Sakit Tanpa Jeda


Beberapa tahun yang lalu kau memutuskan untuk berpisah, mengakhiri masa-masa indah yang pernah kita rajut berdua, kau pergi dengan kata-kata yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Meninggalkan luka yang sampai sekarang aku tak tahu apa obatnya. Bagaimana bisa saat ini kau hidup bahagia sedangkan aku dirundung duka yang tak pernah berujung sampai mati pernah ku dambakan?. Seandainya luka yang pernah kau torehkan dapat kuhapus dengan mudah, mungkin tak pernah selama ini aku tetap menutup diri dengan kekhawatiran yang menjadi-jadi. Seandainya kenangan yang pernah membawaku melayang mudah untuk kulupakan, mungkin aku saat ini bisa menciptakan pelangi yang tak pernah pudar.
 

            Saat ini, aku mengalah dengan hatiku, membiarkan terus mencintaimu meskipun aku tau, sakitnya untuk tetap mengenang hal-hal yang tak pernah akan terulang. meskipun aku tau itu ada kesalahan, namun tetap kupertahankan. terlalu bodoh rasanya tak bisa membedakan mana setia dan mana teraniaya. Sakitnya kehilanganmu menjadikan duniaku kelabu,aku hanya mengenal hitam dan putih, aku hanya mengenal bagaimana disakiti, hingga aku selalu merasa hambar ketika seseorang datang dan menawarkan bahagia seperti yang dijanjikan. aku takut, tak bisa sepenuhnya percaya, aku takut tak bisa seluruhnya merasakan nikmatnya malam berkencan dengan suasana nan romantis, sedangkan hati masih tertulis dan tegambar jelas tentangmu.

            Sekarang tiba-tiba kau datang, kau terlihat baik-baik saja didepanku, aku kesal melihatnya, aku kesal melihat kau tersenyum lagi padaku dan menanyakan kabarku, tak bisakah kau lihat bagaimana aku?? bibirku terkunci rapat saat kau bercerita indahnya kehidupanmu, tak sepatah katapun mampu terucap ketika hati digenggam erat dengan luka yang tak sedetikpun mencoba untuk melepaskanya. Ingatkah kau asal muasal sakinya hati ini, tak bisakah kau mengatakan sesuatu yang membuatku bernafas lega dan tak pernah memikirkan hal gila yang pernah kita lalui?.Sakitnya pertemuan denganmu ini menjadi lebih dan lebih ketika tangan yang pernah membelai manja rambutku merengkuh tangan lain, sakit ini tanpa jeda, belum sembuh luka yang kurasa kini aku harus melihat yang menghujam jantungku.

Aku tak suka melihatnya, ingin ku berkata lepaskan, aku tak suka melihatnya, jangan lakukan di depanku!, kau pria gila! kau gilaa melakukan itu padaku! tapi aku tetap terdiam, tangis pilu yang tak mampu kusembunyikan membuat air mata perlahan-lahan membasahi pipiku.

 

Komentar