Bagaimana Caraku Menerima Sebuah Kegagalan


Sebuah challenge dari teman yang  mulanya gemar nge post hal-hal galau di blognya. Lalu menghubungiku untuk beramah tamah dan kemudian invite me challege post artikel dengan topic tertentu selama 30 hari kedepan. aku tertantang dong ya. Kebetulan aku juga pengen kebiasaan nulisku ini gak punya jeda.  Menariknya dari challege ini adalah kita sama-sama sibuk kerja yang menyita waktu waktu dan  banyak pikiran. Lalu di tuntut untuk berpikir lagi buat artikel dengan topic tertentu pula.  Oke. Day-1 Going Hetic maybe

Our first topic adalah How to Accept My Failures and here i go ..

Aku percaya yang aku rencanakan kadang tak segera terwujud, justru menurut Tuhan itu lah yang terbaik. Gak gampang buat terima kegagalan, so pasti. mana ada orang yang lempeng-lempeng aja terima kalau dirinya gagal tanpa feel desperate . Mengunci diri dikamar atau gak lari ketempat sepi buat merenung, pasti ada yang kayak gitu

Buat inget-inget masa dimana aku banyak rencana tapi gak ada satu pun yang terealisasikan itu cukup desperate banget, tanda kutip ya "waktu itu". Bukannya menyesal kenapa itu ga kejadian waktu itu juga, tapi lebih kok ya bisa aku sampai segitunya berpikiran konyol. Salah satunya yang paling ngena kenapa aku gak bisa sekolah di SMP, ataupun Sekolah lanjutan yang aku pengen. Sampai-sampai ngejudge diri sendiri gak guna, buat nusa, bangsa dan keluarga (Sumpah ini moment lebay seumur hidup), lalu going somewhere buat nenangin diri sendiri. Kali aja waktu itu diri aku ini ada yang salah. Hingga berandai-andai yang tak baik. 

But now, i wanna say thanks God. Karena Kegagalan yang aku dapat dulu yang aku jalani dengan ikutin alur dan tetap optimis, berimbas bahagia. Jika enggak begitu, aku gak akan akan sampai di titik ini,  Bahagia, Lah kok bisa?. Oke 

kegagalan KE - 1

Dijamanku, lebih tepatnya generasi 90-an. Lulus SD Negri tentu dong pengen masuk ke sekolah yang juga negri, kalau bisa ntar jenjang pendidikan atas juga Negri. Biar ada riwayat yang bisa di banggain ke anak ntar "ehh.. emak dulu sekolahnya dari SD - Sampek SMA negri loh" kurang lebih gitu lah.  Tapi apa daya DANEM waktu itu pas-pasan. dan bapak udah usaha mati-matian buat cari info kalau DANEM segitu bisa masuk sekolah mana. Pengennya masuk ke SMPN 9, yang notabene babe alumni sana, jadi ada kebangga lagi dong. Sayangnya di seleksi pertama aku udah gagal karena NEM yang gak bersahabat dengan standart sekolah. Gak patah semangat dong, lalu coba cari tahu  SMPN 18. SMP yang ikut rayon wilayah timur, yang kebetulan juga beberapa temen sekelas sempat ngefavoritin itu sekolah. Tapi sayang beribu sayang namaku tergeser di last minutes dan akhirnya aku masuk ke SMP YAPITA atas saran babe dan ibu. Dan aku manut-manut aja tanpa bertanya yang cukup detail itu sekolah apa dan gimana sistem pengajarannya. Anak berbakti kan gengs ?

Satu alasan yang cukup kuat kenapa bapak ibu pilih itu sekolah. Karena itu satu jalur dengan sekolah mbak yang ada di SMKN 10, jadi bapak bisa satu jalur untuk mengantarkan kami. cukup simple bukan ?. Saat sudah melakukan pendaftaran dan muncul jadwal tes, aku baru tahu kalau sekolah itu ngewajibin siswinya pakai baju panjang plus hijab. Kalau ada yang tanya, kok ga ngeh sih dari singkatan namanya "Yayasan Pendidikan Islam Tarbyatul Aulad". Aku cukup skeptis (gak deng, lebih tepatnya ya udahlah pasrah, DANEM udah pas -pasan ), jadinya manut aja apa kata orang tua, dari pada gak disekolahin. Disana, aku harus bener-bener extra belajar tentang agama kalau di SMP biasa, mungkin kita akan belajar soal agama secara universal, but di SMP ku, aku harus belajar Aqidah, Aswaja, Fiqih, Qur-dist (Al-Qur'an dan  hadist) dan Bahasa Arab yang bahkan tak ada satu pun yang aku paham. Sempa frustasi di tengah jalan karena untuk urusan pelajaran Agama aku yang paling ketinggalan. Beruntungnya aku punya teman yang biasa diajak sambat dan ngerjain soal bareng, plus pas ujian aku bisa contoh jawabannya darinya (jangan di tiru, ya). Tapi ya begitulah, kalaupun nilai lulus ku juga pas-pasan untuk mapel agama, aku bisa dongkrak di nilai umum lainnya. Alhamdulillah.

Berkat sekolah disana. Untill today  secara sosial aku bisa kenal dengan temen-temen SMP dan berhubungan dengan  sangat baik. Kita juga buat grup yang isinya cengengesan mulu. So, apa jadinya aku kalau gak daftar disana, dan gak kenal mereka. Hahaha hihihi camping, piknik ataupun hang out ke warung yang mewah sampai warung pingiran kita bisa nikmati sampai hari ini. so i'm lucky have been there!

Kegagalan Ke-2

Lulus sekolah Menengah Kejuruan, aku berencana untuk ikut jalur SNMPN buat masuk Unair. nah.. soal jurusan ini yang bikin aku galau. "Asal masuk Kampus Negeri" - gitu yang ibuku bilang. Jadi bisa ambil aja jurusan yang peminatnya sedikit yang penting bisa masuk kuliah disana. Tuh kan, jadinya aku manut lagi. Akhirnya aku pilih psikologi Unair dan Unesa. Ya, modal bismillah aja, sambil baca-baca soal dari tahun-tahun lalu. And happen again pas pengumuman, nama ku tak termasuk dalam peserta yang lolos, sedangkan sepupu yang juga ikut daftar dia lolos dijurusan yang aku juga gak paham itu minatnya atau bukan. You know what! I felt desperate again. Kenapa lagi-lagi aku gagal" itu yang ada di pikiranku.  bapak ibu seolah ngasih aku wejangan supaya aku gak sedih ataupun nangis. Ya aku sok tegarlah bilang kalau aku gak kenapa-kenapa namanya juga belum rejeki. PADAHAL, Aku masih inget banget malam setelah pengumuman, dan sumpek dirumah aku ajak temenku hang out ke taman yang ada di daerah Gelora sepuluh November. Lalu aku nangis ke dia, nangis senangis-nangisnya. baiknya lagi dia ngasih aku kalimat supaya aku tegar dan gak menyerah. Dan jalani aja kehidupan sekarang yakni menjadi pekerja. Yang parahnya temen - temen kerja yang waktu itu udah di usia dewasa bilang kalau aku ini di exploitasi sama orang tua gegara masih kecil disuruh kerja rodi.  

Entah kenapa 2 tahun kemudian, naluri untuk coba SNMPTN muncul lagi. karena kesempatan untuk masuk kuliah negri juga masih jadi cita-cita, ya nothing to lose lah kalau di coba. Kali aja tahun ini rejeki ku. Kegagalan kemarin sempet ngebuat aku merefleksikan diri, apa iya jurusan kemarin itu yang bener-bener aku pengenin. Bukannya pengenku kerja di media ya.. kan cita-citaku jadi reporter atau penyiar, atau apapun lah yang berhubungan dengan media atau naskah.  Alhasil, setelah ngereview jurusan kuliah di Unair, pilihanku jatuh ke ILMU KOMUNIKASI. Sejauh pertama masuk kuliah menyenangkan sih, tapi juga rada minder karena secara usia 21 tahun baru kuliah. HAHAHA no problem kan ya, yang penting cita-cita terus hidup selama hayat masih di kandung badan. MERDEKA!!

Selama kuliah memang banyak banget hal yang kudu aku pelajari, dan paling excited pasti tentang media. ya meskipun nilai media juga cukup pas-pasan tapi berkat kuliah disana, aku jadi menggalih bisa lebih kebiasaan nulis, hingga sampai sekarang aku menjadi penulis blog, atau penulis terpilih untuk karya dari penerbit indie. Flashback ketika pertama kali nama gak kecantum di pengumuman SNMPTN mungkin gak akan ada Dian yang sekarang ini. 

Sampai di Kegagalan terakhir, 

Gak benar-benar terakhir sih, tapi kalau banyak di jabarin malah terlalu panjang, ini cuma artikel bukan novel. okay :)

Kegagalan Ke- 3

Step forward to today because of my failures, i'm to be his (soon) salah satu hal yang teramat aku syukuri hari ini. Untuk soal asmara, aku pernah gagal berkali-kali. Selalu aja ada halangan buat bersatu sama orang yang teramat aku inginkan eaaaa... Dijaman bahula, sering banget aku dianggap orang ke-3 dihubungan orang. PADAHAL ya, aku ini anti rebut pacar atau menye-menye ke cowok orang. Kita cuma temen yang gak ada obrolan di luar pertemanan. Setiap ada obrolan yang menjurus ke masalah hati aku selalu skip. 

Suatu ketika pun, ketika aku punya hubungan sama seseorang, itu pun gak pernah awet, ada aja rintangan buat bersatu, huhuhu. Pernah sampai bertahun-tahun ,entah gara-gara apa doski ngejauh eh beberapa saat datang lagi tanpa penjelasan. Seterusnya pun kek gitu. Capek sendiri kan, rest area juga ada masa nkali ah, ada jam buka sma tutupnya. Sampai-sampai di akhir sholat selalu ada doa yang menjurus, semoga kalau dia jodohku dia segera sadar dan datang melamar, kalau dia jodohnya orang lain semoga di pisahkan dan jadi jodohku. Jahatkan akoe ?. Tapi ya sudahlah, dia pergi juga, kisah asmaraku saat itu sungguh tragis dan pahit. Aku patah hati. 

Tapi sekarang patah hatiku sudah sembuh. Karena eh karena ternyata aku dipersatukan dengan seseorang yang berada di luar doaku. Asyiknya kita pernah bertemu sebelumnya, tapi gak ngeh kalau ternyata kita sampai sejauh ini. One step closer and i will be his forever (insha allah). kalau aja dari awal aku tahu bakalan bersama dia, mungkin perkenalan awal akan jadi semakin seru " aku Dian, Jodohmu" gitukali ahh. Mas aku padamu loh. 

Kalau di runut ulang ya, andai aku gak patah hati waktu itu, aku gak akan bisa sebahagia ini tentunya. Aku bersyukur, Kalau saja enggak, entah asmara beberapa waktu lalu itu, akan cuma jadi jemuran. gantung sampai kering dan kemlantang (ganti warna alias mbulak). jadinya gak menarik lagi untuk dilalui. 

Jadinya pembaca budiman, cara menerima kegagalan adalah dengan tetap dijalani aja sebagaimana mestinya. Kegagalan yang terjadi, pasti ada keberuntungan yang akan kita rasakan di kemudian hari. Iya kemudian hari seperti hari ini misalnya. Ngeluh boleh, tapi tetep semangat yaa i really meant it, jangan patah semangat kalau harapan kalian gak segera terealisasikan, bisa jadi itu adalah keberkahan yang kita terima dikemudian hari. Seperti yang aku rasakan hari ini. Sekian. 

oh ya, seperti yang aku bilang sebelumnya karena ini challenge jadinya aku akan share link blognya temenku yang juga wajib kalian baca. Kalian kunjungi, kalian kasih comment. dicela dikit ya gak apa-apa kok dia udah biasa juga. 

untuk baca tulisannya klik disini

 

Komentar