Ps : part 9 of Tentang Arashi. Lagi semangat banget nyelesain tulisan ini, jadi
tumbenan updatenya cepat. happy reading!
Aku memilih duduk disebelah Anneke yang asyik ngobrol dengan Intan, temen sekelas yang terkenal cuablak dan perawakan
cewek tomboy. Mereka ini tipe orang yang cuek dengan berita sekolah, mereka
kayak hidup didunia tanpa pengguni. Sibuknya sama skateboard dan
game online jadi amanlah kalau berteman sama mereka. Meskipun gak nyaman karena
menurut kabar burung bilang kalau mereka lesbong. Entahlah bener apa enggak,
aku juga gak perduli soalnya cara mereka bertemen kayak aku sama Kanaya.
Awalnya mereka kaget pas aku tiba-tiba tepuk pundak Anneke untuk bergeser
kesamping tapi berikutnya dia izinkan. Aku lirik Kanaya,rasanya ngikutin
langkahku dan meminta Intan untuk bergeser, jadilah aku diapit Anneke dan
Kanaya.
“Bintang, sorry gak
maksud bilang gitu, jangan marah dong. Perkara simpel aja jadi panjang” Dia
berdecak kesal.
“salah sendiri
diminta temenin ngomongnya gitu” sahutku ketus. Padangan kami kemudian mengarah
ke pak Bastian yang rempong dengan guru-guru disamping api unggun, mata mereka
sibuk membaca secarik kertas yang mereka bawa.
“Baiklah anak-anak
terima kasih sudah berpartisipasi dalam acara ini, mungkin terlalu sederhana
sebagai perpisahan. Tapi saya harap acara ini berkesan dan jadi kenangan indah
dalam hidup kalian. Kami guru-guru disini memohon maaf selama tiga tahun ini membuat
kalian tidak nyaman, marah ataupun kesal. Itu semata-mata kami lakukan untuk
menjadikan diri kalian lebih baik lagi, memiliki pandangan hidup yang jelas,
cita-cita yang tinggi. Selain itu tanggung jawab kami sebagai orang tua kedua
kalian selama disekolah. jadi jangan berpikir jika ada ocehan dari kami karena
benci kalian itu tidak sama sekali. Kami juga menyayangi kalian” Omongan pak
Bastian sukses membuat beberapa siswa menunjukkan senyum manis mereka, ada pula yang menangis haru.
Menurutku ucapan Pak Bastian tulus,dan aku terenyuh.
“Baiklah, untuk
memeriahkan acara api unggun ini, setiap kelas untuk perempuan dan laki-laki
akan menyumbangkan performance, atau jika ingin tampil single juga
diperkenankan. Mengingat kita besok harus kembali siang hari dan acara paginya
juga padat, tolong dipercepat yaa, agar kita bisa istirahat” ucap pak Bastian
dan disambut riuh oleh kami. Siswa-siswi lainnya saling tunjuk, Namun ada
beberapa siswa yang mengajukan diri untuk unjuk gigi menampilkan bakat
terpendam mereka.
“Bintang, lo gak nyanyi
suara serak-serak beceklo mungkin bisa bangunin macan hutan yang lagi tidur,
atau gak ngundang monyet buat tepuk tanganlah" suara Intan dari balik
punggung Kanaya. Wah sialan ni bocah, ngajak ribut dihutan apa gimana. Tau
suara melengking kayak kaleng kosong gini disuruh nyanyi. Mau mempermalukan aku
atau gimana nih awewe.
Aku mendengus kesal mencoba untuk enggak memberikan respon ucapan si Intan hitam itu. Sedangkan Anneke cekikikan “apa lo, diem deh, ketimbang gue tampol” sahutku padanya. Mumpung lagi pengen
nimpuk orang. Pak Bastian kemudian sebut kelas IPA 7 buat tampil dan otomatis
kita semua saling pandang, gak tau harus nampilin apa karena memang dikelas
kami paling ancur gak ada wajah-wajah siswa bertalenta. Sampai seseorang
disampingku berdiri, ya itu siapa lagi, Anneke disusul dengan Intan mereka
ngajuin diri buat nyanyi. Aku yang kudet apa gimana ya, kedua orang ini emang
bisa nyanyi?, atau mereka mau joget badut, atau gimana sih. Anneke tiba-tiba
nyaut gitar yang sedari tadi dipegang Faisal untuk diserahkan ke Intan.
FYI, Faisal juga pinter kok main gitarnya. Malahan dia anggota band sekolah.
Balik ke Anneke dan Intan. Semuanya ptertegun melihat mereka. Mungkin
mereka siap-siap tutup kuping. Barangkali mereka takut tuli kalau denger suara
keduanya.
But, I’m really
surprised, they both are adorable. Anne have a beautiful voice and Intan is a
realible guitar player. Mungkin
gak cuma aku aja yang kaget tapi seluruhnya. Mereka diam, lebih tepatnya
tercengang ngelihat dua manusia yang mereka anggap nista ini tampil nyanyiin
lagunya John legend “All of Me”. They both amazed us with their
performance. It so Awesome. Diakhir penampilan tepuk tangan serta
sorak-sorak gembira diapresiakan ke mereka. Bagaimana enggak, keduanya
bener-bener mengagumkan. Dari kelasku nih. Setelahnya mereka masih
membeku disana. Anneke dan Intan mulai ngejelasin rumor yang beredar disekolah
yang bilang mereka suka sesama jenis. Heranku, mereka yang sangat cuek tentang
kabar itu tiba-tiba angkat suara. Mungkin bagus juga sih, ngilangin rasa
penasaran mereka dan juga aku, biar gak anggep mereka seperti itu terus. Aku
gak anggep mereka gitu sih, tapi kadang risih juga kalau rumor itu
bener.
“Sebenarnya, gak
penting juga dijelasin karena ini rumor gak bener. Tapi semakin dibiarin,
semakin santer juga kabar kalau kita ini the fuck girls, sorry
Pak, Bu kalau kita ngomongnya kasar ” ucap Intan.
“iya, awalnya
kita pikir akan mereda sendiri, tapi ibarat api semakin di sediakan kayu
semakin membakar lebih cepat. Ini sudah bener-bener ngusik hidup kita jadi
kita clear-in ini semua. Aku sama Intan masih normal. Kita masih
suka cowok dan beruntungnya Intan udah punya cowok yang setia 4 tahun sama dia.
Dan aku juga bertemen sama cowoknya” jelas Anneke
“aku ngejelasin ini supaya kalian buang pikiran kotor kalian tentang kami. Kami
sahabatan, kalau di bilang saling sayang ya jelas aku sayang sama Intan, tapi
sebagai sahabat gak lebih. Apa kalian gak punya sahabat kayak aku dan Intan,
apa kehidupan kalian tak semenyenangkan itu sampai sebar gosip rendahan dan gak
moral kayak gitu” Mata Anneke mulai berkaca-kaca. Anne yang beda dari sosok
Anne yang biasanya.
“kita pengennya
kalian itu sadar kalau semakin santer rumor menyebar disekolah bisa bunuh
karakter seseorang, apalagi rumor yang gak benar. Anneke ditolak oleh produser
rekaman karena kelakuannya dianggap menyimpang. Apa kalian pikir kesempatan
bagus itu datang berkali-kali? Apa kalian mau tanggung jawab kalau sampai rumor
ini terus meluas dan ngerusak masa depan kami?” Intan menunjuk kearah Anneke
yang tertunduk dibelakangnya. “jadi gue minta sama kalian, berhenti buat anggap
kami lesbong. sumpah itu bener-bener sampah!” Mata Intan bak belati yang
mencari mangsa untuk ditusuk dalam-dalam ketika memutarkan padangannya kepada
siswa-siswa lainnya yang duduk tertunduk mengitari api unggun didepannya.
Termasuk aku yang sedari tadi duduk diantara mereka.
Aku merasa hina
didepan Anneke dan Intan, berasa bodoh, gampang banget kehasut rumor yang udah
nyebar satu tahun belakangan ini. Sebuah tepuk tangan terdengar dari pak
Bastian. “kalian hebat” ucap pak Bastian. Guru itu sangat menghargai Intan dan
Anneke dan menyuruh mereka kembali ketempat. “baik anak-anak, semoga dengan
penjelasan dari mereka bisa membuat kita aware, mulut kita ini
seperti pedang, bisa membunuh seseorang bahkan dengan satu kata. Okey, mulai
sekarang hapus pikiran kalian soal itu. Sudah jelaskan kalau mereka itu sama
seperti kalian. Oke lanjut pempilan dari kelas IPA1”
Dan itu kelas Aras
berada, dimana kelas para pencari bakat bisa menemukan segudang jiwa-jiwa seni
disana. Contohnya saja Rico dan Alda- sepasang kekasih yang terkenal sosweet
ini menampilkan duet indahnya dengan nyanyi lagu lawas Broery Marantika dan
Rossa yang judulnya Jangan ada Dusta Diantara Kita. Pasangan ini cocok nih
kalau di julukin pasangan ter- soosweet of the years. Lagunya ngena
banget, suara indah dua-duanya mampu membius pendengaran yang sebagian histeris
jerit-jerit kayak kesurupan. Gak lebay sih, pasangan fenomenal di sekolah ini
terkenal harmonis, gak pernah cek-cok gak jelas di sekolah, gak umbar
kemesraan di mana-mana seperti di sosial media ataupun lingkungan
sekolah. Mereka ini kek dewasa banget dan keduanya juga good looking.
Perfect!
“guys.. gue mau
ngumumin…” Suara bass Rico yang membuat kami berhenti tepuk tangan. Matanya
menyorot sendu ke arah Alda kekasih yang ada disampingnya. Entah kenapa
tatapan mereka rasanya tatapan perpisahan. Ngumumin apa yak, apa jangan-jangan
mereka mau nikah. Wah amazing, lulus belum udah mau nikah aja.
“sekali lagi, emang
gak penting sih, tapi rasanya kalian perlu tau biar nanti gak ada yang
kait-kaitin kita lagi” lanjutnya perlahan-lahan. Ngeliat Alda yang nangis
ditempat berasa cengok dua kali. Ini ada apa sih, mereka main drama atau apa
kok ada tangis-tangis gini.
“Bintang, lo nerka
gak mereka mau ngomong apa?” celoteh Kanaya. Aku mengerdikan bahu tanpa
menoleh.
Mata Rico mandang
keatas langit kayak nahan tangis juga, matanya sempet berkaca-kaca, kelilipan
apa ya. Setelah tarik napas dalam-dalam dan di hembuskan perlahan dia mulai
ngomong. “gue sama Alda udah gak bareng-bareng lagi. Kita jalan masing-masing”
ungkapnya yang dibarengi dengan riuh bisik-bisik teman lainnya yang cukup
kaget.
APA!!!?!, pasangan
fenomenal putus? Ini telingaku yang bermasalah atau gimana, “gue sama Alda udah
putus, alasannya yang pasti hanya kita yang tahu” lanjutnya memeluk pundak
Alda. Aku ngelirik Alda, dia Cuma nunduk sesunggukkan, tangisnya pecah.
Sebenernya gak perlu di umumin juga sih, tapi gimana ya, pasangan yang
digadang-gadang bakalan lanjut sampai nikah malah bubar tapi masih kelihatan
kayak orang pacaran. Setelah pengakuan itu Rico dan Alda kembali tempat
semula, mereka masih mesrah, bahkan Rico gak henti-hentinya tepuk pundak Alda.
Aku gak ngerti deh sama jalan pikiran mereka. Kalau masih cinta mah
dipertahanin dong kok malah dilepas sih, hubungan yang aneh.
Masih dari kelas
Aras, penampilan Selanjutnya Amanda yang menampilkan bakatnya baca puisi
tentang KAWAN. Dia ini cewek yang suka sastra, sering banget ikut lomba baca
puisi yang diadakan sekolah, antar sekolah, nasional ataupun komunitas. Pulang-pulang bawa piala kalau gak
juara 1 ya juara 2, terus aja kayak gitu. Hidupnya apa–apa dikaitin sama puisi.
Kali ini cara dia baca puisi dengan intonasi, jeda dan mimik muka itu pas
banget. Gak tau kenapa puisi yang dibacakan ini juga kayak memper-memper ke
kita semua. Apa karena abis ini kita pisah ya, jadi suasana sama perasaan
ngedukung gini, ahh jadi ikut sedih nih. Denger-denger sih doi juga diterima di
Fakultas sastra UI lewat jalur prestasi. Kan berasa dapat rejeki yang berlimpah
kan?!. Gak usah ujian lagi udah gol tanpa kiper mah ini ceritanya.
Kayaknya ini kayak
ajang pencarian bakat deh, soalnya temen-temen banyak yang ngajuin diri buat
tampil. Pengen dapat tepukkan gitu kali ya. Entahlah. Setelah semua kelas sudah
memberikan tampilan terbaik mereka, pak Bastian menutup acara
dan meminta para siswa bubar untuk kembali ke tenda karena jam sudah
menujukkan tengah malam. Sebelum para siswa pergi, Faisal segera menghentikan
kami semua karena ada penampilan tambahan dan itu dari Aras. Aku sempat lupa
kalau Aras juga punya bakat di bidang music dia pinter main gitar, maklum lah
keluarganya gak ada yang gak bisa pegang alat musik Kak Dita, Kak Tyas dan
Aras. Untuk suara Aras ya 11-12 lah sama Bruno Mars. Setelah tau itu, aku
langsung kembali duduk disebelah Kanaya.
Faisal mendorong Aras
untuk maju ketengah, dengar wajah kesal Aras maju di iringi tepuk tangan
cewek-cewek termasuk Tia, yang se enak jidat ngaku kalau itu pacarnya. Apa
mereka jadian ya?. Wah kok aku melow gini, seharusnya aku bahagia loh. Kok
nyesek gini ya. Setelah mengambil kursi dan gitar, Aras mulai mensetel
gitarnya. Dia tetap tampan dengan kaos putih dilapisi flanel hijau
bergaris dengan kancing yang dibiarkan terbuka. Pandanganku tak lepas dari wajah Aras, beberapa
detik kemudian pentikan gitar itu memunculkan nada yang indah, mataku memutar
ngelihat para gadis gigit kuku jari mereka, ini apa-apa sih. Mereka kesemsem
sama Aras dan lagu yang bakalan dia nyanyiin sih. WOY INI GEBETAN AING!!
Deg
Aras nyanyi lagunya Jason Mraz Lucky dan langsung ke intinya. Aku dengerin dia, khusu’ banget kayak sholat. Aku inget Aras suka banget nyanyi lagu ini setelah belajar bareng di gazebo rumahnya. Dan dia juga tau kalau aku suka dia nyanyi lagu ini. Gak tau kanapa air bening muncul udah meleber di pipi. Aku yang baper apa gimana ya. Memori yang indah-indah muncul dikepalaku tanpa diminta. What i suppose to do with my feeling?
Lucky I’m in love
with my bestfriend
Lucky to have been
where I have been
Lucky to be coming
home again
Ooooh oooh oohh oooh
oooh oooh oooh
They don’t know how
long it takes
Waiting for a love
like this
Every time we say
goodbye
I wish we had one
more kiss
I’ll wait for you, I
promise, I will
“Bintang, lo nangis?” tanya Kanaya menepuk lenganku. Buru-buru aku usap air bening di pipi
”kelilipan” jawabku
asal dengan pandangan masih setia ditempat Aras bermain gitar. Sesekali Aras
melempar senyum padaku. Sedang aku hanya tertunduk, kembali seneng kayak dulu
tanpa gangguan itu gak mungkin kan. Semuanya udah gak sama ya kan, Ras ?. Setelah
tepukan penutup mengalun riuh untuk pertunjukan Aras, aku berputar dan
kembali ke tenda.
“Bintang!!” sontak
aku berhenti sejenak dari perdebatan pikiran. Aras menuju arahku diikuti mata para fansnya, termasuk juga Tia,
tatapan mereka tajam seolah siap nguliti tubuhku yang munggil ini. Wah Aras
cari perkara namanya. Tega bener dia padaku. Bunda tolong, Bintang gak sanggup
kalau warna rambut bintang jadi belang-belang nantinya.
“Bintang…” ucap Aras
lembut, tangannya menggenggam tanganku. Aku paksa buat lepasin genggamannya
malah Aras menggertak giginya. Kan adek takut kak!. Aku menatapnya binggung,
noleh ke Kanaya dia menghardikkan bahu dan tersenyum usil.
“Bintang, mau
kan jadi pacarku?”
“---“
Komentar
Posting Komentar