Kamu
pasti pernah dikecewakan dengan orang yang tak pernah kamu sangka. Kamu pasti
pernah dibuat menangis dengan orang yang kamu kira baik hatinya. Kamu
pasti pernah mengunci diri di kamar dan tak membiarkan orang lain mengerti
sedihmu. Bukan karena kamu malu, tapi karena kamu butuh waktu sendiri untuk
terima kesakitan itu. Membenci diri sendiri karena tak berdaya berbuat
semestinya meski rindu juga menggebu di kepala.
Kadang hidup memang harus dicumbu gelisah bahkan
sampai menderita. Melalui kesulitan untuk terima kenyataan kemudian
mengikhlaskan. Tak ada yang mudah mengatakan rela jika yang kita lepaskan
adalah sesuatu yang berharga. Namun, tak ada cara yang lebih mudah selain
menerima. Sebab, dengan begitu kita akan sadar segala yang ada di sisi sifatnya
sementara. Tenanglah, kita semua pernah mengalami yang namanya terluka. Berada
di kondisi yang tak pernah kita harapkan ada.
Beberapa waktu yang lalu aku seperti itu. Apa yang
kumiliki tiba-tiba melayang, pergi menjauh seperti terbawa angin topan. Duniaku
terbalik dalam hitungan detik. Aku mencoba menguatkan diri, kembali
mengumpulkan pemikiran dan usaha terbaikku jika tak ada yang benar-benar
tinggal, setiap datang akan diiringi dengan pulang. Tapi tetap saja, aku
meluruh dengan kehilangan. Aku menangis sejadi-jadinya karena usaha relaku
gagal tak tersisa. Kehilangan begitu menyesakkan hingga aku sulit untuk
bernafas. Saat itu aku merasa aku sudah berada di titik terbawah dalam hidup.
Tak ada yang berjalan sesuai kehendakku. Kupikir hidupku sungguh-sungguh
memilukan dan aku tak kuat untuk berdiri tegap. Bahkan untuk menyemangati diri
sendirian aku tak mampu.
Meski begitu, logika kembali walau butuh waktu yang tak sebentar. Sadar jika apa yang aku genggam sampai kepayahan kini harus kulepaskan. Itu saran yang kubisikan lirih ketika mataku bertemu dengan diriku sendiri didepan cermin. Aku yakin akan ada pelangi setelah rintik hujan berhenti. Langit mendung akan indah dengan hiasan beberapa garis warna-warni yang membuat mata kita terpesona. Aku memang butuh seseorang, namun sebelum itu yang perlu kulakukan adalah melewati ini sendirian dengan hati yang tak memikul beban. Aku tak boleh berhenti untuk menuju hal baru yang telah menungguku di ujung sana. Aku harus terus hidup untuk memperjuangkan apa yang kumiliki saat ini, tak boleh menyerah hanya karena pernah kalah dan tumpah airmata.
Komentar
Posting Komentar