Karang Di Pantai Timang



Selamat menjalani hari, gengs.. biar ndak bosen cerita soal hati melulu, kali ini aku akan review mengenai pantai Timang- Pantai nan luar biasa bagus, tapi sedikit menyimpan ‘bahaya’. Oke, let start!.

Sudah bukan rahasia lagi, di sekitar Gunung kidul terdapat berjejeran pantai yang indah serta menawan. Salah satunya pantai Timang yang beberapa waktu lalu kukunjungi bersama keluarga. Pantai ini berada di antara Dusun Danggalo dan Dusun Luwungombo, desa Purwodadi, kecamatan Tepus. Gunung Kidul. Pantai yang terkenal dengan kereta gantung yang super ekstem ini berjarak lebih kurang 80km dari Yogjakarta.

Untuk tiba dipantai ini pun rutenya tak mudah. Akses yang ditempu cukup rumit melewati bebatuan terjal dan jurang yang membahayakan. Maklum  saja, obyek wisata ini masih terbilang asri dan alami. Belum banyak bangunan-bangunan dari batu-bata ataupun resort untuk menginap di area ini. Semuanya masih alami terbuat dari bambu. Meskipun tidak sedikit dikunjungi wisatawan asing dan pernah diekspose di salah satu  televisi swasta dalam siaran traveling Indonesia. Obyek wisata ini masih belum ada campur tangan pemerintah. Jadi masih fresh dan bersih lingkungannya.

Perjalanan dimulai. Sebelum masuk di gapura Dusun Danggalo, untuk transportasi roda empat, dikenakan tarif sebesar 15 ribu rupiah. Setibanya di pelataran depan pos pantai Timang. penduduk yang mengelola menanyakan transportasi selanjutnya untuk menuju obyek wisata, antara menggunakan ojek atau tetap menggunakan mobil pribadi dengan resiko ban mobil ataupun sparepart kendaraan bisa mengalami masalah ditengah jalan. Untuk ojek dikenakan tarif sebesar 50rb perjalanan pulang-pergi menuju lokasi pantai Timang. Melihat kondisi jalan yang masih terbilang sulit, belum terjamah aspal dan bebatuan yang juga membahayakan kondisi mobil. Kami memutuskan menggunakan ojek. Setelah tawar menawar harga mengenai tarif ojek, sepakat bahwa 30rb lah yang akan kami bayar.

Perjalanan menuju lokasi memakan waktu kurang lebih 10 menit. Jalan berkelok dan curam menjadi kendala bagi pengendara motor untuk menuju pantai ini. Aku mendapat tukang ojek yang ternyata masih seorang Pelajar kelas XII dari sekolah swasta di Danggalo, Gunung kidul. Fian namanya dan saat ini berusia 17 tahun. Fian sudah menjadi tukang ojek selama 1,5 tahun. Penghasilan yang didapat pun terbilang lumayan sekitar 50-70rb perhari setelah dipotong untuk bensin dan uang makan. Namun tak jarang pula, penghasilannya lebih sedikit apabila motor yang digunakan untuk ojek mengalami masalah pecah ban atau lainnya. Perjalanan menuju Pantai Timang, aku manfaatkan untuk tanya jawab dengan Fian perlihat salah satu Hidden Games di Gunung Kidul ini.  Dia menjelaskan kemana larinya uang yang diperoleh dari hasil pengunjung di Pantai Timang ketika masuk ke Dusun Danggalo. Karena masih belum mendapat perhatian dari pemerintah. Guna merawat obyek wisata tersebut, penduduk menggunakan uang yang diterima di awal kami masuk Dusun. 

Selanjutnya, mengenai wisatawan yang datang, Fian menuturkan sering kali dari negara tetangga misalnya Malaysia. Sesekali ada yang dari Korea selatan, ataupun dari Thailand, sekedar untuk menaiki Kereta gantung kayu. Setibanya di lokasi, Aku dibuat takjub dengan keindahan pantai Timang, pasir putih, tumbuhan yang berjejer rapi serta ombaknya yang tinggi. Seolah lelah perjalanan dengan melewati bebatuan terjal terbayarkan.

Sebenarnya ada dua lokasi yang ada di pantai Timang, satu – pantai selayaknya pantai-pantai yang ada di gunung kidul lainnya. Dua – tumpukan bebatuan semacam bukit yang cukup terjal dan berbatasan langsung dengan laut. Ditambah lagi adanya batu besar yang berada di tengah laut bediri kokoh. Batu besar ini dikenal dengan nama Batu Panjang atau Pulau Panjang. Bisa jua disebut Pulau Timang.

Akses menuju bebatuan itu hanya dapat dilalui dengan Gondala semacam kereta gantung tradisional yang terbuat dari kayu dirangkai dengan tali yang kuat untuk menopang berat badan Dan kereta inilah yang menjadi daya tarik wisatawan baik dalam maupun luar negri untuk mengunjungi Pantai ini. Atau Pengunjung juga bisa melewati jembatan panjang yang terbuat dari kayu yang disusun rapi, diikat dengan tali dan disambungkan dari bukit menuju pulau Timang. Menurutku keduanya sama-sama berbahaya. Menantang adrenalin untuk menyebrangi laut dengan ombak yang setiap saat bisa mengancam.

Aku memilih menghabiskan waktu untuk menuju bukit bebatuan. Karena terlalu penakut untuk menaiki gondola ataupun menyebrang jembatan. Alhasil aku hanya menatap deburan ombak tinggi yang menghantam karang. Sesekali menikmati spot foto yang disediakan dikanan dan kiri bukit dengan membayar 10rb/orang. Oh.. ya untuk tarif gondoladikenakan biaya 150rb pe orang.,  sedangkan untuk menyebrang jembatan 100rb. jJngan khawatir kalian tidak dibiarkan sendiri kok, tentu aja pawang setempat yang menemani.  Tinggal pilih mana yang kalian suka dari keduanya

Meskipun menantang bahaya, dengan menaiki Gondala atau menyebrang jembatan yang hanya terbuat dari perlengkapan seadaanya. Namun Tak sedikit pula, pengunjung yang bersedia ‘uji nyali’ menikmatinya. Di samping diperuntunkan untuk wisatawan, transportasi itu juga masih digunakan warga setempat untuk mencari lobster dilautan. Konon katanya di Pulau Timanglah tempat sembunyi lobster ataupun hasil laut yang melimpah. Sehingga tak jarang penduduk setempat rela membahayakan nyawa demi mendapatkan hasil laut yang bernilai tinggi itu.  

Sebagai akhir dari review tentang pantai Timang. Pantai yang menurutku masih sangat asri dan terletak di daerah terpencil ini wajib untuk dikunjungi. Dibandingkan dengan pantai-pantai yang juga berlokasi berdekatan dengan pantai ini. Pantai Timanglah yang masih tampak alami dan belum terjamah oleh tangan-tangan nakal yang ingin memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi. 

Jika kalian ingin mengunjungi Pantai ini, usahakan well prepare ya, karena pantai ini emang beda dari biasanya. Anyway ini adalah review pertamaku mengenai obyek wisata yang telah aku kunjungi. jadi kalau ada yang kurang berkenan dengan setiap kalimatnya, feel free ngasih komentar ya, namanya juga lagi belajar nulis. Hehe . See you guys :)

 

Komentar