Tentang Kamu Keharusan Yang Aku Abaikan

Entah, sudah hari keberapa, bulan keberapa dan tahun keberadaan dirimu dalam hatiku. Tertawa, tersenyum bahkan sentuhan halusmu mampu merajai otakku. Kamu mulai kucintai dari hal terkecil bahkan ketika kamu yang kadang membuat aku lelah untuk berjuang. Mungkin benar apa kata orang, bahwa apa-apa yang berkaitan dengan jatuh cinta terlalu dalam tak baik. Mengabaikan sakit hati yang bekasnya pun belum sembuh lalu tersakiti kembali. Saat banyaknya omongan yang mengatakan bahwa rasa yang kupegang salah, aku tak menghiraukannya. Bahkan ketika ada wejangan yang menganggap aku diri yang paling menderita mencintaimu begitu banyak, aku tak perdulikannya. Aku hanya mencintaimu. Meskipun kamu tak tau rasanya dihujani rindu hanya untuk mendengar kabarmu.

 Mencintaimu adalah keputusanku, meski orang yang kucintai adalah kamu seseorang yang kaku, aku bisa menerimanya. walaupun tak jarang aku merasakan pil pahit ketika kau acuh.  Aku hanya menerima bahwa jatuh cinta itu anugerah, namun aku melewatkan satu bagian bersedia terluka karena seseorang yang dicinta tak lagi layak untuk diperjuangkan. Mencintaimu menurutku bukan kesalahan karena aku bahagia memilikimu. Bergandengan tangan kala itu memperkuat yakinku, kamu juga tak ingin aku jauh dari sisimu. Kamu mengajariku menutup telinga kala banyaknya cemooh yang tak suka dengan hubungan kita. Namun itu hanya sebentar, kamu mendadak lupa jika ada hati yang menanti tanpa kamu minta. Ada hati yang saat ini putus asa ketika kamu tak perduli lagi dengan sebuah ikatan yang kita bangun bersama. Aku dicampaikan oleh hati yang kudewakan di setiap harinya.

Kebahagiaan itu juga perlahan menghancurkan hidupku di lain waktu. Aku masih berdiri disini,menantimu. Berharap kamu kembali dengan banyaknya cerita sebelum kamu pergi saat itu. Perasaan ini tak wajar bukan? mempertahankan hanya dilakukan seorang. Kini, silahkan kamu bergandengan tangan dengan tangan lainnya.

Bagimu, jika aku bukan siapa-siapa. Tentu aku tak punya pilihan lain selain menerima. Jika risih selalu kuamati, maka kali ini aku akan berhati-hati sampai kamu tak curiga lagi. Aku juga ingin bahagia dengan caraku ,karena bahagia itu dasar dari segalanya. Jika bahagiamu dengan cara menjauh. Baiklah, lakukan itu. Semampu dan sebisamu. Kita memang sudah jalannya seperti ini. Bertemu, berkenalan lebih jauh, jatuh cinta, lalu berpisah. Pada akhirnya aku sadar bahwa melepaskanmu adalah keharusan yang kuabaikan. 

Komentar