Surat Untuk Ibu Yang Tak Bisa Kupeluk Tubuhnya


Dear someone,
i couldn' touch,
couldn't hug and
couldn't tell to anyone if i really miss her so badly.
And She is IBU.

Aku tidak bisa meminta dilahirkan dari rahim mana dan dibesarkan di keluarga seperti apa. Yang aku tahu, aku hidup dan tumbuh sampai saat ini berkat cinta dan kasih sayang dari seorang Ibu.
If i know you'll leave me with this feeling. aku akan mempersiapkan banyak kisah yang akan aku lewatkan bersamamu. Ratusan bahkan ribuan agenda dan semuanya akan dan selalu harus bersamamu. Akan aku katakan jika aku mencintaimu di setiap waktu yang kumiliki. Tak akan ada kesempatan untuk aku mengeluh dan meronta padamu sampai membuatmu merasakan sakit dan menyesal memilikiku. Never!  dan aku bersyukur kau tidak pernah mengatakannya.

Sorry.. sorry for everything i've done. Aku lebih dari cukup buat hati dan pikiran ibu panas karena tingkahku. You have given a great lesson for all of this. i really miss you, Ibu. Ada banyak cerita yang aku ingin bagikan sampai detik ini. Proses aku melewati hari tanpamu itu sungguh berat. Aku kacau waktu itu atau mungkin sampai sekarang namun tidak sekacau dulu, Entahlah. aku begitu merindukanmu, merindukan ocehanmu, pelukanmu. Aku merindukan apapun yang ada dalam dirimu, Ibu.

Ibu, i'am addiceted with your smile, and after i lost you.  Aku banyak sekali melewati masa-masa sulit, lebih tepatnya tidak hanya aku, tapi kakak dan adik begitu pula bapak. Kita belajar untuk menerima keadaan yang saat itu sangat sulit untuk membuat kita tersenyum. Kita mencoba saling menguatkan tapi ternyata kita gagal dan akhirnya tumbang pada keadaan. Kita "berpisah" dengan cara yang menyayat hati dan pikiran. Semata-mata agar kita terus "hidup" dan bergelar apa yang sempat kita andaikan. Tak ada yang lebih hancur perasaannya waktu itu selain kami yang telah kau tinggalkan. 

Ibu andai kau tahu, Since you leave us, me and another sister live a apart. kami harus mencuri-curi waktu untuk bisa bersama. Mengesampingkan jadwal penting kita untuk pertemuan keluarga karena kami sangat menrindukan bersama. Banyak kejadian baru yang membuat hidup kami jatuh bangun untuk sampai pada titik ini. Ibu.

Ibu, Aku sering sekali menangis karena merindukanmu. Terutama akhir-akhir ini. Rasanya bercerita pada ibu sendiri saat akan menjadi bagian dari hidup orang lain adalah hal yang paling menyenangkan. Hal yang sangat ingin dilakukan bagi anak perempuan yang akan di pinang. Sayangnya aku tak kedapatan dengan hal itu. meski begitu, di kesempatan kali ini, a letter to someone akan ku khususkan untukmu, Ibu. Surat untuk orang yang selalu ku rindu dan ku cumbu dalam setiap doaku.

Ibu, aku sudah memiliki penjaga sekarang, seseorang yang akan ada mulai aku membuka mata sampai dengan menutup mata. Salah satu dari sekian sebab senyumku berkembang dengan mudah.
Jika Ibu bertemu dengannya, mungkin ibu akan berkata - "dia anak yang baik, dia akan selalu ada disampingmu atau dia akan menjagamu mengantikan ibu dan bapak nanti, kamu akan memiliki anak-anak yang lucu dari dia". Iya mungkin begitu.

Ibu, aku akan menjadi bagian dari sisa hidupnya. Andai ibu tahu proses untuk melewati segalanya itu sangat panjang. Aku harus terluka dulu sebelum bertemu dengannya. aku harus menangisi orang lain yang jelas-jelas bukan untukku. Aku harus bergantung pada orang lain sedangkan orang tersebut sering menipuku sebelum aku bersamanya. Menyebut nama seseorang lain, kemudian meminta untuk dipesatukan kembali dengannya. Padahal hatiku sudah terluka dengan orang yang sama untuk kesekian kalinya. Sampai pada akhirnya dia datang kemudian berencana untuk menetap sampai ajal datang. Terlalu berlebihankah Ibu?, memang, aku memang seperti itu jika terlalu menyayangi sesuatu. Tapi itulah yang kubutuhkan, bersama dengan seseorang sampai mataku terpejam. Seperti ibu, berpisah karena maut yang memisahkan. Kemudian dipersatukan kembali dalam kehidupan yang kekal karena amalan (Insha Allah)

Tapi ibu, lebih dari apa yang kurasakan sebelum aku bertemu dengannya. Aku selalu merindukanmu. aku selalu membayangkan bagaimana jika kau masih ada, lalu aku bercerita setiap apa yang aku alami bersamanya. Lalu kau memberikan aku petuah seperti biasanya sebagai seorang ibu. Kemudian Kita berbicara panjang lebar, entah dari mana kemana sampai kau bilang cukup karena aku banyak bicara. Dulu kau sering sekali paling khawatir dengan tingkahku. Bagaimana tidak, aku salah satu anakmu yang paling tak bisa mengendalikan tangan jahilku. Paling tak bisa diam dan paling sering hilang di tengah keramaian.

Ibu, andai waktu dapat di ulang, di beberapa kesempatan hal-hal yang sempat membuatmu kecewa dengan tingkahku akan aku hilangkan. Aku akan menjadi anak baik dan tak pernah membantahmu seperti yang sering aku lakukan dulu. Waktu bermainku bersama teman-teman akan ku babat habis dan akan ku gunakan bersamamu. Terima kasih, Ibu for loving me without doubt, shouting me, kissing me at the night, dan terima kasih telah menjadi ibuku, Ibu.

Aku mencintaimu.

Komentar