Witing Tresno Jalaran Soko Kulino– (Mungkin) Cinta Tumbuh Karena Terbiasa


Witing Tresno Jalaran Soko Kulino

(Mungkin) cinta tumbuh karena terbiasa 

Tak pernah sedikit pun terbesit dipikiran Dara untuk bisa melabuhkan hatinya ada pria yang berwatak kaku dan bersikap dingin. Terbiasa, mungkin seperti itu yang membuat dia melabuhkan hatinya pada Ilham – pria yang membuat hatinya penuh dengan rasa cinta saat ini. Pertemuan pertama sungguhlah mirip dengan cerita drama, diawali dengan benci lalu berakhir dengan cinta. mungkin karena terlalu membenci Ilham kemudian jatuh hati dengannya. “entahlah…” Jawab Dara sembari mengeluarkan buku dari tasnya. “cerita cintamu kaya’sinetron tau, Ra!” cemooh Lina yang selalu penasaran dengan kisah Dara dan Ilham. Dara hanya tertawa terbahak-bahak dengan perkataan temannya itu. “ini kita jadi belajar bareng apa ga?, atau kamu mau introgasi aku kaya yang di tv-tv juga, mungkin kamu itu korban sinetron kali, Lin, haha” tak henti-hentinya Dara menggoda teman sebangkunya itu. “mangkannya Lin, jangan terlalu sering nonton sinetron di TV, kebiasaan sih kamu, jadinya semua-semuanya dikaitkan sama sinetron” lanjutnya sambil menghapus papan tulis di depan kelas. “oke-oke mungkin aku korban sinetron, tapi bener loh, Ra’kalau cerita cinta kamu sama Ilham itu mirip banget kaya’ yang aku lihat di Tv, yang awalnya berantem, musuhan, terus saling suka, lalu jadian deh” sahut Lina

“Dengerin, ya Lin, semua itu butuh proses, mungkin Tuhan ngirim jodoh buat aku itu prosesnya harus tengkar dulu, musuhan dulu baru deh, saling cinta” dengan menggunakan kedua tangannya membentuk hati. Lina hanya berdehem mendengar penjelasan temannya itu. “okelah.. sekarang , mari kita belajar bersama, lupakan tentang kisah cintamu, sungguh kembali ke buku ini saja, aku tidak paham sama sekali” tunjuk Lina pada buku yang bertuliskan Matematika . “nah.. kamu sih Tanya-tanya hubunganku sama Ilham, kan kan .. keponya kadang-kadang ga di waktu yang tepat sih” guraunya. Dara menjelaskan alogaritma panjang lebar pada Lina, kurang lebih 30 menit Dara seolah menjadi tutor pribadi Lina, uapan berkali-kali dari Lina pun ditanggap oleh Dara. “Lin.. kalo sekiranya ini pelajaran buat kamu pusing, mending ke kantin aja nyari camilan, biar ga terlalu serius” saran dari Dara. “ga pa-pa kok, Ra’ aku masih kuat. semangat alogaritma, aku akan“membasmimu” ucapnya sambil menguap. Dara mengerti temanya itu menjadi agent of changes akhir-akhir ini, maklum saja, minggu depan akan ada ujian akhir semester. “sudahlah.. nurut kata mentor, silahkan beli camilan, aku juga lapar” pinta Dara dengan mempersilahkan Lina keluar kelas. Dara melihat handphonenya, mencari nama Ilham dan menghubunginya.

“kamu di mana ?”

“aku di kampus, Yang”“kamu ga ada kelas ?"jawab Pria yang berada diseberang sana 

 “ada sih, ntar tapi, ini lagi nunggu Lina beli makan, nanti kamu jemput aku kan?”  Tanya Dara sambil memainkan bulpoin yang ada dihadapannya.

 “maaf, Ra’. aku ga bisa, aku nanti ada kuliah tambahan, kamu pulang bareng Lina aja ya, nanti pulang kuliah aku maen kerumah deh” jawaban Ilham setidaknya merubah raut muka Dara, ada kekecewaan yang terlihat di sudut bibir Dara.

“hmm.. yasudah, kalau gitu aku masuk kelas dulu ya, Yang”  pamitnya lalu mematikan telp.

“Ilham ?” Tanya Lina yang tiba-tiba muncul sambil membawa kantong plastik penuh camilan dan disahuti dengan anggukan Dara “kenapa anaknya ?” Tanya Lina yang mulai kepo. 

“ga papa, btw nanti nebeng pulangnya ya, Lin. hehe” rayu Dara dengan mengeluarkan jurus manisnya, mengembangkan senyum selebar-lebarnya 

“hmmm. kalau ada maunya aja” timpal Lina. “oke” sambil menyodorkan minuman yang dia bawa lalu duduk samping Dara. “ayo kita mulai lagi” ajak Dara, Lina mengangguk kepala sarambi mengupas camilan yang ada di depannya. 

“jadi ini itu…” beberapa menit setelah penjelasan Dara tentang Matematika, Lina mulai bosan, jutru keingintahuannya sekarang beralih tentang hubungan Ilham dan Dara semakin menggebu “Ra.. capek otakku, haha, mending kamu cerita tentang hubungan kalian aja, gimana bisa ketemu, lalu tengkar, lalu pacaran” tanyanya panjang. Dara menghela nafas panjang, ya seperti inilah Lina, dia tak bisa fokus dengan hal-hal yang menurutnya membosankan, yang paling menarik adalah mendengarkan curhatan seseorang,  tak pelak tittle Miss problem solving dipercayakan padanya, setidaknya tittle itu dari para fans bloggernya. Dara menghela nafas panjang lalu melirik aneh ke Lina 

“sudahlah ayo cerita, siapa tau aku nanti bisa sedikit berbagi tips dan ini ada makanan, minuman, setidaknya cukup untuk menunggu jam pejaran dimulai” dengan menunjuk-nunjuk camilan yang ada di atas buku.

“gini. . awalnya kenal sama Ilham itu, Ilham lagi tengkar sama cewenya, ehh salah lebih tepatnya mantan pacar, nah tengkarnya itu di depan toko mama” cerita Dara sambil mengingat kembali hari  bertemu Ilham.

“terus” Tanya Lina tak sabaran, sambil menguyah makanan. 

“Di makan dulu itu jajannya, baru ngomong, hmmm” sahut Dara sambil geleng-geleng melihat tingkah sahabatnya itu.

“nah.. otomatis kan aku ngelihatin toh, kebetulan juga tengkarnya Ilham itu sampek ditampar sama ceweknya, ehh , maksudku mantannya itu, tapi Ilham diam aja, lalu bilang “kita putus, lanjutin seneng-senengnya sama cowo itu” ucap Dara sambil menirukan gaya Ilham berbicara. “nah.. aku ngeliatin aja dari dalam toko, setelah cewek itu pergi, sambil ngebuang kertas-kertas di mukanya Ilham, gara-gara aku terpukau sama peristiwa itu ak ga kedip, nah Ilhamnya kebetulan noleh ke aku, lalu ngelihat aku kaya gimana ya, matanya itu tajem banget lalu dia pergi tanpa beres-beresin kertas yang berserahkan di depan toko mama, nah otomatiskan aku ngeliat toh, aku ambil tuh kertas-kertasnya lalu kejar Ilham, tapi Ilhamnya keburu marah. Ketika aku pegang pundaknya, dia kayak singa yang siap menerkam mangsa, haha" ucap Dara 

“marahnya kenapa, Ra” Tanya Lina penasaran

“Dikira aku ceweknya kali, padahal aku niatnya mau ngasih kertas-kertas itu, soalnya waktu itu kertasnya kaya tugas-tugas kuliah, kayaknya sih. Tapi Ilham marah-marah sambil teriak ke aku, kan aku ga terima, kebetulan aku bawa air mineral gelas, ku siram aja, sambil bilang “sudah dingin hatinya?, ini ngasih kertas-kertas yang ngotori halaman tokoku”  

“lalu, Ilhamnya diam aja, Ra?” Lina semakin mendekatkan posisi duduknya pada Dara. 

“ini duduknya bisa agak kesanaan agak sempit nih ?” pinta Dara sambil menggeser posisi duduk Lina untuk menjauhinya beberapa senti. Lina hanya memperlihatkan giginya yang berpagar

Dara terdiam sejenak, mencoba kembali mengingat kejadian beberapa bulan yang lalu itu. belum sempat keluar kata-kata dimulutnya bel Istirahat usai. “oke, Ra, kamu punya hutang cerita di aku, dilanjutin nanti deh di rumahmu” Ucap Lina sambil membereskan makanan yang ada di depannya  lalu meletakkannya di kolong meja.

***

“oke, Ra, lanjut ceritanya” Pinta Lina, setelah membanting tas di sofa, “sabar..”sahut Dara sambil melepaskan sepatu yang dikenakan, seorang wanita paruh baya muncul menyambut Dara dan Lina, kedua gadis itu mencium tangan wanita yang tak lain adalah ibunda Dara. “kalian sudah pulang” tanyanya basa -basi “sudah gini loh, Ma, kan Dara uda di rumah” Jawab Dara, lalu bergelayutan di ibunya itu 

"Dara.. kangen mama mangkannya Dara pengen cepet-cepet pulang” gombal Dara pada mamanya itu, melihat Dara menggombalinya, Ranti memanyunkan bibirnya pada Dara 

"anak Tante Ranti udah expert soal gombal menggombali, Te" celoteh Lina

"syirih ihh" balas Dara tak terima 

“anak mama ini sudah pinter ngegombali mama ternyata, hayoo.. pasti ada maunya” Tanya Ranti curiga. Dara senyum-senyum manja kemamanya,

 “ma.. Dara di rumah ya, kan ada Lina, jadi Dara ga usah jaga toko” rayu Dara, 

“Nah.. benerkan pasti apa maunya kalau udah gombal-gombal gitu,lihat nih, Lin, Dara masih kaya anak kecil yaa..” celetuk Ranti pada Lina sambil merangku pundak anak semata wayangnya itu. Lina hanya mengangguk sopan, pada Ranti.

“ya sudah mama, jaga toko kalau gitu kebetulan tadi Ilham juga sudah bantu mama jaga toko sebelum berangkat ke kampus”

“loh.. Ilham kesini, lama kah, Ma? tadi Dara telpon katanya di Kampus”. Tanya Dara sambil meneguk segelas air putih 

 “Ilham kesini jam 8 kalau ga salah sampai jam 10, setelah itu pamit ke kampus, tapi katanya nanti sore mau kesini lagi mau ketemu kamu katanya, ya sudah mama kedepan dulu, Itu Lina diajak makan, mama udah masak sambel goreng ati kesukaan kamu, Ra” perintah Ranti lalu meninggalkan Dara dan Lina.

“ah.. tante tau saja, kalau saya belum makan” Lina memelas sambil mengelus-elus perutnya. 

“mamaku selalu mengerti kamu” tandas Dara lalu masuk kamarnya.

Dara melihat sekeliling kamarnya, melihat foto-foto yang terpajang tak beraturan di dinding kamar, ada foto IIlham bersamanya yang tampil dengan wajah konyol namun serasi 

"dia yang dingin, sekarang menjadi penyejuk hatiku" batin Dara.

Pintu terbuka, Lina merajut untuk diteruskan lagi cerita tentang Ilham, “Ayo, Ra katanya cerita lagi. Dara tersenyum simpul melihat tingkah Lina yang tak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.

“sampai dimana tadi” “hmm,” Lina sambil mengingat-ingat. “sampai kamu siram air ke Ilham, dia datar aja mukannya dan tet!!!! bel istirahat usai” Lina semakin antusia lalu duduk bersilah di ranjang, menyandarkan bahu pada bantal yang ia peluk

“oh.. lanjutannya " Dara merapikan ranjang yang akan ia duduki "Ilhamnya liatin aku, kayak mau nerkam aku, kan aku takut,  tapi aku sok-sok an kuat aja, lalu aku bilang itu matanya mau lepas, mas ? permisi kalau gitu, dan  aku langsung pulang” Ucap Dara sambil mengenang peristiwa yang mempertemukannya dengan Ilham.

“nah.. sehari setelah kejadian itu, ga sengaja ya, pas aku lagi duduk-duduk di bangku panjang depan toko. kakiku ku lurusin, nah.. pas itu dia lewat dan ga lihat jalan, reflek deh dia jatuh, lagi-lagi matanya ngelihatin aku, niatnya aku bantuin loh tapi dianya marah, dibilang “kamu lagi. kamu lagi.. cewek tengil, bisa ga sih ga usa muncul di depanku” Dara meniru ucapan Ilham kala itu. Lina terbahak-bahak mendengar cerita Dara.

“masih ada lagi, Lin” lanjutnya “jadi waktu itu gara-gara dia ngomel ke aku, aku berdiri sambil bawa botol minumku

“lalu kamu siram lagi Ilham?” potong Lina

“enggak, mungkin dia juga berpikiran gitu, dia nutupi mukanya, takut ku siram kali, padahal aku ambil botol minum lalu masuk toko”cerita Dara

“owalaah..  terus sampek jadian gimana ceritanya?”

“aku juga ga tau, gimana bisa aku jadian sama dia, mungkin karena terlalu sering kita ketemu, kita bertengkar, lalu kita saling suka” Kenang Dara yang menurutnya kejadian itu serba tiba-tiba

“terlalu sering ketemu ? emang seberapa sering” tanyanya heran

“aku lupa jumlah pastinya, aku ga pernah hitung, tapi emang sering banget kita ketemu, sampek akhirnya mama turun tangan, kebetulan juga mama jadi mak comblang buat aku sama Ilham” 

“mama? tante Ranti serius demi apa kamu ? tante Ratih ikut-ikutan?” Lina tak percaya

“iya, mama.. mama sebelumnya udah kenal Ilham, Ilham sering beli-beli perlengkapan buat tugasnya di toko mama, Ilham juga sering ngerjain tugasnya di depan toko mama, kan tempatnya juga adem tuh, nah.. mama selalu ngamati kalau aku ketemu Ilham itu kaya kucing sama tikus, tengkar mulu, akhirnya mama comblangin deh aku ke Ilham, mungkin Ilhamnya  antara luluh atau risih yaa.. digoda mama mulu, akhirnya Ilham mau deh dan ngajak aku ngedate untuk pertama kali.” jelas Dara panjang lebar

“hmm.. cerita yang cukup misterius, terus waktu pertama kali ngedate sama Ilham, perasaanmu gimana, Ra?” Lina semakin termakan rasa penasarannya

“canggung gila, Lin, yang awalnya tengkar kalau ketemu, ini malah ngedate berdua, di tempat ngedate itu aku salting abis, mau ngomong ini ga enak, ngomong itu ga enak, lagian juga obrolan kita beda kan ya. Ilhamnya juga diem aja, lama bener juga diemnya lalu aku pergi dari sana”

“loh.. ilhamnya ?”

“nah.. Ilhamnya malah diem liat aku pergi, bete’ toh, tapi tiba-tiba dia nyusul aku, dan bilang “Tante Ranti taunya kamu keluar bareng aku dan aku yang bakalan anter kamu pulang, gitu katanya” Dara menengadah wajahnya lalu menghela nafas berat

“ahh.. sosweet, terus” ucap Lina sambil meletakkan tangannya di pipi. 

“eits, kamu bilang sosweet, aku aku bilang itu kencan pertama terburuk" Dara mendengus kesal "setelah ngomong satu kalimat tadi, di perjalanan juga dia gak ngomong lagi dong.  Bayangkan 30 menit dijalan kita masih kayak orang asing.  Lina yang melihatnya merasa gemas dan melempar bantal ke muka Dara  

“aduh…”

“ceritamu lucu, Ra' lanjut lagi" pinta Lina 

“Terakhir ketemu berdua ya itu, selebihnya hanya ketemu pas aku jaga toko Mama sebagai penjual dan pembeli. Soalnya abis ngedate gak jelas itu. Aku kasih  penilaian Ilham ke mama, kalau ilham itu biasa aja, bukan tipeku, sifatnya dingin kek es batu , mama mungkin maklum jadi ga Tanya-tanya lagi soal Ilham ke aku, dan aku sih seneng klo mama sudah berhenti buat comblangin Ilham ke aku” 

“nah kamu mulai suka sejak kapan?” Tanya Lina penasaran, “sejak aku ketemu dia di dalam bus, haha” “loh kok bisa ?”

“waktu itu aku berangkat sekolah, di halte aku hampir saja ketinggalan bus tapi syukurlah ada tangan malaikat yang mengulurkan tangannya membantuku naek ke dalam bus, dan orangnya adalah jreng-jreng Ilham, ku kira dia bakalan buat perkara lagi ke aku, tapi apa, dia memberikan tempat duduknya buat aku, aku nya ga mau ehh, malah paksa buat duduk dan dia berdiri”

“Ra… sinetron sumpah ceritanya.. nyebelin deh, yang bener dong”

“loh.. serius coba nanti Tanya Ilham saja kalau masih meragu sama ucapanku, haha, btw ya, kamu katanya lapar, makan dulu gih..” Suruh Dara sambil menarik Lina bangkit dari ranjangnya dan memintanya keluar “aku mau ganti dulu, ntar ku susul”

“ya.. ya..yaa” jawab Lina malas “padahal masih pengen tau ceritanya, Ra” gumamnya sembari menuju dapur

“nanti lagi ajah, abis ini kan Ilham kesini, kamu bisa tanya dia lengkapnya”

“ga mau, ada kamu kenapa harus Tanya sama Ilham” keluh Lina dengan memonyongkan bibirnya.

Terdengar suara ketukan dari luar, suara seorang laki-laki, terdengar tak asing bagi Dara, dia adalah kekasihnya-Ilham, dengan tergopoh-gopoh Dara keluar kamar dan menghampiri Ilham, lelaki berpenampilan casual dengan tshirt putih, tinggi semampai dilengkapi dengan hidungnya yang mancung dan berkulit sawo matang itu berdiri didepannya. “ngapain kamu lari-lari ?” Tanya Ilham keheranan dengan kelakuan ceweknya itu

“yaa. ga pa pa , pengen nyambut kamu aja?”

“ngapain harus di sambut, aku cuman dari kampus, bukan dari luar kota, luar pulau, atau luar negri, lagian kita juga ketemu setiap hari" Kata Ilham Heran. 

“ya.. kan disambut aja, duh.. yauda kalau gitu” Dara terlihat jengkel dengan sikap dingin pacarnya, dia membalikkan badan dan menuju kekamar lagi, tapi Ilham melarangnya “jadi aku di anggurin nih”

“katanya ga mau disambut” jawab Dara ketus

“ya ga usah disambut, cuman di temenin aja, lagian cuman bentar kok, cuman mau ketemu kamu". Mendengar ucapan Ilham, rasa jengkel Dara sudah melumer, namun masih bisa di sembunyikan. Dara menyuruhnya duduk. “di dalam ada Lina, kamu disini dulu aja” pinta Dara. “loh, Lina belum pulang,?"Ilham Celingukan melihat keberadaan Lina dari pintu depan

“iya, ada yang perlu dibahas, ayo masuk” Dara beranjak menuju dapur, tapi Ilham memegangi tangannya dan memintanya untuk berdiri di depannya sebentar, Dara pun menurut, di pegangnya tangan kekasihnya itu. Terkadang ada sisi romantis yang tak pernah Dara kira dari pacarnya mungkin ini juga yang membuat Dara tak bisa lepaskan kekasihnya yang sudah hampir satu tahun menemaninya. “Yang, aku kesini cuman sebentar kok, aku cuman pengen ketemu kamu, setelah itu pulang, aku juga udah ketemu mama tadi,”ucap Ilham dengan membelai pipi pacarnya yang temben itu lalu mencubitnya 

“aduh sakit, Yang” keluh Dara namun tetap tersenyum " ada apa emangnya, kenapa gak mampir?" Dara keheranan, tidak seperti biasanya setelah pulang kampus, akan mampir dirumah untuk mengerjakan deadline tugas setelah itu pulang setelah Ranti kembali. 

“Iya, aku ada rapat BEM, makannya itu sebentar kesininya, kalau udah liat kamu gini kan, aku tenang, sekarang aku balik lagi yaa, baik-baik sama Lina” ternyata Ilham melihat Lina yang ada di balik pintu kamar Dara yang sedari tadi memperhatikan tingkah mereka berdua, “Lin, aku pulan dulu” pamit Ilham. Lina hanya mengangguk malu, penguntitannya diketahui oleh Ilham. “kok cepat banget, Yang?” Tanya Dara yang masih tak ingin Ilham pergi. “iyaa., kan rapat ini mau bahas Dies Natalies kampus, jadi kayaknya ini sampai malam, nanti aku langsung pulang ya ya tembem” pamitnya

 “ kalau udah sampek rumah sms ya, dan satu lagi, jangan tidur terlalu malam, inget itu mata pandanya udah ga bisa di sembunyiin” Dara menunjuk lingkaran mata Ilham

“siap bos”

Ilham pun pergi, “kok cepet banget Ilham kesininya, ga kangen apa sama kamu, kalau aku sih pasti ga ngebolehin Rendi pulang cepet-cepet gitu, Ra” Sahut Lina yang tiba-tiba muncul dari balik kamar Dara “iya, Lin, Ilham akhir-akhir ini sibuk sekali, aku juga ga tau, sibuknya itu ga bisa di tolerir, dia aja ga pikir kesehatannya, mama yang selalu ingetin dia buat makan on time, ketimbang aku pacarnya” 

“mama kamu, bener-bener baik ya, sama Ilham”

“yaa.. mama udah anggep Ilham anaknya sendiri, Lin, bahkan kalau aku tengkar sama Ilham mama pasti belain Ilham, pernah ya, dulu aku marah-marah ke Ilham gara-gara telat jemput lalu aku pilih aja pulang naek angkot sialnya ban bocor ditengah jalan, alamat aku nyampek rumah itu hampir isya’ dan kamu tau, Ilhamnya di rumah lagi omong-omongan sama mama, ya udah ku semprot aja, ehh.. mama malah nyalain aku”

“mungkin, anak mamamu yang sesungguhnya itu Ilham, Ra”

“sialan lu.. kamu sudah ambil makan belum?, sekalian aku mau ambil ini”

“Belum, ambilin dong, kakak Dara” Lina menengadah mesrah 

***

Lina dan Dara menikmati makanan dengan lahap, Lina sedang sibuk mencari-cari kentang yang tersembunyi di balik nasinya, sedangkan Dara sibuk memutar-mutar handphonenya. Lina meihatnya dan tertegun heran “kamu ngapain, Ra?”

“iniloh lihat foto-foto sama Ilham, di pikir-pikir itu Ilham ganteng juga yaa..”Lina tersendak, buru-buru Dara memberikan segelas air minum yang tak jauh dari tempatnya “nih.. minum dulu”

“makasih… kamu itu yaa.. Ilham itu ga ganteng, mungkin gara-gara kamu terpesona sama perlakukannya kamu jadi bilang Ilham ganteng. “ehh.. enak aja.lihat deh fotonya , ganteng kok”

“iya sih, sekilas Ilham itu ganteng, punyamu deh, btw lanjut dong ceritanya”

“sampek mana tadi?”

“tau lupa, sudah intinya bagaimana kalian jadian?”

“sedikit tragis tapi manis, waktu itu aku maen kekampusnya, niatnya sih mau lihat kampus yang bakalan buat kuliah, sekalian liat suasananya, survey gitulah, nah kebetulan waktu itu aku ga sengaja ketemu Ilham yang lagi sama cewek yang waktu itu di depan toko, mereka tengkar , aku sih mager liat ceweknya marah-marah ke Ilham, nah Ilhamnya ngeh kalau aku ada disitu, tiba-tiba dia menghampiri aku, lalu gandeng tanganku dan bilang ke ceweknya itu kalau aku itu pacarnya”

“serius kamu, Ra, tanggapanmu gimana ?”

“waktu itu aku sudah bilang enggak, ke cewek itu, itu bohong, tapi Ilham, peluk aku dan cium pipi aku di depan cewek itu, lalu berbisik “mulai sekarang kita pacaran, kamu tau, Lin apa yang tak rasain waktu itu”

Lina hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, “rasanya campur aduk, aku ga ngomong iya, dan ga ngomong ga, aku mematung saat mantan ceweknya menaampar Ilham di depanku, twice, Lin.. aku lihat Ilham ditampar” jelas Dara antusias sambil memberikan dua jarinya kedepan muka Lina “ya.. biasa aja, Ra  ini jarinya ga usah ikut-ikut, depan muka lagi”

“hahah, sorry, tapi beneran loh, abis ditampar itu, Ilham seret aku, dan antar aku pulang. aku ga terima waktu itu, dia se enaknya aja cium anak orang, ajak jadian anak orang, ga Tanya dulu aku mau apa enggak”

“kamu ga nolak di,Ra” Dara menggeleng, “bukannya aku nolak, Ra, aku cuman kaget, lalu sampek rumah Ilham bilang mama kalau kita pacaran, nah mama ga marah malah mama seneng, ucapain selamat, aneh kan mamaku?”

“terus-terus?”

“esok harinya, Ilham sudah stay didepan pintu buat anter sekolah dan sudah pamit mama pula, Ilham itu pinter banget ambil hatinya mama, pokoknya di depan mama Ilham itu manis banget, tapi kalau lagi sama aku, diamnya awet, waktu itu sih”

“Ilham emang pinter yaa, dia calon mantu idaman, mama-mama, ehh, ga deng calon mantu idaman tante Ranti”dengan kepala mengangguk-angguk dan menghayal

“iya kalik, Setiap aku bilang ke Mama kalo cerita aku jadian sama Ilham itu gak sungguhan, mama selalu aja gak percaya. Belia percaya dengan ucapan Ilham, Lin. Katanya ilham itu baik, dia ingin jagain aku, bla-bla lah  Sepercaya itu Mama sama Ilham"

"seminggu setelah jadian, aku minta putus karena menurutku hubunganku sama Ilham itu kayak dibuat-buat. Dia memang selalu antar aku, jemput aku sesekali ajak aku makan siang bareng setelah pulang sekolah,, kadang week end ngedate  ya yang dihampir ya mama. Dia lebih banyak ngobrol sama Mama. Di depan Mama ilham itu prefect banget. bahkan ya dalam seminggu itu, dia hanya ngobrol seperlunya sama aku" lanjut Dara dengan nada kesal 

"terus, kenapa bisa bertahan selama itu , even itu cuma seminggu ya, kan bisa tuh, ketika kamu di tembak, ketika dia anter kamu balik, langsung bilang putus hehe" Lina memercingkan matanya curiga

"Entah kenapa, aku merasa aku gak bisa lepas dari dia. BTW semua itu karna campur tangan Mama. Tau kalau aku pulang dan diantar Ilham, Mama langsung to the point di kami dan Ilham bilang kalau kita jadian" Dara bermain dengan handphonenya. 

" dan well,itu yang ngebuat sulit banget aku lepas sama dia, dalam seminggu itu. Bisa banyangin gak, dia datang kerumahku pagi-pagi, jemput buat antar sekolah, pamit Mama dan diperjalanan kita gak ngomong dong Lin. kan kayak bawa karung beras ya" sungut Dara bertambah kesal. "Lalu pas ada moment , aku lupa saat itu kenapa,  aku minta putus, Ilham bilang “oke” sial banget kan. lalu aku minta di turunin di jalan, ehh dia nurunin aku beneran”

Lina ikut kesal dengan cerita Dara, “duh.. cowok itu bener-bener dingin yaa, tapi tadi, kok beda ya sama cerita kamu” Lina penasaran

“yaa.. kan ceritanya tadi belum kelar, Lin, waktu dia nurunin aku dijalan, ga berapa lama, dia balik lagi, aku disuruh naek ke motornya, ya aku ga mau lah, dikira aku cewek apaan. Soal kenapa aku dan dia harus pacaran dan juga, aku sudah minta putus, jadi dia ga perlu repot-repot buat anter jemput aku didepan mama, dia ngelihatin aku dengan tatapan yang sama waktu pertama kali kita ketemu dan lagi-lagi aku keder sama cara ngelihatnya, jahat tau, tapi…”Dara mencoba membuat Lina penasaran

“tapi apaa?” Rengek Lina sambil mengoyak-ngoyakkan lengan Dara

Dara mencoba mengingat kejadian yang membuatnya merubah perasaannya, waktu itu pukul 7 pagi, tak jauh dari sekolah Dara, semua perasaan benci kepada Ilham tiba-tiba luntur. 

SATU TAHUN YANG LALU.

“seandainya aku bisa aku juga bakalan ngelepas kamu, kita setiap temu tengkar, selalu ada aja yang diributin dengan kamu yang masih pake seragam sekolah, aku lama-lama gila,tapi apa, tante Ranti selalu saja cerita tentang kamu, apa kebiasaan kamu, apa kesukaan kamu, semua tentang kamu, dan aku benci mendengarnya” ucap Ilham

“lalu kalau benci kenapa masih berdiri disini, kamu pergi aja, aku ga suka sama kamu, dan jangan bersikap manis di depan mama lagi!, kamu tau omongan kamu itu cukup pedes buat di denger, lalu kenapa kamu akuin aku sebagai pacar kamu, di depan mama, kenapa hah?” suara Dara yang terdengar parau, namun masih bisa menahan air matanya. “kalau cuman buat manas-manasin dia - cewek yang aku juga ga tau dia siapa kamu, itu sudah selesai kan?, tolong jangan buat hidupku tambah susah, jangan buat aku selalu disalah-salahkan mama cuman gara-gara pemuda yang  bersikap dingin kaya kamu, aku muak, aku lelah, tolong jangan ganggu anak SMA ini. kamu bilang selalu ribut dengan anak yang masih pake seragam, tolong jangan muncul lagi di depan mama atau aku” lanjutnya, tangisnya kali ini tak bisa terbendung lagi, air mata membasahi baju sekolahnya.

“karena aku sudah jatuh cinta sama kamu, Ra” untuk pertama kalinya , Ilham memanggil nama Dara, dan untuk pertama kalinya pandangan Ilham berubah menjadi teduh, dan untuk pertama kalinya hatiku luluh dengan matanya yang bersinar tepat didepanku.

“Entah sejak kapan, kamu gadis SMA yang bisa buat luluh hatiku, aku juga ga tau kenapa, semuanya berubah sejak pertama kali kita ketemu, dan sekarang aku ga pengen kita putus” Ilham sedikit mendekati Dara, namun Dara perlahan-lahan mundur kan langkahnya dan berlari menuju jalanan sekolahnya

***

Lonceng sekolah berbunyi, waktunya pulang, Dara dan Lina berjalan keluar gerbang, namun scopy warna ungu dove dan Ilham duduk diatasnya sedang tolah toleh seolah sedang mencari seseorang. Dara mnghentikan langkahnya “Ra, ada apa ?, ayo kita pulang” ajak Lina yang melihat Dara mematung memandangi seseorang yang kebingungan

“kamu pulang dulu aja, Lin, aku ada urusan” pinta Dara 

“hmm, oke, sampai bertemu besok,” pamit Lina, Dara memberikan senyum simpul pada Lina yang mulai berjalan mejauh. Dara sengaja memberi tahu Lina bahwa seseorang di depannya sedang menunggunya. Setelah mengatur nafas, Dara menemui ilham.

“ kamu masih disini, kenapa ga pergi?” Tanya Dara

“aku nunggu kamu, aku minta maaf kalau sudah buat kamu kecewa tadi pagi, aku minta maaf kalau aku memaksa hubungan yang sama sekali ga kamu pengenin, aku juga minta maaf, sudah kasar dan bersikap dingin sama kamu” jelas Ilham panjang lebar.

“sudahlah… aku sudah memaafkan kamu, kamu bisa pergi sekarang, jangan pernah datang kerumah lagi sebagai pacarku, kalau kamu mau ketemu mama, silahkan, hubungan kita, biar aku yang jelasin ke mama” ucap Dara tegas, tidak bisa dipungkiri seminggu setelah pertanyaan Ilham yang tiba-tiba didepan mantan pacarnya, Dara sesekali perlakukan baik oleh Ilham, meskipun pertengkaran kerap muncul di antara keduanya mengenai hal sepele  “apa mungkin aku menyukainya” batin Dara penuh dengan pertanyaan dengan menatap mata Ilham.

***

hari-hari berlalu Ilham tak datang kerumah untuk menjemput Dara, kehidupan Dara kembali normal seperti semula, hari berganti hari, namun Dara justru merasa ada yang hilang, entah itu apa, padahal inilah yang dara inginkan, tak ada gangguan dari Ilham lagi, lambat laun, Dara tampak murung, namun dia masih belum mengerti apa yang sebenarnya dia rasakan, ada yang salah kali ini. suatu pagi tiba-tiba Ilham muncul didepannya, dan berminat untuk mengantarnya pergi kesekolah, namun Dara menolak, Ranti melihat tingkah anaknya cukup aneh, Dia masih belum mengerti kenapa Dara menolak ajakan Ilham,  maklum saja, sejak pertengkaran Ilhan dan Dara beberapa waktu lalu, Dara masih belum menceritakannya pada mamanya, “Ra, kenapa ga mau bareng Ilham, kan lumayan hemat di ongkos sama waktu, ini sudah jam berapa, Ra, nanti kamu telat loh”

“ga pa pa, Ma, Dara naik bus saja” setelah berpamintan Dara lalu pergi dan meninggalkan Ilham dengan mamanya.

Tak berapa lama, Ilham mengikuti Dara menuju halte bus, “kenapa kamu ikutin aku?” Tanya Dara ketus

“aku ga ngikutin kamu, tempat kita searah” Dara melihat sinis pria yang ada disampingnya ini, tak tahan rasanya dengan apa yang bergejolak di hatinya saat ini dan dia memutuskan untuk turun dari bus, Ilham pun demikian.

“Ra.. tunggu”namun Dara mempercepat langkahnya, “Ra, tunggu,”pinta Ilham sambil memegangi lengan Dara, 

“auuch sakit, tolong lepasin” Rengek Dara

“tunggu, kamu ngehindar dari aku, Ra”

“iya.. aku ngehindar,aku ngehindar dari kamu.. aku.”

“apa.. kamu suka sama aku?’ tanyanya penasaran

“aku.. benci lihat kamu, Ham, aku benci liat kamu yang seperti ini, aku benci kamu selalu ada di pikiran aku, aku benci kamu yang seperti ini, kenapa kamu seperti ini, bersikaplah biasa, bukannya kamu selalu bersikap dingin, kenapa sekarang jadi seperti ini, Ham.. kenapa….. belum selesai Dara mengungkapkan apa yang dia rasakan, sepeda montor lewat dengan cepatnya, dan Ilham menarik Dara dipelukannya, “karena kamu suka sama aku, Ra. Dara mencoba melepaskan pelukannya, namun ilham tetap keukeuh,  “Ra, aku sayang sama kamu, aku sayang, sama kamu, kamu jangan buat aku gila aku minta maaf kalau aku seperti ini, tapi ini yang aku rasakan” Dara yang awalnya mencoba untuk mencoba lepas perlahan membiarkan tangisnya terbenam di pelukan Ilham “aku sayang sama kamu, ham, aku sayang sama kamu, aku gak tau mulai dari mana dan sejak kapan, tapi aku kehilangan kamu” Jelas Dara perlahan di tengah isak tangisnya dalam pelukan ilham,

***

“jadi gitu ceritanya, Lin, dan sampek sekarang deh, aku sama Ilham”

“hahaha.. sok drama yaa.. btw dari 10 , ku kasih 7 deh..”

“loh.. kok 7, 10 dong, kn prefect ceritanya… “ ucap Dara sambil melempar bantal kearah Lina.

“tunggu aku mau sms Ilham dulu..”

Lina dan Dara sepanjang sore bersama di kamar yang tak begitu besar, namun cukup untuk menikmati senja di hari yang cerah ini.  THE END .


Komentar

Posting Komentar