Tak Pernah Bi(n)asa

Mengenalmu lebih dalam itu menyenangkan. Aku jadi tahu apa yang kau suka, kau benci dan sangat kau hindari. Mungkin juga ada saat kita bersitegang, ketika kita sama-sama berpendirian dan tak mau dikalahkan lalu akhirnya kita saling diam. Sibuk dengan arah pandangan masing-masing. Tak lama setelah itu kita kembali saling lempar senyum, menelaah kembali apa yang baru saja terjadi, begitu seterusnya.

Kau bilang, sejauh ini aku sudah banyak berubah yang dulunya kaku menjadi luluh. Dulu yang katamu aku keras kepala kini jadi serba mengalah. aku binggung jika kau berujar seperti itu, sedangkan menurutku, aku masih sama seperti pertama berjumpa. Tapi yasudahlah, toh aku tetap baik-baik saja dan merasa tak ada yang berubah.

Kau bilang, saat bersamaku waktu begitu cepat berlalu, tapi jika tak ada aku disampingmu waktu seolah enggan melaju. Kau bilang rindu selalu saja mengaduk-aduk perasaanmu, tak bisa kau taklukkan sedangkan waktu untuk kita bertemu harus menunggu hingga akhir pekan.

Kau bilang, aku wanita yang cukup unik, hanya mendengarkanku bercerita sudah membuatmu tertarik. Kau bilang berada didekatmu saja, kau bilang sudah merasa nyaman. Ada-ada saja kau ini, padahal segalanya itu seperti hal biasa yang juga kulakukan kepada siapapun juga. Mungkin karena menurutmu, apapun yang berada diriku adalah candu. Ahh, aku malu kan bercerita seolah-olah aku ini duniamu.

Untuk kesekian kalinya pun kau bilang sayang. Harus aku apakan kau ini, supaya kau sadar aku hanyalah orang biasa seperti lainnya. Aku juga sayang tapi juga punya kehidupan, tak melulu kau ada dipikiranku. Sayangnya untuk pernyataan ini kau tak sependapat denganku. Karena mungkin hal yang ku anggap biasa adalah alasan kenapa kau jatuh cinta.

Komentar