Kamu dan Impianku

Aku dengan  impianku sebagai penulis, itu sama seperti aku yang ingin menjadi akhir dari perjalanan kasihmu. Dua hal yang ingin selalu aku nomer satukan. Dua hal yang membuat hidupku berarti dan selalu ingin berjuang dengan gigih setiap hari. Tanpa mana yang harus aku dahulukan. Pun tanpa mana yang harus aku prioritaskan mana yang lebih karena keduanya sejajar.

Maaf jika aku tak bisa menentukan mana harus yang menjadi pertama dan selanjutnya. Akan sangat mustahil jika impianku hanya sebatas mimpi tanpa upaya untuk kuraih. Pun akan sangat disayangkan jika kamu menjadi yang terabaikan, karena aku akan sibuk sendiri.

Aku bersyukur, Tuhan masih memberikan aku kesempatan untuk terus hidup dan mengejar apa yang sedang aku upayakan. Di samping itu aku juga bersyukur di tengah usahaku mencapainya Tuhan mengirimkan kamu sebagai candunya. Sebagai inspirasi atas tulisanku kini.

Jika suatu ketika aku lelah karena semesta sedang gemar-gemarnya bercanda dengan hatiku. Ketika langit kelabu lalu menghujani hariku. Aku akan berhenti sejenak. Bukan untuk bersembunyi seperti dulu. Tidak, tapi aku akan mengumpulkan puing-puing semangat yang sempat tercecer. Aku akan berdiri lagi, karena aku percaya matahari masih jatuh cinta pada bumi. Masih ingin memberikan kehangatan meski kadang pancarannya menyengat hingga ke tulang. Aku akan mengingat kembali betapa indahnya impianku itu menjadi penulis dan sebagai pelengkap hidupmu di kemudian hari..

Komentar