Cerpen Tentang Arashi - Kencan Pertama

 PS : Part 12 of Tentang Arashi sudah siap dibaca dengan senyum sumringah, iyalah lagian ini cerita bocah yang baru pertama kali jadian tapi lucu, menurutku sih!. Semoga senang aja dah bacanya! 
 
“Ras”
“hmm”

“kok bisa ya kamu nahan suka sampai tiga tahun, apa gak makan hati tuh, lagiankan aku cantik gini, tau dong dulu yang suka siapa aja” tanyaku lempeng aja kayak bus trans yang udah punya jalur sendiri. Tanganku tak henti-hentinya memainkan jemari tangan. 

Aras menggurat senyum manis. Tiba-tiba tangan Aras mengangkat daguku untuk menatap kearahnya, sedang tangan kanannya masih setiap pada kemudi bulat.  “udah dibilangin kalau ngomong itu lihat mata orangnya langsung” 

SAH!, perlakuan Aras  baru aja udah buat aku gugup. Jantung rasanya mau copot kalau terus-terusan natap Aras yang gantengnya kebangetan kayak sekarang.

Aku memukul tangan Aras untuk menutupi rasa gugupku dan melempar pandangan keluar mobil, mencari udara dengan membuka kaca jendela. ACnya terlalu dingin sampai bikin merinding. 

“apaan sih, kamu masih nyetir gitu lo, awas aja kalau sampai aku celaka”

“ecie.. gugup" godanya dengan senyum puas

“apaan sih, kalau gak mau jawab ya gak usah kayak gitu keles” Aku memayunkan bibirku yang langsung ditangkup oleh tangan Aras.

“gimana ya, Bi. Ngomongnya, lagian kan ayah bunda kamu gak ngebolehin anaknya pacaran sampai lulus sekolah” Jawab Aras dengan pandangan masih fokus ke arah jalanan.

“kan aku tanyanya kok bisa nahan, bukan masalah nembaknya” tanyaku masih kurang puas dengan jawaban Aras. 

Mobil terparkir tak jauh dari pintu masuk Gramedia. “tunggu” Aras mengentikan aku ketika akan keluar dari mobilnya. Dia terlebih dulu keluar dan segera menuju pintu samping mobil dan what!!! Aras ngebukain pintu mobil untukku “silahkan turun, pacar” ucapnya manis. 

Ini Aras tadi pagi sarapan apa sih kok jadi romantis gini. Apa semua orang kalau pacaran gini yaa? Kayaknya enggak deh. Eh iya deng diawal-awal doang, ntar  juga gak ini lagi. Nikmatin aja lah

“Bintang ayo turun, kok malah bengong”

“iya ini turun!!”  Dari raut muka sok kesal, raut wajah Aras berubah menjadi sumringah.

Memasuki toko buku, Aras mengulurkan tangannya, kayak minta uang jajan gitu posisinya. Nah aku gak paham maunya apa “Apa, minta uang parkir?” tanyaku yang benar-benar gak paham sama kelakuannya kali ini.

“siniin tangannya?”

Aku menuruti permintaanya, tangan ku ulurkan dan dengan cepat Aras menggenggam tanganku dan memasukkan ke dalam saku jaket kulitnya. Aneh-aneh aja kan!

Rasanya beneran anak ini kesurupan. Masa’ sepanjang mau pilih-pilih buku dia gak ngebiarin tangan kita lepas kan riweh jadinya, gak bisa ke rak buku bebas pilih-pilih “bisa lepas gak? Kok kayak anak TK yang digandeng emaknya biar gak ilang gini!” 

Arasnya nyengir kuda lalu ngelepasin pegangan tangannya. Kan kalau ngeliat dia kayak gini jadi gemes jadi pengen ngunyel-nguyel itu muka. Terpisah dengan kesibukkan memilih-milih buku, setelah 1 jam disana aku sudah menemukan satu novel yang ingin sekali kubaca, judulnya ‘ILOVE YOU, BACK!’.  Berkisah tentang seseorang yang berat melupakan masa lalu, serta penghianatan dari sahabat serta kekasihnya. Miris deh kayaknya ini cerita. Jadi pengen tau kenapa kayak gitu.

Sekarang tinggal Aras yang ngubek-ngubek di deretan buku pelajaran. Mataku mengelilingi sekitar dengan menjinjitkan kaki dari rak buku untuk menemukan sosok Aras.  Begitu ketemu, aku langsung menghampirinya 

“udah dapet?” tanyaku menepuk punggung Aras. Reflek Aras menoleh dan menyunggingkan senyum manisnya

“Masih binggung, mau pilih buku yang mana” matanya kembali fokus ke judul  yang tertata rapi pada buku-buku yang ada didepannya saat ini ‘PERSIAPAN MENJELANG SNMPTN’.

“kamu udah dapat novelnya?”. Dengan sekali anggukan dan menunjukkan novel ditangan, Aras tau aku sudah menemukan apa yang aku butuhkan. kita sama-sama suka novel, tapi dia lebih memilih buku persiapan itu, karena setelah ini ada ujian seleksi masuk universitas negri dan dia tak ingin gagal. Untuk novel, biasanya dia pinjam milikku

“udah ambil ini aja” ucapku setelah membuka sekilas isinya

“kamu gak beli ini?”

“ngapain? Pacarku kan pinter jadi lebih gampangnya belajar sama dia”  Mataku sengaja kukerlipkan berkali-kali didepannya.

“dasar, bilang aja kalau emang gak mau belajar!”

“woy, siapa bilang,belajar terus nih, udah ah, ayo. Setelah ini cari makan” Ajakku padanya dengan mengeluh-elus perut rataku

Aras mendekat menyentuh pipiku,  “kalau kamu tanya, kenapa aku nahan rasaku ke kamu lebih dari 3 tahun yang lalu. Itu karena aku gak pengen kamu jauh dari aku, kalau semisalnya aku bilang suka tapi ternyata kamu gak punya rasa yang sama. Kita bakalan gak nyaman, iya kan?. Kalau dibilang kuat, ya aku kuat-kuatin, apalagi waktu Gito dari kelas sebelah tebar persona kekamu, rasanya pengen jitak kepala tu anak sampai botak” 

 Ya Tuhan, cowokku kan ini! Oke Blushing!!. Dia ngomong untungnya ditempat yang gak begitu ramai orang lalu lalang. Malu bangetkan nanti kalau diliatin yang lain. Tapi aku beruntung dia mau jujur dan dia CEMBURU sama Gito? Apa gak salah tuh yang di cemburui, Gito si cowok Pelor – nempel molor kalau di kelas. Dia dari kelas IPS 2. Apa gak salah yang dia cemburui?.

“kok cemburunya ke Gito sih,gak ada yang lebih bagusan apa, kan aku cukup disukai banyak cowok di sekolah” balasku dengan nada tak terima. Ya jelas gak terima yang dicemburi model gitu.

“hahaha, udahlah, yang penting sekarang kamu sama aku!, ayo ke kasir abis itu makan, sebelum jam 9 kamu harus di rumah” ujarnya dan lagi-lagi mengandeng tanganku. Tangannya hangat sela-sela jari, aku udah bilangkan kalau pegangan ini buat aku nyaman kalau sama dia. 

***

 “prom night lusa mau nampilin apa, Ras?” di sela-sela kunyahan nasi goreng di mulut.

“duileh, di kunyah dulu kali, Neng,  abis itu ngomong” Aras terkekeh dan menyapu nasi yang belepotan di sudut bibirku. Aku salah tingkah! Aras sosweetnya overload . lagi-lagi debar jantung berdetak tak karuan. Aku mengusap kasar bibirku dengan punggung tangan, “Aduh!” sengatan kecil dari Aras ke tanganku

“ini pake tissue, kok jorok banget” Aras menyodorkan beberapa gulungan tissu dari sampingnya

“mau nampilin apa, Ras?” tanyaku sekali lagi dengan membersihkan sisa-sisa minyak di sudut bibir

“aku gak tau, belum kepikiran rasanya, kamu?”

Aku menggeleng “aku gak punya bakat jadi audience aja kali ya”

“oh yaa.. jelas banget sih" di terkekeh, aku meliriknya tajam tidak ada yang berubah ferguso "coba nampilin sesuatu aja, apa kek biar masa SMA berkesan gitulah. Yah.. meskipun gak ada yang berkesan selain jadian sama aku, ya kan?” ucapnya dengan percaya diri maksimal.

Aku menyikut perutnya, bukannya kesakitan malah meringis dan tertawa geli. Gak bosan-bosannya sih Aras ngebuat pipiku merah kayak tomat gini.

Aras mengacak-acak rambutku seperti biasa kalau aku salah tingkah. “Bintang”

“hemmm” Aku menenggak segelas teh hangat yang tinggal separuh kini

“aku sayang sama kamu”

“uhuk-uhuk”

Otomatis ucapan Aras itu membuat aku tersedak tak karuan, beberapa gerimis teh hangat keluar dari mulutku. Aras langsung menyambar tisu di  sampingnya lalu menyodorkannya padaku untuk membersikan baju yang terkenal cipratan teh. Tangannya menepuk pelan pundakku.

“hati-hati dong kalau minum, nyiprat semua, nih!” oceh Aras. Soak banget, gak sadar apa penyebabnya kenapa aku jadi kayak gitu ya dia. 

“Ras, bisa gak sih kayak biasanya aja, oke aku tau kalau pesonaku memabukkanmu. Tapi tolong kondisikan” protesku padanya.

“lah kan aku emang terpesona sama kamu, Bintang!”

Lagi kan!. Si aneh yang tampan ini tak merasa bersalah, malah makin ngakak liat aku menggelembungkan pipiku. 

***

Melihat jam tangan masih pukul 20.55, jadi artinya aku lebih awal 5 menit dari jam malam yang ayah kasih. Ayah bunda masih ruang tamu nonton TV ketika kami datang.

“tante om, Aras pulang dulu ya” pamit Aras. Mereka menoleh kemudian berdiri untuk menyambut Aras. Pacar yang sopan kan?. Belum lagi sebelum keluar rumah Aras cium tangan tangan ayah bunda, bener-bener mantuable lah Aras ini.

“yah, bun. Bintang anter Aras kedepan dulu ya” Bunda dan Ayah saling pandang dan melempar senyum seperti ngeliat Bintang yang lain. Woyajelas, seumur-umur Aras kalau main kerumah, kalau mau pulang ya pulang aja. Tanpa di anterin di depan rumah, apalagi di tunggui sampai kendaraan cowok tampan nan sopan itu menghilang dari pekarangan rumah.

Sebelum Aras membuka pintu mobil, Aras memutar badannya. Dan kini berhadapan denganku “ada apa, ada yang ketinggalan” tanyaku penasaran

“gak ada jawabanya singkat” tapi langkahnya mendekat. Siaga satu! Jangan bilang Aras mau cium, hari pertama mau macam-macam hah!. Siap-siap aku gampol pakai sandal, liat aja.

“kamu gak mikir aku mau cium kamu kan?” tanyanya seolah bisa nebak pikiranku

Aku melotot sewot, bener-bener dikerjain deh sama nih anak. “ngapain deket-deket gini, mundur!” perintahku. Aku ngerling jengah, pengen banget rasanya cubit kecil terus pelintir biar doi berhenti usil gini.

Aras mengacak-acak puncak kepalaku, lalu berpamitan pulang. “aku pulang ya, Sayang”. Aku terpaku ditempat. Barusan Aras panggil aku sayang  kan? bukan Bintang kan ?. Rasanya telingaku masih fungsi dengan baik deh. “apaan sih, pulang sana” usirku di barengi senyum geli

Mobil Agya melesat pergi dari hadapanku, sedang aku senyum-senyum sendiri kayak orang gila di depan rumah. Rasanya benar-benar aneh deh!. Dulunya sahabat sekarang jadi pacar, emang sih gak ada yang berubah sikapnya Aras tetap manis seperti biasanya. Cuma seharian ini aja dia lebay banget sok romantis sampai buat aku capek sendiri nasehati. Gitu kali ya kalau orang sedang kasmaran. Hpku bergetar, ada pesan masuk 

"TUNGGU BALASANKU!!" 

pesan singkat itu dari Tia, seperti nada ancaman tapi aku tak menggubrisnya. Satu langkah terdepan dan aku yang memenangkannya. Aku melenggangkan kaki memasuki rumah dan bergabung dengan Ayah Bunda. 

Komentar