Bangkit Dari Rasa Sakit Itu Perlu


Hai pembaca budiman! , mungkin beberapa waktu kedepan aku lebih concern untuk menulis tentang isu-isu perempuan dan pelecehan. Bukan karena bosan membahas romansa, toh itu emang tema yang menurutku bisa ngetik sambil tiduran #sorry sombongnya come up. HEHE gak kok, ntar juga balik lagi ke romance. TAPI  untuk saat ini aku lagi pengen sekali angkat tema perempuan. Alasan aku fokus adalah karena rasa perduliku terhadap cerita yang mereka alami. Aku perempuan DAN aku peka, aku tidak terima jika perempuan di perlakukan kasar, apalagi dilecehkan. Perempuan sama derajatnya dengan laki-laki, hak yang dimiliki pun sama, kenapa tak memanusiakan manusia? Terlepas dari itu, aku salut dengan dia atau mereka yang berani lantang bicara dan mengatakan jika mereka mengalami suatu hal yang menyakitkan tapi mampu bangkit. Itu pointnya. Mungkin tanpa aku berkomentar mereka juga berusaha bangkit tapi akan lebih enak jika ada support dari orang lain yang mendukung dia supaya tidak merasa sendirian.

Setiap orang tentu punya masalah dengan porsi masing-masing. Tapi kembali lagi, bagaimana kita menyelesaikan tanpa melukai diri lebih dalam. Untuk Topic kali ini aku mulai dari cuitan seseorang di twitter. Aku tak sengaja membaca DM yang kemudian di blow up oleh sebuah akun. Aku begitu fokus membaca lalu mulai tertarik dengan kisah yang dialami pun ingin turut menanggapi. Ini adalah masalah serius bagi dia yang entah namanya siapa dan tinggal dimana. Hal itu dimulai dengan keluarga yang menuntut untuk dia segera bergelar sarjana dalam tempo cepat, lalu menikah gak lebih dari umur 23 , kemudian diharuskan untuk lanjut S2 Luar negri dengan beasiswa. Ditambah pasangan bak toxic yang siap menggrogoti semangat hidup perempuan ini. Entah kenapa kehidupannya begitu di tuntut untuk mengikuti kehendak orangtuanya. Oke. Menurut boleh saja, tapi tentu sebagai manusia yang merdeka kita ingin hidup sesuai kehendak kita. So. Lets talk.  Aku gak pengen ngejudge kamu yang macem atau pun macem-macem , jalan hidup setiap orang itu sekali lagi berbeda. Tapi gak ada salahnya kalau kita saling mengingatkan dan saling ngedukung kalau kita lagi di posisi terbawah.

Jadi begini, di manapun kamu- sender.  Semoga kamu sudah dalam keadaan baik, sudah bangkit, lepas dari toxic yang membelenggung dan dikelilingi oleh orang -orang yang tulus mencintaimu. Aku sebagai pembaca kisahnmu turut prihatin dengan apa yang menimpa. Tapi lebih dari itu, aku ingin mengucapkan terima kasih. Kamu telah tegar sejauh ini, berani speak up meski pada anonim. Kamu hebat!. Ada banyak perempuan di luar sana yang juga mengalami hal sama. Tapi tidak banyak yang mampu menguak dan bercerita seperti kamu. Ada banyak yang tanpa berpikir dua kali untuk melakukan kesalahan lainnya tapi kamu tidak. Kamu masih memiliki nurani untuk bisa memperbaiki diri meskipun itu dengan proses terseok. Aku salut!

Sebagai anak kita harus patuh. Tapi kita juga harus berdikari. Untuk beberapa hal kita harus memiliki prinsip hidup yang harus kita pegang. Jika memang tidak tidak sejalan dengan kehendak orang tua, ajak bicara baik-baik orang tua. Sampaikan apa yang menjadi keluhanmu. Kalaupun pendapat kita tidak didengar, ajak orang ke-3 sebagai penengah yang dekat denganmu pun dengan orang tuamu. Kita hanya harus memberikan pendapat jika hal yang akan kita lakukan tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Mengenai kuliahmu, jika jurusan itu yang menurutmu passion. Jalani dengan senang hati. Bukti kan jika itu mampu membawa dirimu pada kesuksesan. Jika saat ini masih belum berhasil untuk mendapatkan apa yang di inginkan, mungkin di percobaan berikutnya kamu bisa bahkan gemilang dengan sesuatu itu. Positive thingking needed ya!

Aku setuju jika ada ucapan kalau pacaran tak baik lama-lama. Toh setelah menikah memang kita masih terus belajar untuk memahami pasangan bahkan mulai dari nol. Tapi menargetkan diri untuk menikah karena usia tertentu kurang pas. Jodoh itu datang di saat yang tepat menurut Tuhan, bukan menurut usia sudah mencapai berapa. Tuhan akan berikan jka menurut-Nya engkau telah pantas. Terkait hubunganmu dengan pasangan sekarang, aku sangat tidak menganjurkan untukmu meneruskannya. Kamu hanya akan terluka dan akan terus berpura-pura jika kamu tak kenapa-kenapa. Hal itu justru membuat kamu semakin merasa kosong dan tidak bahagia. Jangan under estimated diri kamu sendiri dengan segala hal yang terjadi dimasa lalu. Healing first dengan PUTUS dari dia –- pacar yang abusive.  Di awal dia baik sama kamu karena ada maunya, tapi ketika apa yang di mau sudah tercapai, luka batinmu akan semakin dalam. Semena-mena tingkahnya tidak akan bisa kau bayangkan lagi. Jika dia menyayangimu, dia tak akan melukaimu sedalam ini.

Mulailah dengan mencintai dirimu sendiri lebih banyak dari sekarang. Berdamai dengan apapun itu yang tidak membuatmu bahagia. Berkawanlah dengan orang-orang di lingkungan yang tepat yang mendukungmu. Mulai terbuka dan berbaurlah, kamu tidak akan dilihat dari masa lalumu untuk bergaul dengan siapa saja. Tinggalkan hal yang tak baik. Lakukan hal yang positif. Segarkan badanmu. Datanglah ke psikiater untuk healing mentalmu. Aku percaya setelah itu kamu akan lebih yakin untuk menatap kehidupan dari sisi yang berbeda. Kamu berhak bahagia walau tanpa dia. Tidak ada yang lebih menyayangi dirimu kecuali kamu sendiri. Ada orang tua yang juga menunggumu dengan tangan terbuka jika kau mulai mendekatkan diri pada mereka lagi.

Untuk perempuan di luar sana yang mengalami hal serupa. Sesekali menangis bahkan tersedu tak masalah. Anggaplah menangis adalah cara tercepat untuk membuang beban hati yang begitu berat. Tapi setelah itu kamu harus bangkit. Terpuruk lama-lama tak baik. Yang kemarin adalah pengalaman. Kedepannya apa yang kamu lakukan pastikan yang terbaik untuk hidupmu. Jika masalah datang kamu harus bertahan dan memecahkan dengan memikiran yang matang. Salam sayang dan pelukku dari blog ini. 

Komentar