Childfree atau Banyak Anak?

source: https://analysis.netray.id/

Assalammualaikum pembaca budiman. Semoga selalu dalam kondisi baik. Selamat lebaran bagi yang merayakan, semoga kehangatan selalu menyelimuti keluarga kita semua. Belakangan rame oh sorry aku ralat mungkin beberapa bulan yang lalu gaduh diperbincangkan di dunia maya tentang seseorang yang menolak atau memutuskan untuk tidak memiliki keturunan. Bahasa gaholnya ChildfreeYou know who is she tanpa aku menyebut namanya, kan?. Tanganku gatel nih untuk ikut membahas hal tersebut, ya ibarat kata ingin menuangkan pendapat gitu. Disclaimer ya semua yang aku utarakan adalah pendapatku pribadi, pengalaman pendekku, dan serta bagaimana upayaku untuk mendapatkan garis dua. Pada akhirnya aku memutuskan menjadi orang yang lempeng-lempeng aja dengan keputusan Tuhan bagaimana baiknyaSebenarnya sah-sah aja sih siapapun berkata apa dan pendapatnya apa tentang kehidupan pribadinya, as long itu enggak menyudutkan satu pihak mana pun. Pasalnya, yang harusnya merdeka untuk berucap apa aja malah jadi boomerang. Lalu tersiar di sosmed dengan jawaban yang “nyeleneh” mengenai pernyataan istri muda yang rupawan itu, iya rupawan. Menurutku ya.      

Bukan di Posisi Keduanya       

Sejujurnya aku tidak diposisi keduanya, maksudku belum memiliki anak dan tidak memilih Childfree, seperti yang aku info di paragraf awal masih sedang berusaha, get it?. Tangan ini loh tergelitik untuk menjadikan issue tersebut salah satu konten bulan ini. Nyatanya, aku bagian dari istri yang sedang berjuang untuk mendapatkan garis dua dan memiliki banyak anak (Aamiin- yang ikut mengamini semoga ada hal baik yang menimpanya hari ini). Anggap saja, aku adalah perempuan dan seorang istri yang mimpinya seperti kebanyakan perempuan lainnya, menganut keyakinan anak adalah rezeki dan penyempurna dalam kehidupan rumah tangga. Tapi bukan berarti gak ada anak, kehidupan rumah tangganya gak sempurna. Please, dont think like that! ini yang kadang masih dianggap aneh oleh banyak orang. 

Jadi ketika ada seseorang yang memilih untuk tidak memiliki keturunan aku penasaran apa yang mendasarinya. Apakah dengan memutuskan demikian akan merubah keadaan seperti yang dia bayangkan atau justru membuatnya semakin tidak percaya pada dirinya sendiri jika dia mampu untuk menjadi seorang ibu. 

Jadi begini, memilih untuk tidak memiliki ataupun ingin segera memiliki adalah hak dari orang tersebut, aku setuju jika itu adalah pilihan pribadi antar pasangan. Memberikan komentar dengan mengatakan jika itu tak benar ataupun sebaliknya juga menurutku itu dipersilahkan as long berada di koridor yang tepat yang jelas bukan menghakimi. Semisal orang tua yang mengutarakan pendapatnya- ingin segera memiliki cucu- lalu diskusi ke para anak-anaknya ini. Ingat pendapat ya bukan memaksakan kehendak. Saat pendapat itu diutarakan dan yang bersangkutan (anak-anak tadi, red) tidak menggubris dan memilih tetap teguh dipendiriannya. Itu juga haknya karena sebagai orang tua yang mengikhlaskan anaknya di pinang oleh seseorang maka, tanggung jawab tersebut beralih ke suaminya.

Baca juga : Selamat Menikmati 1057 Hari Pernikahan, Mas!

Perkaranya begini, Dia- aku akan menyebut seseorang yang menjadi influencer, blogger dan writter tersebut begini saja. Terlepas dari prestasi dan aktivitas kini yng berseliweran di sosmed, telah menggaungkan jika tidak berencana memiliki anak dalam kehidupan rumah tangga. Menurutnya, sebagai seorang perempuan, dia bebas menentukan pilihan hidupnya sendiri termasuk tidak menjadi seorang ibu dan hal tersebut didukung oleh suaminya. Setuju kah aku? pada kenyataannya, aku setuju jika gender tidak membatasi seseorang untuk bisa melakukan apapun dan menentukan apapun apalagi sesuatu yang mempengaruhi hidupnya sendiri, asalkan tidak mengusik orang lain dan atas persetujuan bersama, tapi jika itu keputusan untuk tidak memiliki anak baik itu kandung, angkat ataupun adopsi aku rada gimana gitu, ya jujurly balik lagi aku termasuk perempuan rata-rata yang berkeinginan memiliki momongan. 

Dia yang sangat aktif menyuarakan isu tentang perempuan, ketika seorang perempuan yang kodratnya hamil, melahirkan, menyusui lalu tiba-tiba memilih Childfree, menjadi gaduh bahkan menjadi trending  yang dibahas di sosial media, bahkan pernah diangkat menjadi salah satu berita di TV Nasional lho. Ya karena itu merupakan topik sensitif yang bertolak belakang tradisi warga Indonesia, gitu ya?. Pas pula! ketika followernya kebanyakan dari negara +62 tempat dia berasal, mereka menggangap bahwa hal tersebut adalah bahan empuk untuk digunjingkan, apalagi sebuah statement itu keluar dari seorang influencer. Netizen mulai berspekulasi macam-macam dan mulai teori cocoklogi dengan kehidupannya. Meskipun di Indonesia tidak ada paksaan dari pemerintah ataupun aturan yang mengharuskan setiap rumah tangga harus memiliki keturunan, tapi pernyataannya tidak diterima oleh sebagian netizen. 

Lanjut, keputusannya untuk memilih Childfree dianggap bukan keputusan sepihak, melainkan atas persetujuan suami dan keluarga besar pun setuju. Tentu semua itu telah di pikirkan matang-matang baik buruknya. Lalu pendapatku? Ya jelas tidak penting. Wong aku bagian dari netizen yang kalau di pikir-pikir lagi, "iya sih itu kan kehidupan pribadinya, tidak berpengaruh di aku. Mungkin berpengaruh di sebagian followernya yang menganggap bahwa pernyatannya itu ada benarnya. Sekali lagi, mungkin ya

Sebagai sesama perempuan, aku cukup menghargai setiap keputusan yang dia ambil, toh itu hidup dia, dia yang menjalani dan dia yang merasakan. Dipikiranku, oh mungkin didikan masa kecilnya berpengaruh dengan keputusannya ini, itu yang di utarakannya untuk menjawab setiap "kenapa?" yang di tanyakan netizen bahkan orang-orang sekelilingnya. Mungkin juga ada alasan lain yang menurutnya tak perlu dibagikan ke khalayak ramai. So, Judge pilihan dia saat itu tidak aku lakukan. Kami sama-sama perempuan yang memiliki persepsi sendiri ketika menjadi istri. Lah keresahannya dimana klo aku oke-oke bae? Haha      

Tanpa Anak Anti Aging Alami?

Belum sampai di situ, beberapa waktu lalu, ada ketikan darinya yang dengan cepat ter highlight akun gosip dan akun-akun lambe-lambe lainnya. Isinya adalah, Dia mengangap dengan tidak memilik anak, membuatnya bisa tidur selama 8 jam sehari, bebas dari teriakan anak-anak dirumah yang membuat stress bahkan bisa melakukan botox saat wajah mulai keriput dan nampak awet muda karena memiliki cukup uang. Nah ini yang mungkin agak frontal dan judgment terhadap ibu-ibu diluar sana yang memiliki anak ataupun banyak anak, namun hidup yang dia jalani padahal happy-happy aja dan tidak seperti yang dia gambarkan. Itulah yang mendasari postingan ini muncul ditengah review hotel, cosmetic dan cafΓ©-cafΓ© lainnya yang aku kunjungi. Hehe

Banyak ibu-ibu yang memiliki anak merasa tersinggung lalu memberikan komentar mulai dari good comment hingga bad comment. Ada pula yang mulai melakukan safari masa lalunya dan menemukan sesuatu yang menarik dan masih tersedia di blog miliknya. Keinginannya adalah memiliki 2 anak yang akan dia besarkan dengan caranya. Di sini yang membuat mereka tak habis pikir, seorang influencer yang gemar menggaungkan perihal kebebasan, kesetaraan perempuan memberikan komentarnya terhadap sesama perempuan yang memiliki keturunan dengan kalimat tajam seperti itu. 

Aku yang belum menjadi ibu juga mulai terusik. Apakah anak sebeban itu baginya? Ataukah itu hanya pemikiran dia saja. Permasalahan ada di sini. Dipandang sebagai sosok yang inspiratif namun tidak selaras dengan apa yang terlontar dari mulutnya. Bukankah apa yang terucap dari mulutnya akan menjadi pedoman bagi seseorang atau segerumbulan orang yang memuja dirinya. Iya kan?

Menurutku, dia yang notabene seorang public figure, sebenarnya juga berlaku untuk semua orang. Setiap apa yang ingin dilontarkan bukankan harus di pikirkan dampak baik buruknya. Pemilihan kalimat harus diperimbangkan. Aku yakin, pasti ada yang mendukung keputusannya untuk childfree karena alasan yang melatarbelakangi. Entah takut gagal sebagai orang tua ataupun alasan lainnya yang dikuatkan dengan berbagai bukti.

Namun mengutarakan di khalayak ramai kalau anak adalah beban, penyebab tidak tidur dengan teratur, hingga childfree bisa menjadi anti aging alami. Do you belive it? Menyebalkan jika mendengar dia mengatakan demikian, aku yang belum memiliki anak dan sedang berusaha memiliki anak menganggap bahwa apa yang disampaikan bisa dibantah dengan kerjasama antar pasangan. Bisa dicarikan solusi dengan menyewa baby sister atau ART. Bisa juga dengan pembagian tugas dalam rumah tangga. Terlepas dari itu semua Childfree adalah keputusannya. Sebanyak apapun dukungan, hujatan ataupun kontraversi yang datang, aku yakin dia siap menerima itu semua. begitu ya. Semoga apa yang disampaikannya perihal memiliki keturunan ataupun lainnya tidak lagi "asal terlontar" tapi juga di pertimbangkan baik buruknya. 

Bagi ibu-ibu yang kini bergelut dengan buah hati mereka, mungkin tidurmu memang berkurang, mungkin kalian memang akan sedikit menyepelekan perihal penampilan sehingga beberapa orang mengganggap nampak berantakan, tapi aku yakin, ada kebahagiaan tersendiri ketika kalian menyaksikan buah hati  tersenyum, menyebut namamu dan berlarian memelukmu, karena bagaimanapun menjadi ibu itu sebuah sebuah keberuntungan, tidak semua orang bisa seberuntung kalian. 

Begitu juga dengan yang belum memiliki buah hati namun tidak memilih childfree, i know so well  kalian tetap menjadi pasangan serasi dan saling mendukung. Bertemu dengan kalian dengan kondisi yang saling memandang dan bergenggam tangan itu awesome. Terlepas dari nyinyiran kanan kiri yang membungkus pertanyaan - kapan ataupun sindirin- perihal keturunan, kalian terlihat sempurna dan tetap melengkapi. 

Ingat jika anak adalah pelengkap kebahagiaan, tidak mungkin ditemui pasangan yang memilih berpisah hanya karena bosan, tidak bahagia ataupun cinta mulai pudar diantara keduanya. Jika belum memiliki anak juga dianggap sebagai alasan berpisah, maka tidak mungkin menemui pasangan  bertahun lamanya berdua namun masih mesrah bahkan membuat semua mata tertuju pada mereka. Jadi, bisa di simpulkan sendiri bukan, jika bahagia bisa diciptakan dari mana saja?

Komentar

  1. Saya kebetulan cuma punya anak semata wayang mbak.dan kini sudah bujang,tapi bukan karena saya kepingin ikutan trend childfree yg ono..tapi karena kebetulan saya susah melahirkan dan agak sedikit trauma..tapi saya penyuka anak kecil apalagi bayi"yg menggemaskan..ya memang sih itu hak "dia..tapi rasanya koq piye gitu ya kalo dia bilang gitu..ga mau punya anak semata"karena beban dan ga mau keganggu...sementara disisi lain banyak wanita "yg mendambakan momongan..tapi ya sekali lagi walupun itu hak dia..cuma rasanya ga patut aja kalau di ungkapkan di khalayak ramai..tau saja pan konsekwensinya kayak apa..walaupun itu keputusan bersama kedua belah pihak..mungkin dia sedang lelah mbakπŸ˜πŸ™

    BalasHapus
    Balasan
    1. setuju mba.. memang itu keputusan dia, tapi kurang tepat dengan penyampaiannya, terlalu frontal, meskipun itu untuk kehidupannya pribadi, tapi krena sebagian followernya netizen +62 jadi kayak "bahan empuk untuk di cerca"

      Hapus
  2. Halo mbk, saya juga sempet lihat beritanya dulu tapi jujur saya bodo amat. Meskipun sempet mikir juga masa iya nggak punya anak bikin awet muda dan bahagia?
    Trus saya lihat anak saya. Ya Allah, kayaknya enggak deh. Sebelum punya anak dan sesudah punya anak rasanya nggak beda jauh. Ya mungkin lebih capek dan nggak punya waktu untuk diri sendiri. Tapi rasanya bahagia banget nget nget. Justru saya ngebayangin kalau nggak ada dia, saya bagaimana? Lagian tetep bisa kok merawat diri meskipun harus curi-curi waktuπŸ˜‚
    Semoga keinginan mbaknya untuk segera memiliki anak segera terwujud ya, amin🀲🀲😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hii mba astri, aku setuju banget dengan mbanya. Meskipun lelah punya anak itu tetap menyenangkn ya, bisa liat makhluk kecil yang beranjak dewasa di samping kita, gak bisa dibandingkan dengan apapun meskipun capek, sedih dll gitu. Kalau pun takdir mengatakan "yaudah berdua aja, itu jalan terbaik" itu juga menyenangkan, kan? karena manusia ttp berencana, Tuhan pemegang keputusan terbesarnya.

      Hapus
  3. Haloo kak, salam kenal ya. iya nih kan lagi ramai isunya.Kalau aku milih anak 3 cukup kayak skrg hahaha.Alhamdulillah...semoga keinginan buat punya anaknya cepat terwujud ya aamiin

    BalasHapus
  4. Sempet heboh pas si mbak bikin statement gitu yaaa πŸ˜πŸ˜…. Kalo mau jujur nih mba, aku salah satu yg ga mau punya anak sebenernya. Aku ga suka anak2. Duluuuuu. Sebelum Ama pak suami, aku sempet komitment Ama mantan sebelumnya utk ga mau punya anak, Krn kami berdua memang ga suka anak. Ntahlaah, mungkin didikan ortu yg bikin aku ga pengen punya anak samasekali.

    Tapi Krn ga jodoh Ama si mantan, malah ketemu pak suami yg ternyta suka anak2 🀣. Kami sempet putus nyambung Krn masalah anak ini. Tapi pada akhirnya aku yg ngalah, Krn terlalu cinta Ama dia πŸ˜„. Cumaaa, kami berdua sepakat pale babysitter dari awal anak lahir. Itu yg aku respect dari pak suami. Dia tau istrinya ga suka anak2, jadi sebisa mungkin dia cari pengasuh dan asisten yg bisa bantuin aku supaya ga stress mengurus bayi.

    Pada akhirnya aku jadi sayang juga dengan anak2, apalagi mereka termasuk anak yg ga rewel. Cuma kalo ditanya akan nambah atau tidak, jawabannya sudah pasti tidak πŸ˜‚πŸ˜‚

    Tapi aku ga setuju dengan statement si mba yg terkait awet muda. Krn mau punya anak atau tidak, awet muda mah tergantung dari skincare dan perawatan. Kalo ga rutin ttp aja aging 🀣

    Semoga mba nantinya akan dikaruniakan anak segera yaaa.πŸ€—

    BalasHapus
    Balasan
    1. berarti ada alasan yang mulanya membuat mba fanny tidak berniat memiliki anak ya, karena didikan orang tua, tpi ketika bertemu dengan suami saat ini dan menyakini bahwa anak itu pelengkap rumah tangga, perasaan yang "gak suka" itu jadi rasa sayang kepada anak-anak sendiri ya.. Apakah itu yang disebut naluri ibu.

      Nah perkara awet muda ini yang jadi kontrak di dunia konoha ini. Hehe

      Hapus
  5. Hmmm ini agak2 dilema si sebenarnya Mbak. Saya kebetulan adalah guru TK. Banyak banget saya ketemu sama orang tua murid yang punya banyak anak, tapi ga bisa merawat anaknya dengan baik, akibatnya ya anak-anaknya jadi tidak mendapatkan haknya secara seharusnya. Kadang suka kasian sama anak2 itu, orang tua hanya melahirkan tetapi tidak memikirkan masa depan anaknya. Punya anak atau tidak itu memang keputusan setiap orang, tapi kalau sudah memutuskan untuk memiliki anak, harusnya orang tua bisa bertanggung jawab atas masa depan anaknya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. setuju mba, hanya berpikir yang penting punya anak tanpa memperhatikan kualitas hidup sang anak juga gak baik. Jadi memang memiliki anak itu harus benar-benar dipikirkan secara matang mulai dari anak itu sudah hadir di rahim sampai dia bisa bertanggung jawab atas dirinya sendiri.

      Hapus
  6. salam kenal mba Dian, tema yg dibahasnya lumayan sensitif sih menurut saya, tapi memang sering terjadi di lingkungan masyarakat kita.

    saran saya sih tetap berikhtiar serta berdoa menyangkut keturunan serta rejeki semua ditangan Allah , tetap berpositif thinking aja.

    BalasHapus
  7. Kalo mbak anu itu emang rada2 dan ga heran banyak yg ngebully karena di Indonesia kalau childfree itu dianggap sesuatu yang negatif. Tapii ya dilihat lagi, bisa jadi yg chiildfree karena trauma atau alasan lain

    dan sebelum nikah, sisa2 emosi negatif masa lalu, atau inner child, kudunya dibersihkan dulu. Jadi manusia yg baru dan menempuh hidup baru sehingga siap untuk punya anak.

    Semoga dimudahkan untuk hamil ya mbak, bismillah sehat2 sekeluarga.

    Salam kenal dari Malang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin dia sudah dealing dengan resiko yang akan diterima setelah menyuarakan pendapatnya itu mba. Sedihnya cara menyampaikannya itu kayak gak ada empatinya. Terlepas dari bagaimana masa kecilnya yang dapat kita sebut gak biasa, dan mendasari keputusannya untuk childfree. Tapi yasudahlah itu kehidupannya dia. Hehe, dia yang lebih merasakan dampaknya.

      Amiiin terima kasih doanya Mba. Sehat-sehat selalu yaa.

      Hapus
  8. Kalo aku bagian yang ingin punya anak mbak, kalo lihat anak kecil umur 2-3 tahun itu rasanya gemesin. Tapi aku juga menghargai orang yang mau child free kok, tiap orang bebas buat pilihan masing-masing.

    Semoga mbak Dian bisa punya anak ya.πŸ™‚

    BalasHapus

Posting Komentar