Pertanyaan Keramat saat Lebaran, Masih Berlaku?

Assalammualaikum, selamat lebaran Pembaca Budiman. Seperti biasa, templete ucapan lebaran tak lupa ku sertakan dalam postingan kali ini. Minal aizin walfaizin, mohon maaf lahir dan batin, mohon maaf kalau selama posting artikel isinya ghibahan, curhatan ga penting, kadang juga penuh emosi. Maklumi ya, manusia tempatnya salah. Jarang posting tulisan karena mager banget buka leptop,  apalagi saat tulisan sudah di post banyak typo, diksi yang digunakan bikin binggung, tanda baca yang kurang jelas dan masih banyak lagi. Sekali lagi mohon maaf. Jangan kapok untuk terus kasih masukan, komentar, dan baca artikel lainnya ya. Selanjutnya mari kembali ke fitri.

Prioritas dan Kesempatan 

Seperti tahun-tahun sebelumnya, lebaran tahun ini aku lebih dulu sungkem ke orang tua suami. Lebih tepatnya berkumpul dengan keluarga besar Mas Bojo. Sebagai istri, tentu sabda suami adalah perkara yang harus didahulukan selama itu baik dan penuh kemaslahatan. Pernah suatu ketika kami berencana untuk lebaran di keluargaku terlebih dahulu, namun rencana itu kami urungkan lantaran di keluargaku minim tempat tidur. Kami memang selalu datang pada hari H-1 setelah kasus covid dinyatakan endemi, kalaupun ada space untuk tidur nantinya akan berjubel. Jadi untuk mengatasinya, lebih baik memang di keluarga Mas Bojo dulu, yang masih memungkinkan ada kamar kosong yang bisa kami tempati.

Baca juga: Tren Frugal Living di tengah Gempuran Barang-Barang Murah!

Toh di hari yang sama, entah itu di pagi hari ataupun siangnya Mas Bojo akan ajak ke rumah orang tuaku untuk bergantian. Jarak rumah Mas Bojo dengan rumahku juga tidak terlalu jauh. Jadi menurutku cukup adil. Bapak ibuk alhamdulillah penuh pengertian, mereka paham jika setelah aku menjadi istri, maka yang perlu diprioritaskan adalah suami. By the way, kalau ada yang lebaran sungkeman pertama di keluarga istri, menurutku itu gak masalah sih, as long suami mengizinkan. Suami istri bisa diskusi dengan tenang karena topik ini, pernah suatu ketika aku temukan di sosial media dijadikan perdebatan. Nah untuk selisih pahamnya gak perlu dibahas ya, karena emang di aku tidak jadi masalah kecuali ya itu tadi, no ranjang untuk menginap di tempat orang tuaku. 

Anyway untuk meminimalisir adanya “noda” di hari yang fitrah, sebelum lebaran aku sudah berpesan ke suami. Jika nantinya ada agenda silaturahmi keliling komplek, aku absen. Hal ini tidak lain tidak bukan karena aku menghindari pertanyaan, ataupun pernyataan tahunan yang selalu nangkring di telinga. Apalagi dibanding-bandingkan dengan si A , B, C dan itu bikin hati patah. Jujurly aku muak basa-basi dengan pertanyaan “Sudah hamil?”, "Anaknya berapa?”, “kok nikah lama gak hamil-hamil ya, nunda?” semacam itulah. Dan itu biasanya muncul dari orang-orang yang minim edukasi dan rasa simpati sesama perempuan.

Entah bagaimana caranya, Mas Bojo aku minta untuk memberikan alasan jika agenda keliling komplek memang ada. Lah emang tahun-tahun sebelumnya gak ada? Barangkali ada yang tanya ya. Tahun ini untuk pertama kalinya, aku lebaran di rumah mertua yang ada di Sidoarjo. Kalau biasanya di rumah keluarga Mas Bojo yang ada di Surabaya, tempat neneknya tinggal. Tahun ini karena nenek Mas Bojo, beberapa bulan belakangan sudah diboyong mertua, jadi rumah punjer (rumah utama) yang dituju adalah rumah mertua di Sidoarjo.

Alhamdulillahnya, agenda keliling tidak ada. Setakut itukah aku dengan pertanyaan itu? Mungkin iya, atau bisa jadi aku belum menemukan esensinya menjawab pertanyaan itu. Kalau sudah punya anak emang mau diapain? Jatohnya selepas silaturahmi malah bikin sebel dengan orang tersebut. Lah nambah dosa kan ya?

Selalu ada pertanyaan tanpa jawaban pasti

Dulu, di setiap momen lebaran selalu ada pertanyaan yang menurutku keramat, itu pun juga tergantung situasi dan kondisi saat itu. Saat lulus sekolah SMK dan masih jadi job seeker ada pertanyaan semacam “sudah kerja? Kerja dimana?”. Tahun berikutnya saat masih kuliah dan masih struggle dengan skripsi (pejuang skripsi pasti paham rasanya gimana ya) “sudah lulus?” atau “segeralah lulus!” jatohnya malah perintah. Padahal tanpa ditanya, saat itu juga udah mati-matian buat menyelesaikan skripsi. Mereka gak tau susahnya ketemu dosen pembimbing yang hobinya bolak-balik ke LN dengan berbagai macam alasan, belum lagi harus carmuk untuk bisa dapat tanda tangan revisian. Itu pengalamanku ya, gak tau lagi deh mahasiswa sejawatku lainnya. Oke lulus udah, dapat kerja pun sudah. Pertanyaan selanjutnya “Mana pacarnya?” atau “Pacaranya anak mana? kenapa kok gak diajak ke sini?” sedangkan posisinya masih jomblo garis keras. Dan pertanyaan ini selalu ditanyakan bertahun-tahun. Ngenes gak sih. Hahaha. 

Aku pikir setelah menikah, berpenghasilan sendiri, tinggal pisah dengan orang tua, ini itu beli sendiri sudah aman nih. Gak akan ada lagi pertanyaan ataupun pernyataan yang aneh-aneh. Eh gak taunya, karena udah hampir 5 tahun masih aja berdua. Perkara anak jadi list pertanyaan yang dilontarkan setiap tahun. Jenuh juga kan ya? Apa perlu dijabarkan jungkir baliknya untuk bisa garis dua. Rasanya tak perlu. Biarkan kami bahagia dengan keadaan kami saat ini. Dipenuhi syukur dengan apa yang kami miliki, hanya karena satu doa kami belum terwujud, lantas apakah kami harus panik dan bersedih sepanjang hari? Apa perlu langsung senggol kalau ingin tahu kapan punya anak, yang bersangkutan bisa tanya Allah langsung alias menghadap Yang Maha Kuasa. Macam mana, nanti dibilang kurang ajar kan ya?

Baca Juga : Childfree atau Banyak Anak?

Serba Pertama Kalinya di tahun ini

Entah kebetulan atau tidak, alhamdulillah lebaran tahun ini, untuk pertama kalinya aku tidak mendapatkan pertanyaan yang bikin bad mood. Bahkan suasana syahdu lebaran kental terasa. Untuk pertama kalinya sibuk memilih dress yang senada dengan mertua, adek ipar, dan juga Mas Bojo. Menyiapkan banyak hidangan seperti ketupat, opor ayam, bakso dan menu-menu lainnya. 

Oh ya untuk ketupat, first time juga lebih memilih untuk digarap sendiri. Maksudku kalau biasanya beli,  sekarang ini bisa merajut sendiri dengan bantuan video youtube dan tantenya Mas Bojo. Hehe. Ternyata seseru itu bikin wadah ketupat, meskipun pinggang sakitnya minta ampun karena harus fokus liat jemari yang harus diputar ke kanan dan kiri. Hehe. Ditambah, lebaran kali ini aku pilih-pilih untuk bertemu siapa saja yang ingin aku temui. Mungkin itu juga yang jadi penyebab kenapa lebaran terasa syahdu. Nyatanya, membatasi dan menyeleksi bertemu orang untuk kebaikan hati sendiri itu juga baik ya. 

Pada Akhirnya....

Setelah menikah, ternyata ada banyak hal yang aku pelajari, termasuk memiliki kepekaan terkait pertanyaan yang mungkin bisa membuat orang lain tersinggung ataupun bersedih. Pertanyaan yang memang masih menjadi misteri jawabannya, alangkah baiknya untuk tidak dipertanyakan. Biarkan Tuhan menjawabnya suatu saat nanti, nah sebagai pengamat doakan yang terbaik. Begitu ya Pembaca Budiman. Have a nice day!

Komentar

  1. Waaahhh senangnyaaaa kalau bisa menikmati lebaran tanpa hal-hal yang bikin hati mencelos :)
    Kalau saya nggak ke mana-mana lebaran ini.
    Untuk saya sebenarnya lebih ke mager.
    Seumur-umur cuman dua kali ikut keliling ke rumah keluarga mertua ketika lebaran. Sumpah capeeeekkkk!
    Bukan karena pertanyaan orang sih, tapi emang saya tuh introvert, energi saya abis kalau terlalu lama ketemu banyak orang.
    Kalau masalah pertanyaan usil, mungkin karena saya cuek, jadinya enggak terlalu dimasukin ke hati. Palingan jadi tulisan, tapi sama sekali nggak bikin hati saya sedih.
    Ditanya ya, jawab.
    Dinasihatin ya, kalau keluarga suami yang nasihatin, saya senyum aja dengan sopan.
    Tapi kalau keluarga sendiri yang tanya, siap-siap mereka dongkol, karena saya suka banget bercanda bikin mereka kecele, wakakakaka.
    Sayang semakin bertambah usia, saya mager banget keliling. Apalagi keliling ke rumah tetangga, keknya seumur-umur saya belom pernah. Kalau di rumah mertua, saya selalu punya 99999 alasan buat nggak ikutan.
    Bukan apa-apa. Ketemu orang itu capeeeekkkk.
    Saya sering tepar sampai berhari-hari demi mengembalikan mood setelah lama ketemu banyak orang. Sebagai mamak-mamak, itu nggak bisa terjadi, entar anak-anak siapa yang urus? hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahah, salah satu berkah lebaran gitu ga sih mba definisinya. Alhamdulillah.
      Dulu banget aku seneng kalau keliling pas masih kecil, karena selalu diakhir salaman ada amplop yang bisa masuk kantong.
      Dasarnya aku seneng ketemu orang, tapi pembahasanya yang menarik, tapi karena ini momen lebaran dan pastinya menurutku selalu aja ada kekepoan yang dilontarkan, nah itu yang aku hindari. Heheh
      Padahal aku dulunya itu cuek bebek, tapi ntah kenapa jadinya di jejali dengan pertanyan sama berkali-kali jadi kek luntur gitu cueknya.
      Nah untuk menjaga kestabilan mood, mending menghindar. Haha

      Hapus
  2. Aku berpikir kalau pertanyaan seperti bakal selalu ada di tiap tahunnya. Oleh sebab itu, aku melatih untuk tidak perlu ambil pusing dan malah menyiapkan jawaban yang tepat. Tanpa membuat orang lain tersinggung balik. Kadang malah diselipin bercanda dan tertawa kecil.
    selama ini berjalan dengan baik dan lancar. Tanpa perlu merasa khawatir lagi dengan pertanyaan yang sama di tiap tahunnya. Tahun ini ga terima pertanyaan aneh-aneh. Malah didoakan sehat dan lancar pekerjaannya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. awalnya biasa aja sih, tapi kalau lama kelamaan kek gimana gitu jenuh juga sih. Pertanyaan yang sama dari orang yang sama. Haha
      kadang ya ga baper, tapi kalau ga pas momentnya ya gtu kebawa mood seharian. Kek kepikiran padahal niatnya ga mau mikir. Kwkw
      Nah itu berkah tahun ini juga gitu, ga ada pertanyaan aneh-aneh yang penting sehat sekeluarga dan bisa bertemu dengan lebaran di tahun berikutnya

      Hapus
  3. Hehee.. lelah batin ya mbak menghadapi segala macam pertanyaan yang kita sendiri lagi nyari jawabannya🤭

    Kalau saya, karena tinggal di kampung dan kurang ngerti bahasa daerah, saya selalu bengong tiap saliman terus dicerocosin kalimat2. Biasa perlu ada penerjemah wkwk. Tapi Alhamdulillah sejauh ini tiap mudik, gak ada yg nanya pertanyaan menyinggung sih😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya , kek capek jawab awal2 oke sih, aku anggep minta doa tapi klo udah ngomong banyak hal itu jadi males. Heheh
      hahah lebih baik gitu ya mba, ga paham cuma enggeh2 doang.

      Hapus
  4. Walau sebenarnya yang nanya itu hanya sekedar basa-basi, tetap aja masuk hati
    saya punya teman, dan lama berumah tangga, mungkin dah 20 tahun lebih. Belum juga diberi momongan
    kalau saya bertamu, suka gimana gitu, jaga lisan. Takut ngomongnya melantur.

    BalasHapus
    Balasan
    1. kekwkw bener. kek ditusuk jarum suntik, tpi abis itu ilangsih, tapi ya masak disuntik berkali-kali2. bengep kan ya.

      alhamdulillah deh kalau masnya kek gitu, butuh manusia yang kaya mas deh, mungkin dunia jadi lebih indah. Haha

      Hapus
  5. Males kan ya Mba.. Aku pun males sama Pertanyaan Khas Lebaran.. wkwk 😅 Tapi skrang kaya yang "Wkwkwkwk Kapan-kapan, atau doain aja.." sambil senyum Fake..

    Tapi skrang kayanya udah mulai menipis yang nanya-nanya kaya gitu... mungkin udah mulai aware kali yaa...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener.. awalnya ga gimana-gimana tapi kalau lama-lama gerah juga, cuma ngeliatin aja apa salahnya yaak, toh ya nanti yang ngejalani jungkir baliknya kita. kwkwk

      Untung bet dah kalau pada aware. lebaran jadi khidmat kan yaa jadinya.

      Hapus

Posting Komentar