PS:
Perlahan tapi pasti setelah ngetik cengegesan sendiri akhirnya tentang Arashiku
bisa publish juga yang part ke-3 nya. Happy reading.
Happy birthday to mama
Happy birthday to mama
Happy birthday, happy birthday to ma…ma
Selamat ulang tahun Mama
Tepukan meriah dan Lagu selamat ulang tahun bergema
memenuhi ruang tamu aras. Surprise party ini sukses
direncanakan Kak Dita, Kak Tyas, Aras dan tentunya aku. Begitu tante Mia
Membuka pintu,
"SUPRISEE!!!" ucap kami berbarengan yang
membuat tante Mia terperenjat kaget. Kami semua menunggu di balik dinding
dengan membawa kue buatan bunda. Lalu kami menyanyikan lagu ulang tahun
dan memberikan ucapan selamat. Hari ini, Kak Tyas sengaja mengajak tante
Mia seharian untuk keliling Tanah Abang dengan alasan mencari contoh souvenir
pernikahannya. Sehingga kami memiliki cukup waktu untuk menyiapkan kejutan ini.
Aku memeluk tante Mia yang tampak haru
“selamat ya, tante” ucapku singkat yang disambut dengan pelukan hangat dari
tante Mia
“Sama-sama sayang, tante gak nyangka
dapat kejutan seperti ini di usia yang melebihi separuh abad ini" Tangannya
menghapus bulir air mata yang jatuh
Aku hanya tersenyum mendengar ucapan tente
Mia. Satu persatu mulai dari Om Ryan, Ayah, Aras, kak Dita, Kak Tyas dan
kekasihnya Kak Oscar memberikan ucapan selamat selamat dan lupa dengan segala
harapan di usia tante Mia yang berusia 52 tahun hari ini. Terakhir ucapan
selamat dari Bunda, Kedua perempuan itu kini menjadi semakin dekat layaknya
saudara kandung. Aku bersyukur berkenalan dengan Aras, dengan begitu aku
semakin dekat dengan keluarga Aras seperti saudaraku sendiri terutama kedua
kakak perempuannya.
Kak Dita dan Kak Tyas yang notabene adalah
kakak Aras kini juga seperti kakakku. Maklum saja, aku anak tunggal. Sejak
berkenalan dengan Aras, aku bisa dekat dengan Kak Dita yang usianya lebih tua 2
tahun dari aku. Sedangkan kak Tyas 5 tahun lebih tua dariku. Kini keduanya
sedang disibukkan dengan studi dan pekerjaannya. Kak Dita kuliah di Universitas
Baratama mengambil jurusan Marketing Bisnis. Sedangkan Kak Tyas telah bekerja
di perusahaan Komunikasi sebagai Asisten Management CSR yang sebentar lagi akan
menikah dengan kak Oscar - teman sekantornya.
“makasih ya, Dek udah bantu suksesin
acara ini” Kak Dita yang memelukku senang, aku hanya menngulum senyum
“sama-sama Kak, jangan lupa biaya bantuannya di transfer ke rekeningku ya”
celetukan asalku. Kami pun tertawa renyah
“ehem..” Om Ryan mengambil alih
perhatian, semua mata pun tertuju pada Om Ryan. Berdiri ditengah-tengah kami,
Om Ryan mulai membuka suaranya “Sebenarnya ini rencana anak-anak. Di hari
bahagia ini, saya malah hampir lupa, Untung Tyas segera mengingatkan
saya.”
Ucapan Om ryan terjeda sebentar.
Kembali mengatur lalu kembali mengatur kalimat selanjutnya “Selamat ulang
tahun, Sayang. Saya sangat bersyukur kepada Tuhan karena memberikan bidadari
cantik dalam hidup saya. Memberikan anak-anak yang tumbuh dewasa dan baik
saling perhatian satu sama lain. Saya bersyukur memilik kamu dan mereka dalam
kehidupan saya. Kamu Mia, kamu adalah hidup saya, terima kasih Mia telah
menemani saya di saat sedih, susah terpuruk sekalipun hingga senang seperti saat
ini dengan anak-anak kita yang cantik dan tampan. Saya berjanji akan selalu
mencintai kamu”
Ucapan itu berakhir dengan kecupan
mesrah di pipi tante Mia dan sukses membuat tente Mia menangis haru dalam
pelukan om Ryan.
“Kadonya mana, Pa” Sentil kak Tyas
dalam moment membahagiakan itu. Om Ryan yang terlihat malu, sempat
geleng-geleng dan berdecak kearas kak Tyas. “Ma.. papa mau nyanyi tapi takut
suaranya bisa buat kita-kita di sini pingsan” sahut Dita yang malah menambah Om
Ryan salah tingkah
Aku terkekeh, aku tau jika usul menyanyi
itu akal-akalan kak Dita dan Kak Tyas. Mereka tau papa mereka memiliki suara
bariton yang cukup merdu tapi om Ryan masih sungkan untuk menyanyi. Beberapa
hari sebelum tante Mia ulang tahun, Kak Dita sempat cerita kalau dirinya tak
sengaja mendengar Om Ryan menyanyi dan berpidato di ruang kerjanya untuk hari
ini. Sepertinya untuk kejutan, tapi niatnya dia urungkan mungkin om Ryan malu
untuk bernyanyi layaknya anak muda yang sedang kasmaran. Halah, kayaknya ayah
sering deh godain bunda meski ada aku, kayak gak tau tempat gitu, tapi aku cuek
toh selama ayah bunda akur-akur aja , aku juga ikut seneng kan, siapa tau punya
adek lagi.
“ayo dong, Pa nyanyi!!” paksa Aras yang
juga tak mau ketinggalan
“iya Bang, silahkan” Titah Ayah yang
juga penasaran dengan suara om Ryan.
Om Ryan pun meluluh dengan permintaan
kami semua, mulai menyetel suaranya dengan berdehem berkali-kali.
“ Tunggu” Aras bersuara “aku ambil
gitar dulu”
“Aku juga mau mainin pianonya, Pa, Ma”
sahut kak Dita tak mau kalah, kemudian pilih duduk di depan piano yang sedari
tadi berada di pinggir kami. Pas panget sih ini momentnya.
Aras kembali dan siap mengiringi
ayahnya bernyanyi. Aras menyetel gitarnya. Setelah mengangguk pada om Ryan
seolah tau lagu apa yang akan dinyanyikan. Jemarinya menari di atas senar hingga
memunculkan bunyi yang merdu. Mataku tak bisa berpaling dari Aras yang tampak
gagah lebih dari hari biasanya. Kan aku baper jadinya, Ya Allah makhluk kayak
Aras ini jodohkan sama aku dong. Tolong jangan disia-siakan dengan perempuan
yang tidak tepat Ya Allah.
Om Ryan pun mulai bernyanyi lagu A whole new world yang
menjadi soundtrack tayangan kesayanganku filem kesayanganku - Aladdin.
I can show you the world
Shining, shimmering, splendid
Tell me, princess, now when did
You last let your heart decide ?
I can open your eyes
Take your wonder by wonder
Over sideways and under
On a magic carpet ride
A whole new world
A new fantastic point of view
No one to tell us no
Or where to go
Or say we’re only dreaming
Mulutku menganga melihat tante Mia juga turut menyanyi menyahuti suara om Ryan. Aku tak menyangka Jika tante Mia memiliki suara emas yang tak pernah kuperdengarkan sebelumnya selain suara kicauan burung Beonya. Maksudku begini, bukan beo haha, tapi Tante Mia kalau cerita itu puanjaaang sekali, Tante Mia tipikal orang yang demen banget ngomong. Haha
A whole new wold
A Dazzling place I never knew
But now from way up here
I’s crystal clear
That now im in a whole new world with
you
Bunda, Ayah, Kak Tyas dan Kak Oscar pun
terdiam mendengarkan nyanyian mereka seolah terbawa suasana oleh konser dadakan
malam ini. Yah! Nasib jomblo berdiri sendiri, ngenes. Acara malam ini
benar-benar syarat dengan nuansa romantic. Bagaimana tidak, suara om Ryan dan
tante Mia seolah menjadi padu yang tak bosan untuk di dengarkan. Mataku pun tak
lepas memandang Aras yang ganteng maksimal dengan pakaian casual serta gitar
dipelukannnya. AAAhhh Aras mau dong jadi gitarnya. Tepuk tangan pun sorak di
dengar. Semuanya merasa kagum dengan suara indah om Ryan dan tante Mia ditambah
dengan iringan piano kak Dita dan petikan gitar dari Aras. Keluarga Seobiyakto
ini memang de best lah soal seni.
“oke, sekarang kita foto bareng yaa” Om
Ryan mengambil ponselnya lalu melakukan selfie beramai-ramai. “sekarang satu
persatu yaa, sini. Ma foto sama Papa” Ajak om Ryan yang kemudian mendapatkan
sambutan riuh dari kami
“ih, papa ih sudah tua juga masih aja
ngerasa ABG” Tante Mia malu-malu
“ya gak apa-apa dong, usia boleh tua
tapi semangat masih muda”
“Bener pa!” sahut Kak Dita, Kak Tyas
dan Aras bersamaan diiringi gelak tawa satu ruangan. Setelah semuanya dapat
kesempatan untuk berfoto dengan tante Mia, kini giliranku. Tetapi tante Mia tak
hanya ingin foto bersamaku tetapi juga Aras
“Handika sini” Ajak tante Mia, Aras
hanya melongo lalu segera berlari ke mamanya
“kenapa Ma?” tanyanya
“Sini foto bertiga sama Bintang”
“ohh, oke” Sahut Aras enteng. Lah
Arasnya kok gak ngerasa ya kalau aku marah. Kan jadi cengok sendiri akunya. Dia
malah terus aja senyum di sampingku nunjukkin deretan gigi rapinya. Aku menghela
nafas, beberapa jepretan sudah diambil “kamu foto berdua sama Handika ya,
Bi” pinta tante Mia yang tiba-tiba beranjak pergi ditengah-tengah kami dan
beralih mengambil kamera polaroid yang om Ryan bawa. Aku canggung, Arasnya
malah santai merasa tak ada apa-apa. bagian ini dia kelihatan begok, tapi
balik sok cool lagi dalam sekejap. Tangannya melingkar di pundakku, aku pun
menoleh kearahnya reflek dia pun demikian.
Jeprett bunyi kamera yang di
pegang tante Mia saat aku dan Aras saling padang. Ala-ala india Kuch-kuch hota
hai gitu. Pernah lihat kan? Yang Salman khan sama Kajol tapi gak pake tarik
sarinya (halah ini apa juga)
“Nice picture, dears” ucap tante
Mia mengkibas-kibaskan hasil jepretan tadi.
Acaranya selanjutnya adalah
makan-makan. Aras sengaja duduk disebelahku, berkali-kali dia ajak aku
berbicara hanya aku sahuti dengan kalimat singkat. Acara makan-makan usai. Om
Ryan mengajak kami kehalaman belakang untuk acara bakar-bakar jagung. Kami
semua menurut, aku duduk digazebo tempat biasanya aku dan Aras menghabiskan
waktu belajar seharian.
“Bi, besok kan libur kita
jalan-jalan pagi yok” ajaknya
“enggak bisa, aku pengen marathon
tidurnya, jadi gak pengen kemana-mana, sama Tia aja sana” jawabku sedikit ketus
“yah…. Kan maunya sama kamu, Bi”
Mendengar jawabanku, wajahnya
menunjukkan gurat kecewa. “kamu ngehindarin aku kenapa sih, Bi?” tanyanya
mendadak. Aku langsung menoleh “enggak kata siapa, aku ngehindarin kamu”
jawabku cepat
“nah itu, Bintang-bintang kamu sadar
gak sih, kalau kamu bohong itu mata kamu kedipnya berkali-kali” Aras tertawa
lirih dan aku pun mulai salah tingkah
“lah semua mata kan berkedip, Begok!.
Masa iya melek terus ntar kelilipan biji salak. Lagian ngapain aku harus marah
sama kamu” jawabku menyakinkannya lagi
“Nah itu, marah-marah cepat tua loh!”
Aku membulatkan mataku kearahnya. Aras
pun menggaruk kepalanya “Bintang, kalau aku punya salah aku minta maaf.
Apa kamu kayak gini gara-gara omonganku kapan hari. Aku minta maaf ya, aku gak
maksud ngomong gitu” Aras tiba-tiba pegang tanganku lalu meletakkan di pahanya.
Aku menatap matanya lekat-lekat mukanya memelas, lah kan aku gak tega kalau gak
maafin. andai aja kamu tau, Ras kalau aku suka sama kamu ratapku dalam
hati
“Aku gak mau kehilangan seseorang kayak
kamu”
“kayak aku gimana ?” tanyaku mulai
penasaran
Dia menghembuskan nafas berat, “kalau
aku bilang gini, jangan marah yaa, kamu itu--”
Belum juga merampungkan kalimatnya
tante Mia memanggil kami sehingga kami reflek menoleh kearah tante Mia yang ada
di depan kami. JEPRET… kilah lampu membuat kami menyerengit “mama apaan sih,
foto-foto mulu, ih” Aras mengeluh
“lah.. kamu sama Bintang lucu sih posisinya tanganya pegangan kayak gitu. hayo pacaran yaa, Han” tante Mia terkekeh lalu setelah mendapatkan foto kami.
Aku melihat tanganku yang masih
digenggam Aras kemudian segera menariknya, aku gugup iya iyalah jelas. Tangan
dipegang sama pangeran tampan tapi cuma anggep teman. Sakit coy!
“lanjutin tadi ngomong apa ?” jelasku mencoba menetralkan raut wajah yang sudah
merah-merah pink gitu.
“kamu jangan marah ya, aku jarang
berteman sama perempuan, bahkan sama laki-laki aja aku gak begitu deket. Tapi kalau
sama kamu aku nyaman banget Bi, gak tau kenapa jadi kalau kamu marah aku jadi
gak enak hati” jelasnya panjang lebar
Aku tertegun mendapatkan jawaban seperti itu, kok merasa kalau dia itu ketergantungan ya sama diriku ini. Tapi ya apa daya balik lagi teman coy. TEMAN iya gitu biar aku sadar
“aku gak marah,
Ras sama kamu, aku Cuma sibuk beberapa hari ini kan mau UNAS. Terus kenapa aku
gak mau jalan-jalan pagi besok, ya karena aku lagi pengen hibernasi” Sedikit
berbohong meskipun tak sepenuhnya salah. Memang habis ini UNAS jadi aku harus
banyak belajar, dan besok juga ingin tidur lebih lama dari biasanya.
“kenapa nyangkut-nyangkutin Tia?”
degh
lagi-lagi aku salah tingkah “enggak
kapan aku nyangkutin Tia”
“lah tadi”
“ooo, kamu kan juga lagi gencar deketin
dia, ya udah sama dia aja jalan-jalannya, bener kan. Itu kesempatan kamu buat
lebih deket sama dia” ucapku setengah rela. Iya gak rela masa iya ngelepas Aras
buat mak lampir
“hmmm… ya udah. Tapi kamu udah gak
marah kan sama aku, Bi” tanyanya mengulang
Aku menggeleng cepat. Aras tersenyum
sumringah “kamu emang sahabatku yang paling pengertian, Bi” pipiku pun menjadi
obyek tanganya menandakan gemas. “sekarang ayo, kita kumpul bareng sama Kak
Dita , kak Tyas sama kak Oscar”
“ayo” tanganku pun ia gandeng. Kami kembali membaur dengan lainnya saling tukar cerita, Bunda sudah seperti ibu sendiri bagi kak Dita dan Kak Tyas. Tampak tak ada pembatas lagi antara keluarga Aras dengan keluargaku. Mungkin akan lebih indah lagi kalau aku dan Aras punya garis jodoh sehingga kedua keluarga benar-benar menjadi besan. Ashiaap
Komentar
Posting Komentar