Risol Mayo di e-commerce dan alhamdulillah berjalanan dengan lancar. Namun, itu tak lama karena kantor kembali mengharuskan untuk aku bekerja offline, alhasil penjualan online aku hentikan. Haha. Susah bagi waktunya.


Selang beberapa bulan berikutnya, aku memilih resign dan pindah Mojokerto mengikuti penempatan kerja Mas Bojo, lalu aku iseng membuat Gimmari, sejenis makanan asal Korea yang berisikan Bihun Jagung (dibuat secara tradisional bahannya) yang dibungkus oleh rumput laut dibaluri tepung basah yang digoreng. Sempat aku daftarkan di Gojek, dan beberapa kali mendapatkan orderan. Lumayan kan? Karena jiwa-jiwa dagangku merasa aku harus berkembang, mulailah aku mencoba untuk membuat Dimsum. Apakah langsung sukses? Tentu tidak. Aku beberapa kali mencoba takaran yang pas untuk menghasilkan Dimsum yang menurutku enak di lidah. Pun enak menurutku, belum tentu enak di Mas Bojo dan keluarga lainnya. Beberapa kali percobaan, sampai akhirnya aku menemukan rasa yang pas dan di-approv semua keluarga. Barulah aku mulai percaya diri untuk menjajakan daganganku secara online dengan packing aman dan tahan berhari-hari saat dalam pengiriman. Aku juga mencoba untuk menjualnya secara online di aplikasi Oren dan Hijau. Namun bedanya, untuk pengiriman yang menggunakan ekspedisi, Gimmari aku kirim secara frozen dalam kemasan vakum. 


Ternyata sesudah jualan Dimsum, Mas Bojo masih aja ngasih semangat buat ngejual sambel bawang yang beberapa kali aku buat. Katanya sambel bawang buatanku enak (ya kali bikinan istrinya sendiri masa iya dicacati ya? Hoho) Sedangkan menurutku waktu itu, setiap orang udah bisa masak sambel, karena itu adalah makanan wajib sebagian orang. Jadi kalau jualan sambel gak bakalanlaku. Begitulah pikiran sempitku waktu itu. Bener gak sih? Mas Bojo masih pantang menyerah, masih “memaksa” buat beberapa sampel sambel yang akan diserahkan ke salah satu kerabat, yang memiliki warung nasi pecel yang cukup terkenal di Surabaya. Sisanya untuk disimpan sendiri namun tidak boleh dikonsumsi. Lah kok bisa? Menurut Mas Bojo untuk mengetahui masa expired date sambel buatanku, Aku harus melakukan eksperimen sendiri, menyimpan sambel di suhu ruang dengan packaging kaleng plastik dan kaca. Seniat itu Mas Bojo untuk aku melebarkan sayap. Haha


Tester ternyata tembus  dan alhamdulillah-nya diminati dan disukai kerabat dekat. Seriusan ya, aku gak lebay. Jujurly aku aja takut buat ngasih tester takutnya dibilang " oh iya..." atau "oh .. ini" Haha. Ternyata, setelah sekali coba beberapa kali ada yang order dan selalu bilang sambelku nagihin.

Mendengar itu, Mas Bojo malah makin gencar ngasih movitasi. Lalu mulai ngajak ke percetakan untuk bikin desain dan akhirnya SAMBELIKI meluncur di pasaran eh lebih detailnya pasar online ya atau geholnya e-commerce. Sejauh ini peminat SAMBELIKI lumayan. Hehe. Buat pembaca budiman yang tertarik ingin cobain, kalian bisa beli secara online di sini. Hehe.

Tentunya gak ada yang instan selama berwirausaha dari hobi seperti aku ini. Ada banyak sebenarnya bisnis yang aku coba, contohnya, aku pernah merintis usaha jilbab sama temen tapi akhirnya gak jalan, lalu usaha mukena mandeg karena biasanya mukena musiman. Lalu bergelutlah dengan usaha ini. Pastinya ada pasang surutnya, magernya, gondoknya, capeknya, maju mundur untuk ngumpulin percaya diri nitip SAMBELIKI di warung/depot makanan even itu milik keluarga sendiri. Hehe. Semoga artikel ini menginspirasi ya Pembaca Budiman. Have a good day

Komentar

  1. Toko onlinenya apa mbk..yg Oren apa ijo...wah syukur banget dari hobi masak jadi cuan...mudah"an ke depan usahanya tambah sukses yaa..amiiin🤲

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oren, Ijo ada dong mba, heheh cuma yang lebih aktif dan ramai di Oren.

      Hapus
  2. Aku kalau baca-baca pengalaman begini bawaannya jadi pengen belajar masak juga

    Tapi pas eksekusi, beuhhh
    Baru motong bawang aja udh malessss

    Akhirnya gofood aja XD

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha , yaudah ambil simplenya aja yaa jadinya :D

      Hapus
  3. Ternyata covid membawa berkah ya mbak. Aq pun begitu dari yg gak pernah masuk dapur akhirnya belajar bikin kue, dan skrg sudah mulai rutin jualan kuker menjelang lebaran. Masih sambilan karena masih berstatus pegawai :D
    Sukses selalu mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar mbaa.. Alhamdulillah diambil sisi baiknya dari musibah beberapa tahun belakangan ya.
      Waah selamat ya mba, meskipun masih berstatus karyawan, mba nya sukses berdikari dengan buka usaha kuker.

      Hapus

Posting Komentar