Kapan Kamu Akan Menikah

Untuk yang selalu terjebak dengan pertanyaan kapan menikah, yakinlah kau tak sendiri. Hal ini biasanya terjadi di setiap kegiatan halal bihalal, sedikit terselip sebagai bahan pembicaraan antar orang yang sudah ataupun merasa dewasaTernyata pengalaman ini tidak hanya terjadi padaku. Tapi kepada teman-teman yang hampir seusiaku. Setiap bertemu, pembahasan kami selalu menjurus kearah jodoh, pernikahan, hubungan serius dan sejenisnya. Aku bisa mengerti kenapa ada pembicaraan yang sudah mengarah kesana. Bagi perempuan, berdasarkan usia dan pribadinya yang dinilai “mampu” dianjurkan untuk segera menikah. Anjuran tersebut pun pernah diwacanakan di beberapa media konvensional swasta (Sebut itu TV) Bagi wanita berusia 21 tahun sudah wajar untuk menikah. Bahkan anjuran itu kadang mulai frontal hingga beralih ke “Paksaan”. parahnya pula hal itu kadang datang dari keluarga, kerabat bahkan orang lain yang tak memiliki hubungan dengan kita (alias orang lain yang beda bapak-ibu tapi masih satu dunia).

Dari kisahku, Intervensi “segera menikahlah atau kapan menikah?” mungkin lebih banyak dari orang yang belum sepenuhnya mengerti aku. Hanya sekedar tahu umur dan kesukaanku pada anak kecil, lalu tiba-tiba antusias untuk menyuruh menikah. Bahkan ada yang rela mencarikan jodoh. Sempat risih dengan pertanyaan itu, hingga akhirnya smiling can fix it setelah itu ngacir jadi andalan. Aku tak mau ambil pusing seputar menikah. My family love me much, they know me so well. Mereka tau sekiranya aku sudah siap lahir batin, aku bisa menikah kapanpun aku mau, yaa.. tentu kalau jodoh sudah datang ketuk pintu hati. Kalau pun saat ini masih belum ada tambatan hati (sebut saja itu kekasih) why ? single is not bad it all.

Lain aku, lain pula temanku. Kami teman sebaya. Sama-sama single. Kita sering bercanda menikmati  girls day time out. Namun sebenarnya  dia panik untuk urusan menikah. Tak menyalahkan juga jika sudah ada pemikiran dia yang kearah membina rumah tangga. Toh menurutku dia hidupya sudah settle. Tapi ternyata pemikiranku tak sepenuhnya benar. Ada dorongan dari pihak keluarga yang ingin dirinya segara dipersunting. Ditambah dengan tetangga yang selalu ikut campur dengan kehidupan pribadinya. Membuat dia semakin panic dan jenuh dengan pertanyaan yang sama berulang-ulang. Alasan yang diutarakan pun tak lain karena umur. Secara garis keturunan dari kakek moyang, dia saudara tertua dari keluarga besarnya hingga mau tak mau pertanyaan “kapan menikah?” tak pernah luput dari hari-harinya kini. Dia sempat mengutarakan kalimat pasrah “siapapun yang mau melamarku, silahkan datang ke orang tuaku”. Itu kalimat baik. Tapi aku cukup prihatin ketika seseorang sedang aktif-aktifnya mengeksplorasi diri untuk hal positif harus diberondong pertanyaan seputar kapan menikah.

Aku mulai paham, untuk urusan menikah, hal yang paling utama diukur adalah usia bukan persiapan diri. Jika usiamu sudah 20 tahun keatas, maka bersiap-siaplah untuk pertanyaan seperti ini. Bahkan seseorang yang tak punya kepentingan dengan kita pun juga turut andil membuat seseorang yang belum bertemu dengan orang yang tepat bertanya kapan menikah?. Sebal pastinya, ketika kita fokus untuk memperbaiki diri, memperbaiki ekonomi kehidupan, meniti karir kemudian digoda dengan seputar pertanyaan yang dilakukan berulang-ulang.

Pahamilah, bahwa sebenarnya seseorang yang belum menikah tentunya memikirkan hal demikian. Namun dia mampu menyembunyikan dan tetap terus mengguratkan senyum diwajahnya. Semata-mata karena dia tidak ingin menganggap bahwa itu beban dan hidupnya dipandang menyedihkan. Dia tetap bisa bahagia meskipun belum menikah. Bukankah jodoh itu sudah ada yang atur, kalau memang belum bertemu yaa..karena memang belum saatnya.

Bagiku menikah itu bukan hal yang sederhana, menikah bukan drama seperti di telenovela yang digambarkan sebagai perihal yang selalu manis-manis aja.  Bukan pula hal yang sulit sehingga aku mewakili perempuan yang sudah seperempat abad, takut untuk kejenjang lebih lanjut. Menikah butuh persiapan, tidak hanya materi tapi juga hati. Menerima orang baru dikehidupan kita, menerima keluarga baru , mengabdi untuk satu orang selama sisa hidupnya. Banyak hal perlu dipikirkan untuk menikah. Menikah pun juga ada prosesnya. Aku yakin setiap orang juga ingin menikah. Menyempurnakan agama dan memperbanyak generasinya. Aku pun demikian, hanya saja sebelum bertemu dengan orang yang tepat apa salahnya mengeksplorasi diri, mengejar yang belum sempat ter-raih dan mewujukan mimpi yang belum sempat terpenuhi. 

Komentar