Aku Merasa Salah

Welcome to the next topic of #30dayswritingchallange. Semua topic yang selama ini hampir memper-memper satu sma lain, dan berimbas butuh waktu lama banget ngerjainnya. Atau emang aku aja ya, yang gak siap buat challenge ini. hehehe. Anyway, topic ini tentang “rasa bersalah”. Aku binggung mau mulai dari mana, but challenge is a challenge yang kudu wajib di garap.

Rasa bersalah …

Mungkin rasa bersalah sama diriku sendiri kali ya, lebih tepatnya pada aku yang dulu the little me that Suffered from unfair world. Tapi, Bukan berarti saat ini aku gak bahagia ya. Sejujurnya peristiwa dulu-dulu itu jadi buat aku mikir. Ada banyak hal yang bisa aku jadikan penyebab bahagia even aku dalam kondisi yang gak baik. Seenggaknya ada sudut pandang lain yang aku amini untuk jadi sumber bahagia.

What could I do, I felt gulity  ketika seorang Dian kecil dibebani masalah yang betubi-tubi dan gak bunya tempat buat ngadu. She needs playing with other but she didn’t have friends who understood her reality.  Fiinally she was crying at the cornernobody knows and then she was being introvert .

Dia cuma diam tanpa mengeluh apalagi bersuara tentang kecewanya. Membungkus semua rapi di balik senyum absurd yang dia suguhkan setiap hari ,she was natural but broken inside. Aku tahu, Dian saat itu pribadi yang kuat, sampai-sampai tangisnya pun jarang pecah, dia hanya bertindak konyol dan konyol. Iya, aku selalu seperti itu di waktu kecil.

Beberapa hari yang lalu aku bermimpi bertemu dengan little me, she was energic, funny, tingkahnya yang konyol, cerewetnya yang gak mau ketinggalan dan, gak ada sama sekali Dian dengan raut muka sedih. Dia happy banget sama kegiatan yang dia lakuin, kalo gak salah maktu itu, dia dance dan ikut fashion show rame-rame sama temen kampungnya. Kampung dimana aku pernah dibesarkan sampai kurang lebih 13 tahun. Saat itu mukaku gak berhenti tersenyum dengan tingkahnya yang khas banget “Dian yang gak bisa diem”. Aku ketawa- ketawa sendiri dibuatnya. Heran juga, ternyata aku pernah sebahagia itu tanpa beban atau lebih tepatnya Dian kecil itu sungguh pribadi yang gak bisa diem banget sampai guru-guru selalu bilang kalau Dian gak butuh tempat duduk.

Setelah selesai aktivitasnya, aku datang ke arahnya dan bilang “aku ini Dian yang sekarang. Aku ini kamu yang udah gede”.  she hugs me then cry, entah kenapa aku juga melakukan yang sama sambil bilang “aku minta maaf, dek”, dia gak berhenti nangis and I also Aku merasa bersalah padanya, to little me, karena aku gak bisa melakukan apa-apa saat itu. She learn something bigger about life not at her age - I’m Sorry-

Komentar