Apa Kau Perokok?

Pada siang hari yang terik ini. Seolah panas matahari seperti menyayat kulit. Aku menyusuri jalan disekitar tempat kerja yang lumayan jauh dari jalan raya. Ketika itu, mataku menjelajahi setiap warkop yang ada dipinggir jalan. Yang kulihat tidak hanya bapak-bapak yang ada disana, tetapi juga dengan pemuda yang menikmati segelas kopi dengan tangan kanannya memegang satu batang rokok yang perlahan-lama mulai terkikis oleh bara api di unjungnya.

Aku mulai tergelitik untuk bertanya pada teman sebelahku. “apa kamu perokok?” dia mengerutkan dahi dan menjawab hati-hati pertanyaanku. Takut kalau-kalau jawabannya akan menglabeli dirinya sendiri dengan sesuatu yang tak dia inginkan “aku pernah mencoba tapi aku bukan perokok”  jawabnya singkat namun tegas. Aku mencerna sejenak apa yang baru saja dikatakan. Pernah melakukan namun tak kecanduan. Itu kan intinya.

Waktu aku bertanya lagi kenapa ngerokok, dia menjawab kalau yang dilakukannya itu hanya iseng dan pengen tau rasa rokok itu seperti apa. Ia ngerokok hanya ketika jenuh saja begitu akunya. Temanku yang lainnya juga ikut menyambung. Jika dia pergi warkop dan sekelilingnya merokok, maka untuk menghargai perokok lainnya dia juga merokok agar tak tampak asosial. Lalu aku berpikir, apa itu salah satu cara untuk menyingkirkan kejenuhan atau cara menghargai perokok lainnya dengan merokok. Ah, entahlah pikiran mereka tak bisa kugapai.

Lalu aku ingat dengan kamu Dienku, apa kamu seorang perokok? Entah pasif atau aktif, entah untuk kebutuhan atau sekedar keisengan. Aku ingin bilangada baiknya kamu berhenti. Bukan sementara tapi selamanya. Aku hanya ingin disampingmu lebih lama. Lelah bersama-sama menghabiskan waktu menikmati senja dan tersesat asmara berdua. Namun, Tidak dengan kamu yang berbau asap rokok.

Ini adalah permintaankubukan bermaksud mengeluh padamu. Tapi, dari banyaknya kebiasaan yang nantinya harus aku ketahui, maka ini adalah awal dari permintaanku untukmu. Jika kau menganggap bahwa ini larangan, Maka akan aku iya-kan, selama itu baik untukmu dan kita berdua. Aku ingin kita hidup sehat tanpa asap rokok yang mengepul dirumah nanti. Sama sekali tak akan membiarkan anak-anak kita kelak Menghirup gas beracun dari orang tuanya sendiri. Setidaknya rumah menjadi tempat yang aman untuk mereka menemukan kenyamanan.

Aku sangat bersyukur kalau kamu bukan perokok, hingga aku tak perlu panjang lebar menjelaskan bahaya dan ketidakbaikkannya. Tapi, jika kamu pecandu rokok, segera berhentilah. Meskipun berat membuang kebiasaan yang terlalu lama. Tetap lakukan. Semata-mata itu untuk membiasakan diri hidup bahagia tanpa rokok yang menjadi pelarian kala jenuh memenuhi pikiran.

Komentar