Jodoh Sebenarnya Tak Jauh

Jodoh itu memang tak pernah jauh dan tak ada yang tau. Jika Tuhan sudah berkehendak, Jarak sekian mil pun mampu menyatukan hati melalui acara reuni contohnya. Bisa jadi dia disebelahmu. Atau bisa jadi orang yang dulu, yang mengamatimu diam-diam tapi kamu tak pernah sadar. Bahkan yang nampaknya tak punya rasa apa-apa mendadak menjadi salah tingkah. Begitu yang kupikirkan tentang dia. Wajahnya menampakkan rona berseri. Tak terlihat lagi tanda-tanda patah hati. Matanya juga tak lagi sembab. Bahkan saat ini senyumnya yang simpul mampu dikembangkan perdetik didepanku. Ah, temanku ini, memang tak mampu sembunyikan rasa gembiranya. Persahabatan sekian tahun dengannya menjadi salah satu alasanku mampu membaca raut wajahnya. Dia mungkin tak mau secara langsung bercerita segalanya. 

Tak apalah, aku akan menunggu.Bisa jadi, wanita berjilbab itu belajar dari masa lalu, yang membuat dia lebih hati-hati untuk memilih kata tentang apa yang dia rasa. Tak ingin lagi dikecewakan dengan kalimat sakti dari seorang pria yang belum apa-apa sudah menyerah. Iya, wanita periang ini pernah kecewa, dulu sekali. Ketika mendekati hari bahagianya, masalah muncul hingga memisahkan kisah cinta yang bahkan mereka bina dengan rentetan peristiwa. Saat itu aku hanya mampu berujar ‘sabar’ meski aku tau kesabaran tak menghentikan dia jatuhkan airmata kepedihan. Tak perlu aku jabarkan secara rinci tentang pengalaman mengerikan itu seperti apa, dia sudah mengalami pilunya hubungan tanpa kepastian. Aku paham, dia tak akan mau untuk dikorek-korek lagi perihal kisah itu. Dia sudah melupakannya, sekarang dia sudah bahagia. Dan kini mampu bangkit dan merasakan cinta dari seseorang yang telah mengetuk pintu hatinya tiba-tiba.

Kala Senja sore waktu itu, tepatnya ketika aku sedang menikmati langit yang sedang bergerak menuju malam, ditemani sepiring ayam geprek dan es teh yang kuseduh di pinggir jalan. Handphoneku berdering. Sebuah pesan masuk dari dirinya. Dia tiba-tiba menawarkan diri untuk memulai cerita, bagaimana kisahnya menemukan seseorang yang mampu menjadi angin segar ditengah hati yang gersang. Iya, dia sedang jatuh cinta dengan orang yang tak terduga. Cinta monyetnya.

Sebenarnya, kedekatan dia dengan sesosok pria itu bukan pertama kali. Dia pernah mengisi relung hati. Jauh sebelum dia kecewa dengan beberapa peristiwa pahit di hidupnya. Kisah cinta itu sangat dikenal dengan nama cinta monyet. Saling suka lalu menyatakan cinta, ditengah jalan putus, entah dia sendiri lupa apa alasannya. Setelah 2 tahun berpisah, tersiar kabar jika pria itu berhubungan dengan teman satu sekolahnya. Dia tak ambil pusing, mungkin karena masih cinta-cinta anak sekolah. Siapa yang perduli kisah asmara anak kemarin sore. Bisa saja paginya putus menangis darah, malamnya tertawa sumringah seolah lupa kalau hatinya pernah bermasalah. Sudah begitu saja.

Kini, setelah sekian lama. Setelah semuanya sadar baik dia dan pria itu, bahwa perasaan bukan hal yang patut dipermainkan. Mereka kembali bertemu, bertatap, beradu kalimat sederhana. Ketika acara reuni sekolah. Sapaan hangat keluar dari bibir pria itu, mungkin juga basa-basi pada dirinya ‘bagaimana kabarmu?’. Itu sudah mampu meleburkan dinding es yang yang membuat situasi canggung berubah hangat. Awalnya hanya saling sapa, namun lama-lama ada proses selanjutnya yang dia sendiri tak paham apa maksud dari si pria datang mendekat.

Dia tak pernah berfikir jauh bahwa cinta monyet itu akan tumbuh lagi. Namun, karena pria ini terus mendekat bahkan tak jarang berani duduk sejajar serta memberikan hujan perhatian setiap hari, membuat dia mulai terusik. Lebih tepatnya apa yang dilakukan pria itu mampu mengambil alih separuh dari pikirannya. Kali ini dia mencoba mengikuti apa kehendak hati, memberikan kesempatan seseorang untuk menyembuhkan luka yang pernah dialami. Meski itu tak mudah. Dia tak akan pernah tau jika tak mencoba. Atau justru dengan memberikan kesempatan akan menambah bencana. Kecewa luka dan seterusnya. Anggap saja itu konsekuensi yang harus diterima.

 Aku sempat bertanya, bagaimana jika kali ini ada kebiasaan dan sifat yang tiba-tiba muncul dan kamu tak suka itu. Apakah harus merubahnya untuk kamu cintai secara utuh, tak separuh-separuh. “semua orang ada kekurangan dan kelebihan. Kalau kita mau sama kelebihannya harus mau nerima kekurangannya juga” begitu jawabannya dengan nada yakin. Aku tersenyum lega. Dia sudah matang hingga berfikir kedepan, tak seperti dulu, rancu.

 Tuhan, ini adalah harapan dari wanita yang sudah pernah tergores luka dihatinya. Dia berharap bahwa kisah cintanya saat ini menjadi terakhir. Tak perlu lagi menunggu ataupun ditemukan. Jatuhkanlah hatinya sejatuh-jatuhnya apabila dia memang ditakdirkan untuk pria ini. Jika menurut-Mu pria ini layak, maka peliharalah kemungkinan-kemungkinan yang mereka rencanakan kedepan. Namun, jika ada perbedaan tiba-tiba memisahkan. Kau yang Maha Tahu, bahwa mereka akan tetap bahagia dengan cara baru.

Untukmu, sahabatku. Dariku yang kisahnya ingin segera kau sempurnakan.

Komentar