Assalammualaikum.. Udah gak bisa
ngomong apa-apa lagi tentang terlambatnya cerpen ini. HEHE hampir satu tahun
tak ada update terbaru. Entah masih ada yang baca atau sudah "OKE
LUPAKAN" tapi yang jelas aku gak akan tenang sampai ini usai!. Selamat
membaca ya pembaca budiman. Btw bacanya tetap dirumah kan ? Jangan kemana-mana
ya, pandemik masih belum usai.
Aku datang di tengah kerumunan,
menyaksikan Aras yang udah berapi - api sedangkan Gito terlihat santai bahkan
memandang remeh tatapan Aras. Gito mah gitu, slengek an gak pernah ada hal
serius di hidupnya, itu sih yang aku tangkep sejauh kenal kunyuk menyebalkan itu. Ya Allah
ampuni mulutku yang gak bisa enggak mencerca mahkluk astral yang emang gak
ada baik-baiknya di mataku.
Dia dikasih hidup hanya untuk bercanda
kali ya, Heran aku. Penampilannya pun mulai berantakan tidak seperti jaman SMA gitu, fix dia tidak terawat. Rambutnya mulai gondrong ala-ala anak komunikasi. Sorry
for not feel sorry emang gitu dianya. Minus. tuh kan bacot ini
kumat lagi. Astagfirullah Jauhkan aku dari manusia ini ya Allah.
"Aras.." panggilku yang kemudian
mendapati sorotan matanya tak lupa dengan sekeliling manusia yang ada disana
"kalian ngapain sih.."
sengutku pada kedua lelaki yang sama sekali gak tau adab ini.
"Dia yang bikin gara-gara
duluan" tunjuk Gito ke Aras "Coba nih baby nya dikasih wejangan,
jangan jadi cowok yang gampang naik pitam. Ati-ati lo, Bi dia ganas."
saran terakhir dari Gito yang sukses buat aku natap tajam plus jijik dengan
dirinya. Manusia abal-abal ini ternyata mulutnya enteng banget kalo ngomong kek
kaleng kosong.
"bacot lo diem aja, gue gak tanya
elo, Manekin hidup!.Ayok Pergi, Ras"
Aku menggandeng paksa tangan Aras untuk pergi dan menjauh dari tatapan anak-anak lainnya. Sempat dianya mengelak. Lirikan mataku tak kalah tajam dengan mereka yang sedang menatap kami dan akhirnya Aras melunak.
Didalam mobil Aras berkali-kali
mendengus kesal, aku hanya memperhatikannya sampai dia tenang. Gak tau kenapa
sekarang Aras lebih cepet emosian. Padahal dulunya dia kalem loh kek anak
kucing. Lucu, nah ini malah kek mau tawuran gini, Astagfirullah.
Setelah amarahnya mereda barulah
aku tanya kenapa dirinya membuat ramai di sana.
"banyak-banyak istigfar, Ras, kamu ngapain bercengkramah dengan Gito, ada yang salah?" tanyaku penasaran. Bukannya dapat jawaban ehh si Ganteng malah peluk. Nah kan aku kegirangan. ehh tunggu bukannya dia tadi marah ya. lah kok ini.
"kenapa sih sayang?" tanyaku
sambil nahan tawa, habis manggil sayang ke Aras ini kek ada bulu-bulu halus di kaki kayak tersapu angin. Geli.
"tadi pagi kamu semeja sma dia
kan?"
Pertanyaannya ini seperti gak butuh
jawaban deh, cowok ini tau dari mana juga. Dia punya mata-mata dikantin? oh
ya? atau dia punya six sense atau di tubuhku ini ada gps. Hello Bintang
ngomong yang masuk akal aja, gak usah buang-buang waktu.
"he'em tapi semeja bikin kamu tengkar kayak gitu what the hell, Aras, kalian bukan bocah.Kondisinya juga gak sengaja waktu itu, disana juga ada Dira. Setelah tau ada manusia ubur-ubur itu, aku juga langsung cabut ke kelas. thats it!"
Aras terdiam, hingga perjalanan pulang
dia hanya menjawab sekenanya saja. singkat, padat, jelas gak ada keterangan
ataupun tambahan kalimat lain. Sebel!. Sepanjang jalan keknya Aras lagi sakit
gigi, gak ada ngomong sama sekali. Dari tadi aku cerita cuma di jawab
"heem, gk, iya" dipikir ini ngomong sama siapa coba.
Mobil berhenti di pelataran rumahku.
"yaudah aku masuk, makasih,
Bye!" kalimat terakhirku kemudian keluar dari mobilnya
"kalau gitu gak usah deket-deket
Dira" ucapnya saat aku memutar dan menuju halaman rumah
Ini anak kesambet atau gimana sih, kok
tiba-tiba childist gini
"Ras, plis ya.. tau kan aku dari
awal deket sama Dira?, ini kenapa kok tiba-tiba ngomong gitu. Kamu aneh, sebenarnya
ada apa antara kamu sama Gito kok gak sampai sebenci itu,apa ini aku yang GR atau
gimana. Kamu takut aku diambil Gito ? kupikir bukan itu alasannya, sekarang
jelasin ada apa ?””
Lama nunggu Aras gak segera ngasih jawaban.
Dipikir beneran patung kali ya aku ini.
Udah ahh.. pulang sana,
Bete!'"
Aras kemudian tancap gas dan menghilang
dari pagar depan rumah. Tanpa salam, biasa kalau doski marahnya kumat. Padahal
itu gak baik loh, aku aduin ke bunda, lihat aja ntar. Mobilnya melaju dengan kencang dan menyapu daun-daun kering yang ada di pinggiran trotoar. Aku
hanya geleng-geleng kepala ngelihat kelakuannya
"kayak anak kecil ih" desahku
***
"Helo Dir." sapaku pada Dira
yang akan memasuki ruang kelas dan disambut dengan senyum hangat. Kami memilih
tempat duduk tengah yang tak jauh dari Layar depan kelas. Masih sepi, biasa lah
anak komunikasi, masuknya menunggu jam kelas mulai. gak bisa datang lebih awal.
kek aku sama Dira gini.
"Bi gue denger kemarin cowok lu ribut lagi ya sama Gito? Emang dia segitu bencinya ya sama Gito?"
Aku hanya tersenyum "ya begitulah cowok tertampan di mataku itu"
Andai aja dia tau kalau Aras benci
banget sama Gito. Mungkin Dira juga jaga jarak sama aku karna Gito sahabatnya. Tapi gimana ceritanya. Mending diem aja bagus. Gak buat perkara lebih. dan
Dira masih tetap jadi sahabat baikku.
"apa sih alasannya, Bi ? Dia
cemburu ? Mungkin karena Gito terlalu humble kali ya atau kalah ganteng sama
Gito heheh?" bela Dira dengan membuka lembar demi lembar halaman bukunya
.
"enak aja, Aras itu lebih ganteng
tau!"
Dira tertawa keras. "Oke Ampun, Bi "
Macam-macam komper Aras sama Gito , Arasku as usually nomer
1 dan gak ada yang bisa kalahin.
"Lagian ya, Bi, bukan
maksud gue buat julid ya. Aras klo ngelihat Gito kayak mau nerkam
aja, horor tau!"
Dira rupanya masih penasaran dengan
pertikaian Aras dan Gito.
Aku sendiri binggung, kalau di
pikir-pikir Aras dan Gito gak pernah ada masalah personal. Kecuali
Gito yang dulu coba dekatin aku pas Aras gencar banget di pepet Tia. Itu pun
karena Aras gak nembak-nembak jdinya Gito berusaha dekat. Tapi kan akhirnya aku
jadian sama Aras, apa sesedehana itu masalahnya sampai Aras seperti itu. Apa
bener semuanya bermula dari rasa cemburu. Kok ya sampai segitunya, atau memang benar, buktinya kemarin doski gak ngasih jawaban sama sekali. Aras terlalu misterius sekarang.
***
Mendekati semester akhir, kebanyakan
sekarang ujian pada take home. Banyak banget tugas yang harus di
kerjakan. Jangankan untuk ujian, paper untuk matkul biasa aja sudah
bejibun dan harus di send dalam waktu 24 jam. Gila!! dosen komunikasi gila.
Ditengah kespanengan megerjakan tugas kuliah. Ditambah dengan kasus virus
Covid-19, kuliah Libur tapi tugas tetap jalan. Tuhan bisakah aku tenang
sejenak. Tiba-tiba Bunda muncul dari balik pintu .
"Bintang, ada tamu" info bunda.
"kalau Aras aku gak mau, Bun.
bilang aja lagi sibuk persiapan ujian besok"
"bunda diajarin bohong ih.. "
Bunda mah usil, giliran anaknya pengen
belajar yang rajin bilangnya gitu. "tolong dong, Bun sampein, aku lagi
deadline tugas nih. ya ya ya.." pintaku ke bunda tanpa beralih posisi
"hmmm , sekali aja , okay"
bunda kembali turun kebawah, dan aku
bergegas ngelihat dari jendela kamar lantai dua, tempat ternyaman untuk
melamun. Si ganteng udah pergi rupanya setelah di kasih tahu bunda kalau aku
gak bisa di temui.
"Selalu aja seperti ini ya, Ras gumamku. Aku jadi memikirkan perkataan Dira waktu itu. Entah benar atau tidak, kalau menilik kearah sana, kurasa juga masuk akal.
"Bi.. Gue sempat tanya ke Gito
tentang permasalahannya dengan cowok lu. Jawabannya cukup buat gue kaget sih,
katanya cowok lu pernah ada fair dengan ceweknya. Kupikir itu bualananya Gito,
secara lu kalau cerita soal Aras selalu menggebu-gebu. Dan juga kalau
dilihat cowok lu anak baik-baik kan ya?"
Pertanyaan Dira sudah pasti aku berikan jawaban iya. Aras adalah anak baik-baik yang aku kenal. Gak mungkin dia hianatin aku. Aku percaya dengan ucapannya, tapi semakin aku percaya semakin aku mulai ragu adakah hal yang dia sembunyikan dariku. Apakah berita dari Dira murni kebohongan Gito atau memang ada yang Aras sembunyikan dariku.
Komentar
Posting Komentar