Teman Tapi Akan Menikah

Halo jodoh, ternyata kau memang sedekat urat nadi. Meskipun di awal sejauh layaknya matahari yang mampu menerangi dari jarak ribuan kilometer. Layaknya utara dan selatan yang dipisah dengan garis khatulistiwa. Pada akhirnya dipertemukan dengan cara yang indah dan tak terduga.

kisah sebelumnya JODOH SEBENARNYA TAK JAUH

Apa kalian ingat cerita sahabat yang pernah aku tulis beberapa waktu lalu. Tentang Dia - wanita berjilbab yang memiliki rona wajah memerah lantaran seseorang mengetuk pintu hatinya. Jika sebagian dari kalian lupa, aku akan coba ingatkan. Dia yang sudah menemukan pengganti dari orang yang meremuk redamkan hatinya. Kini menemukan tambatan hati yang baru. Bukan dia yang juga sudah kuceritakan di part sebelumnya tapi, dia yang juga menjadi temanku. Aneh ya. Semuanya menjadi melingkar dan tak terpisahkan.

Begini, jika kalian membaca ulang di part sebelumnya, pada paragraf terakhir aku pernah menulis tentang kemungkinan-kemungkinan yang dia rencanakan. Sayangnya, Tuhan punya rencana lain, Tuhan patahkan lagi hatinya. Tuhan memutuskan untuk tak menyatukan dia dengan pilihan sebelumnya. Ada alasan yang tak mungkin aku ungkapkan. Oh bukan, lebih tepatnya ada alasan yang aku sendiri binggung untuk menjelaskan. Pada intinya, sang lelaki tak siap meminang di waktu dekat dengan alasan yang tak bisa dia salahkan, karena bertautan dengan masa depan. Sang lelaki memutuskan untuk mengejar gelar serta harapan orang tua yang ingin ia wujudkan.

Terluka pasti!. Ada rasa yang harus dia pendam sendiri dan tak ingin ia bagi lagi. Baginya, dia sudah merasakan perih lebih dari ini. Setidaknya dia sudah tegar untuk kegagalan yang tak mungkin ia sesalkan. Dia tetap percaya akan ada pengganti yang lebih baik dari baiknya seseorang yang dulu. Karena Tuhan Maha Tau, akan ada bahagia baru meski bukan dari dia yang dulu. 

Dia melewati hari dengan sabar, mungkin sesekali berlaku menyebalkan. Namun menurutku itu wajar. Tak ada orang yang terus-terusan mengulum senyum ketika hatinya terluka parah. Tangis tentunya pecah mengingat apa-apa yang direncakan berhamburan tanpa kejelasan. Hebatnya, dia tak lagi resah. Dia sudah berserah dan mulai menata ulang kehidupannya. Lagi-lagi ia diminta belajar dari kegagalan hubungan. 

Kemarin, aku bertemu lagi dengan sahabatku itu. Jilbab hijau pekat dan penampilan sedeharna tetap membuatnya terlihat cantik meski tak menempelkan polesan apapun diwajahnya. Maaf tak bisa sebut nama, karena itu masih menjadi privasi dia.  Aku paham mungkin ia belum siap jika ceritanya akan dibaca ribuan mata yang singgah di blog ini, mungkin nanti. Aku juga belum siap, jika ada beberapa prasangka yang akan langsung terarah padanya dan itu disebabkan olehku.

Sebuah obrolan serius muncul dari salah satu temanku. Kami bersahabat sebanyak 9 orang. 5 perempuan dan 4 laki-laki. Kebetulan saat itu hanya ada satu teman laki-laki kami yang hadir. Dia mulai membuka obrolan yang menjurus pada acara khitbah, dan itu dia tujukan pada temanku ini. Tentu perasaan kaget yang muncul pertama kali. Terlepas dari siapa tambatan hatinya, dia sudah menemukan pengganti tanpa mencari. Menerima tanpa terlebih dulu memberi. Ternyata keduanya ditemukan dengan cara yang tak di sangka-sangka. Melalui lingkaran yang kami sebut persahabatan.

temanku yang sudah merona pipinya tak kuasa menahan senyum lagi. Bunga-bunga bahagia terambar jelas di wajahnya. Aku jadi ingat istilah pelangi setelah badai menerpa. Apa itu artinya dia sudah melewati badai? Apa artinya warna-warni dalam wajahnya adalah pelangi. Entahlah kuharap begitu. Cukup sudah liku itu ada untuk tema yang sama. Tatapan keduanya pun terlihat meneduhkan satu sama lain, sudahlah aku tau mereka sudah sudah saling sayang dengan perasaan yang kian hari kian mendewasakan. Yang jelas saat ini, adanya kabar bahagia itu, aku turut senang.

Jatuh dan cinta pada dia yang telah di pilih hati adalah arahan Tuhan dengan banyak pertanyaan akankah jadi pelajaran atau menjadi akhir dari perjalanan. Perkara rasa memang menarik untuk ditelusuri awalnya. Bagaimana, kenapa serta apakah, seolah itu menjadi misteri bahkan bagi yang menjalani. Kata-kata yang kuutarakan hingga membentuk kalimat panjang saja tak bisa menjelaskan secara gamblang apa itu definisinya. 

Aku sempat  bertanya sejak kapan rasa itu muncul? Sahabatku tak memberikan kejelasan kapan itu mulai ada. Tetapi perubahan sikap dari si Dia, mulai terasa sejak liburan yang kita lakukan terakhir kali. Oke, terakhir kali itu di bulan Agustus tahun ini,  jadi rasa itu mulai timbul dan tumbuh dan berakar kuat. Namun tak berani ia rawat. Tentu saja!. Memiliki hubungan dengan sahabat yang melibatkan hati, pastinya memiliki konsekuensi yang cukup berat. Jika tak pandai menjaga kita akan kehilangan keduanya. 

Sahabatku sendiri tak menyangka jika akan membiarkan hatinya jatuh pada Dia yang sudah kami anggap saudara. Dia yang sudah tak malu lagi berkata dan bertingkah layaknya kami ini benar-benar keluarga. Tapi pertahanannya roboh ketika pukul 3.45 pagi sebuah panggilan telpon muncul dilayar ponselnya dengan nama dia. Sudah, ah..ini akan terlalu panjang jika diceritakan bagaimana alur mereka hingga sejalan dan beriringan. Biar saja waktu yang memberikan jawaban apa yang sempat menjadi pertanyaan dari masing-masing kepala yang masih menyimpan penasaran.

Mereka adalah sahabat yang kukenal lebih dari separuh umurku kini. Cara mereka menautkan hati satu dengan lainnya sangat indah. Tak pernah kami sangka sebelumnya. Aku sangat hapal raut wajah  mereka ketika bercerita bagaimana perjalanan panjang yang akhirnya saling menemukan. Bahkan rasanya baru kemarin keduanya dengan suara parau bercerita tentang penghianatan, lalai bahkan ingkar dari pasangan masing-masing. Keduanya sama-sama pernah di uji dengan segudang masalah pelik yang cukup sulit. Bertahan ketika gundah membuat mereka seakan mau menyerah. Berjuang ketika pasangan keduanya berlari justru menjauh pergi. 

Kini, tak lagi ada hal semacam itu. Keduanya sudah menemukan rumah yang membuat mereka nyaman untuk bercanda. Bahkan tak hanya satu cerita yang ada disini melainkan dua dari kedua sahabat. Mungkin juga ini pengganti dari Tuhan yang tak pernah disangka. Bermula dari sahabat berakhir dengan akad. Harapanku hanya satu, semoga cerita ini segera tamat dan ada kisah lainnya dengan tambahan anggota baru yang lucu. 

Komentar