Lamaran Untuk Sri

Sekarang ini, lebih dari sering Sri dapat pertanyaan ”Sri, kamu sudah siap menikah?” daripada pertanyaan “kapan kamu nikah?”. Menjadi lumrah jika topik menikah ditanyakan pada Sri, mengingat 25 tahun berlalu, tapi dirinya masih belum juga memamerkan kekasih halalnya. Sri hanya tersenyum mendengar pertanyaan manis berbalut penasaran itu. Bukan karena lucu. Tapi tiba-tiba saja Sri teringat seseorang yang membuatnya harus menjawab mantap. Mungkin karena seseorang itu, Sri menjadi yakin bahwa menikah adalah rencana kedepan yang harus ia pikirkan matang-matang.

Sebenarnya ada banyak cerita yang ingin dia sembunyikan dari banyak orangDia Ingin menikmati sendiri setiap detail prosesnya. Nanti, ketika itu sudah waktunya, dia berencana akan bagikan dalam bentuk cerita panjang. Tapi tak apalah, sekarang ini mungkin untuk menjawab rasa penasaran dari banyaknya pertanyaan tentang kesendiriannya, Ia akan mulai bercerita pelan-pelan meskipun ujungnya dirinya juga juga masih penasaran.

Begini. Dia- Seorang lelaki yang bernama Cecep yang sebenarnya sudah ada bertahun-tahun lamanya. Mengenalkan diri sebagai teman dan Sri pun menyambutnya tanpa ada perasaan. Karena Cecep adalah teman, tak salah jika setiap candaan yang dia lontarkan dibalas oleh Sri dengan cekikikan. Setidaknya interaksi yang coba dia bangun tak Sri gugurkan dengan sikap dingin nan kaku. Sri  menjadi teman berbagi cerita disela-sela waktu istirahat dari lelahnya bekerja. Menurut Sri, Itu tak masalah selama hal itu masih obrolan umum yang dilakukan antara teman lama yang jarang bersua.

Saat itu tepat dengan kondisi Sri yang sedang patah hati. Sedang mencoba merakit kembali puing-puing harapan yang berantakan dari pelukan seseorang yang tiba-tiba hilang ditelan bumi. Luka masih setia singgah di dadanya. Hingga Sri memutuskan untuk sediri dalam waktu yang lama. Tak ada niatan untuknya jatuh cinta kembali pada orang baru. Sedangkan Cecep, tak jelas apa yang dikerjakan, dia rasakan, ataupun kepada siapa hatinya disisipkan. Sri tak ingin tahu terlampu jauh, karena itu bukan kehidupannya.

Entah karena apa semuanya menjadi terasa dekat. Padahal tak pernah ada kesepakatan apapun yang meng-kita-kan Sri dan Cecep. Menjadi seseorang yang enak diajak berbicara ataupun bercanda. itu hal wajar dan bukan sesuatu yang harus dipikirkan dalam-dalam. Tapi semesta mulai berkonsiprasi dengan hati Cecep. Hingga ia mengatakan rasa suka pada Sri yang masih sibuk mencari penyembuh.

Namun, Sri masih belum percaya tentang asmara, apalagi tentang jatuh cinta. Mungkin karena hatinya masih perih jadi apa-apa yang coba Cecep katakan hanya menjadi angin belaka. Tidak hanya Cecep, tapi ada Cecep-cecep lainnya yang juga melakukan hal sama. Mengumbar kata cinta serta berjanji setia pada Sri yang masih sulit untuk menerima. Seperti yang sudah-sudah. Sri pun mengatakan tidak, meskipun itu juga sama sekali tak menenangkan hatinya yang masih kelabu dan sekeras batu.

Waktu telah berlalu, Sri pun tak kunjung redakan gelisah tentang penantian Cecep yang masih menunggu. Cecep tak henti-hentinya menyakinkan Sri bahwa jatuh cinta itu indah, kalaupun terluka itu adalah bumbunya. Setidaknya tak menyerah pada masalah. Namun, penantiannya ternyata memiliki batas waktu. Mungkin juga saat itu Cecep juga lelah menungguHingga dia singgahi hati wanita silih bergantiSri tahu dan sama sekali tak menaruh cemburu. Karena memang Sri tak bisa menjanjikan hatinya akan berlabuh pada dia nantinya. Dirinya berpikir pertemanan yang indah sudah lebih dari cukup. Tak akan ada yang pergi ataupun menyudahi. Dan tak ada seseorang yang akan patah hati nanti. Meskipun sebenarnya Sri sadar bahwa Cecep juga  terluka diwaktu yang sama.

Tahun berlalu, Cecep menghentikan persinggahannya pada banyak wanita, dan mulai berusaha untuk menyakinkan hati Sri lagi . Hingga semuanya menjadi tak percuma, Sri melunak dengan sendirinyaSri mulai tergerak hingga berpihak pada ia yang jauh dari sempurna.  Sri perlahan-lahan luluh dan menyerahkan semuanya pada waktu. Sri percaya bahwa waktu adalah penyembuh yang paling ampuh. Meski tak sepenuhnya cinta itu tumbuh. Setidaknya dirinya mampu alihkan sebagian dunia Sri yang sempat kelabu. Barangkali itu salah satu cara untuknya memulai kebahagiaan baru. Mempersilahkan Cecep yang masih keukeuh untuk berjuang menuju temu. Hingga suatu ketika. Saat Cecep lelah untuk mengajak bersama diarah yang salah. Dia menggantti kalimat pertanyaanya Boleh aku minta kamu dibapakmu?”.

Komentar