Jogja 3D2N Maraton Taman Mudal Dan Geblek Pari

Assalammualaikum pembaca budiman, pembaca Budiman, pembaca Budiman. Hehe. Sehat selalu  kan ya ? week end kemarin kemana aja? Sudahkah berlibur Bersama keluarga, teman, pacar, sahabat atau seorang diri? kalaupun kalian hanya rebahan di kasur sambil ngedrakor its okay, namanya juga WEEK END, bebas melakukan apa aja untuk menyenangkan hatimu. Kuharap kalian tak pernah bosan untuk terus membaca blog ini ya. kalaupun bosan yaudah healing lagi yook. Calm down lepaskan penat, mari cari angin segar di sekitar, kalau gak nemu di sekitar yaudah carinya agak jauhan. As long itu nyaman dilakukan go head!

Well, lanjut update untuk Jogja tour 3D2N yuk. Ngetik tulisan ini jadi pengen liburan lagi ( loh loh loh mari semangat kumpulkan cuan, SEMANGAT!! liburan dengan dompet tebal). Oh ya, bagi pembaca budiman yang baru join baca, jangan lupa baca 2 tulisan sebelumnya ya, biar nyambung.

Baca santai di pantai ngandong

Karena berliburku dimulai di hari jumat, so setelah keluar dari pantai Ngandong aku mencari masjid terdekat untuk pasukan pria solat jumat berjamaah, Setelah itu lanjut check in hotel for take a break and rest a while. Malam harinya, karena lokasi hotel dekat dengan pasar malam Mallioboro, jadilah kami ke sana dengan jalan kaki. jalan kaki? yes, tips untuk kalian yang mau ke Mallioboro dengan menggunakan kendaraan roda empat, pastikan datang di siang hari. Menginjak sore meskipun jarak tempat kalian berada dengan Mallioboro cukup dekat dan nekat dengan kendaraan kalian akan dipastikan terjebak macet. 

Keesokkan harinya, setelah sarapan, aku menuju ke destinasi kedua -Taman Mudal- , wisata air yang  singkatnya di area Pegunungan Menoreh - Kulon Progo. Destinasi yang aku pilih ini nyempal dan jauh dari hotel. Kurang lebih memakan waktu 1,5 jam dari hotel. Haha. Sekalian kan ya kalau ke Jogja datang ketempat yang emang jauh-jauh nikmat yang menurutku tidak banyak orang tau. Masih menurutku tapi kenyataanya sudah banyak orang yang jauh-jauh datang kesana. Haha

Perjalanan menuju Taman Mudal melewati perbukitan yang sangat indah, jalanan beraspal dan terdapat pula perkampungan di kanan kirinya. Meskipun tak banyak rumah yang berjejer, tapi cukuplah itu disebut kampung ye kan?. Matahari juga tak begitu menyegat kulit, sinarnya kuning tapi tak membuat silau mata, udara segar dan semilir angin melengkapi perjalanan pagi itu. Semuanya prefect!. Tentu saja aku tak menyia-nyiakan kesempatan indah ini untuk merekam. (As always yaa, ngonten. Haha). Yuk bahas sekilas tentang wisata air ini.

Taman Mudal ini sejenis ekowisata taman air yang awal mulanya dikelola swadaya oleh masyarakat setempat. Lalu di tahun 2016 di support oleh PLN untuk terus dikembangkan menjadi ekowisata yang lebih apik dari sebelumnya. Kedatanganku disana tentu direkomendasikan google yang siap sedia menginformasikan wisata alam yang menarik untuk dikunjungi dengan budget minimalis. Ngomong-ngomong soal budget, harga tiket masuk di wisata ini sangat murah, 10rb per orang dan tiket parkir mobil sebesar 5rb rupiah. (Bisa dihampiri lagi deh ini)

Ada 2 jenis pemandian yang dapat dinikmati di area ini, dan dibagi menjadi masing-masing kedalaman kolam dangkal untuk anak-anak dan dewasa dengan kedalaman 2 meter. Semuanya bersumber dari dalam goa seikitar pengunungan. Usut punya usut karena air goa jernih, bersih berwarna hijau tosca dan tak bebau. Masyarakat sekitar menggunakan air tersebut untuk kebutuhan sehari-hari. Bebatuan yang tersusun alami dan membentuk seperti air terjun pun menambah ke elokkan wisata ini. Tersedia pula kolam terapi ikan (spa ikan), you know kan yeorobun?. Mencelupkan Kaki kedalam kolam ikan dan well ikan akan memakan semua kotoran yang ada di kaki. Yang beberapa tahun lalu  sempat hits yeorubun. Kolam itu juga yang aku tuju untuk dinikmati dari pada berjebur-jebur ria di kolam dewasa. Hehe. Track menuju masing-masing kolam juga tertata rapi. Anyway tangga menuju ujung Taman Mudal  masih menggunakan tangga kayu, jadi  harus  tetap hati-hati yak karena ini wisata air tentunya  licin.

Fasilitas lainnya  juga lengkap serta masih masih apik kok.  Flying fox. Camping ground, Spot foto yang instagramable, Gazebo yang disediakan menurutku juga cukup banyak, jadi tidak banyak pengunjung yang tercecer duduk di tanah. Ditambah pula, tempat ini menyediakan Wifi dengan kecepatan kilat no password, membuat bapak yang gak terjun ke air dan memilih menjaga perlengkapan kami bisa membuat konten tiktoknya dengan sempurna . Haha

Sadly, berwisata di Taman Mudal tidak bisa berlama-lama karena tempat ini akan sangat padat pengunjung di siang hari. Beruntungnya aku datang di pagi hari tepat 15 menit setelah wisata ini buka. Jadi masih sepi dan banyak spot yang masih kosong. Didukung dengan cuaca yang sedang berseri-seri, hunting foto sudah terlaksana dengan baik. Haha Alhamdulillah again.

Wisata Pari di Geblek Pari

Keluar Taman Mudal, karena masih di area Kulon Progo dan belum juga makan siang, aku memutuskan untuk ke Geblek Pari Nanggulang. Tempat makan yang menyediakan makanan rumahan khas ndeso dengan pemandangan alam yang mirip banget swiss (lebay yaa? Haha, padahal belum pernah kesana). Geblek Pari ini lokasinya tak jauh dan sejalan arah hotel. 30 menitan dari Taman Mudal. Awalnya hanya berniat untuk makan siang sambil menikmati pemandangan bukit Menoreh lalu pulang dengan perut kenyang. Tapi setibanya di sana, aku sangat takjub ada gitu ya lokasi yang se epic ini di tengah sawah. Sekeliling resto jowo yang dipenuhi dengan hamparan pari kuning siap panen. Resto ini tersedia tempat indoor dan outdoor dan semuanya cocok untuk sekedar menikmati sajian ataupun nongkrong ala warung desa dengan bangku kayu. Meskipun datang disiang yang terik, tempat ini masih terlihat menarik. Tersedia pula jalan cor-coran tengah sawah untuk para pengunjung menyewa skuter elektrik, sepeda, ATV ataupun sekedar berfoto, dengan backgroud bukit Menoreh. Masya Allah

Karena mengusung tema ndeso, segala macam yang ada di Geblek Pari menggunakan peralatan tradisional. Seperti menggunakan piring  blerik – piring yang terbuat dari seng enamel dengan corak vintage, pinggiran biru dengan belang putih. Variasi lauk pauk yang  menggugah selera yang disediakan tertata rapi dalam wadah blirik hijau dengan centong kayunya. Kompor yang digunakan pun menggunakan kompor tungku kayu. Sungguh khas ndeso.

Selesai makan, aku tidak langsung beranjak, sangat disayangkan jika hanya datang, makan lalu pulang. Mas bojo berinisiatif untuk menyewa 3 skuter elektrik  dengan harga masing-masing 35rb/jam yang digunakan untuk mengelilingi bukit menoreh sesuai dengan rute yang disediakan-Jalan cor-coran sampai tengah sawah. Tak lupa pula collect foto di tempat yang cantik ini. Lagi-lagi aku tak bisa melepaskan kata cantik, indah, menawan dan eksotis ketempat yang aku kunjungi. Hahah.

Hati udah seneng, foto udah banyak, udah pula jalan-jalan keliling hamparan pari yang ada di Geblek Pari, saatnya Kembali ke hotel. By the way karena ke Jogja ini temanya  memenuhi keinginan bapak untuk menyaksikan angklungan. Jadilah setelah bersih-bersih diri, aktivitas malam dilanjutkan dengan jalan-jalan ke Mallioboro lagi untuk menyaksikan angklungan. Emang kemarin malam gak nemu? Harusnya nemu, tapi karena saat itu sabtu, mungkin lebih rame. Hehe. I wish semuanya happy, meskipun badan capek tapi hati tidak.

Untuk pembaca budiman yang sedang baca blog ini, (anggaplah yang sedang baca ini jutaan. Amiin) terima kasih yaa, tanpa view dari kalian, blog ku terasa hambar. Jangan sungkan-sungkan meninggalkan komentar ya.

Komentar