Jatuh Cinta Itu Nano-Nano?

Rasanya dag dig dug ketika berdekatan dengan Raja. Pria dengan tubuh profesional, tegap dengan potongan rambut masa kini, tersusun rapi dengan minyak rambut dan berkulit putih yang kini dekat denganku. Entah.. perasaan apa ini ?, dia sibuk dengan komik Conan yang ada ditangannya, membuka lembar demi lembar halaman dan menganguk-angguk seolah paham dengan jalan manga cerita kartun detektif dari Jepang itu. Aku memperhatikan nya dengan seksama, sesekali tersenyum sendiri seperti orang gila, tersadar Raja yang ku amati sedari tadi mulai meliriku "ada yang salah denganku ?" tanyanya.

"oh.. enggak" jawabku berkelit dan tanganku meremas-remas unjung seragam putih abu-abu ku  

" lalu, kenapa kamu melihatku dengan tatapan aneh ?"  

gara-gara kamu ganteng, tau!! hatiku dag dig dug kalau lagi dekat  kamu, kamu itu seperti magnet, mataku selalu saja tertuju kekamu, sayang  ucapan itu hanya tertahan di tenggorokkanku, dan aku malah memberikan jawawban yang berbeda.

"oh.. enggak kok, aku pergi dulu " lalu kulangkahkan kaki menjauh dari bangku taman sekolah tempat Raja dan aku menghabiskan 15 menit yang lalu. 

"duh.. kenapa yaaa. selalu saja kalau Raja mulai membuka mulutnya dan berkata-kata, aku selalu saja luluh, rangkaian kata yang keluar dari mulutnya itu loh mau itu manis atopun pahit semuanya ngena di hati .."ohh tuhan..." desahku perlahan.

Bel pulang sekolah pun berbunyi, semua murid memasukkan buku-bukunya dan bersiap untuk menuju rumah bergitu pula denganku. Seperti biasa menunggu jemputan supir, bermain -main dengan batu yang ada didepanku,  "lama ya.. pak Burhan ini.." sambil melirik jam tangan, sudah pukul 3 lewat 25 menit, itu berarti aku sudah menunggu pak Burhan hampir 25menitan,  mataku selalu melirik ke kanan dan kekiri berharap mobil berwarna putih datang dari arah yang tak terduga dan ternyata menoleh kekanan dan kekiri membuat leherku hampir patah, namun mobil yang ditunggu-tunggu tak kunjung tiba. 

"Tunggu jemputan, Fa?" sapa Seseorang dari arah gerbang yang ada dibelakangku, dan itu Andi teman sekelasku. 

Mukanya manis, ga beda jauh dengan Raja, hanya saja dia lebih aktif di kegiatan sosial yang ga begitu di expose di sekolah, berbeda dengan Raja selain mukanya ganteng, prestasi nya di bidang olahraga dan jabatan sebagai ketua lebih menarik untuk dijadikan bahan gosip dengan cewek-cewek di sekolah. Hampir semua cewek di sekolah pernah berkencan dengannya, dan tentunya minus aku. Entah kenapa Raja tak berkeinginan untuk mengajakku kencan, padahal aku juga tak  punya masalah dengannya, mukaku juga lumayan, berwajah putih, berambut panjang, tinggi juga standart dengan cewek-cewek lainnya 159 senti meter. pas kan.. oke penilaianku cukup tentang keduanya termasuk diriku, kembali ke Andi 

"iya.. An.. lagi nunggu jemputan, kamu belum pulang?" tanyaku balik. sebenarnya ini pertanyaan basa-basi sekedar membalas pertanyaan Andi.

"oh.. iya , tadi ada rapat,minggu besok ada bakti sosial di kampung bawah jembatan daerah Gubeng, ikut yuk, Fa kalau kamu free " ajaknya antusia. 

aku memutar otak untuk mengatakan tidak, tapi dengan bahasa halus agar tak menyinggung hatinya, " aku ada acara, An.. maaf, tapi lain kali aku pasti ikut kok" alibiku , "nah itu jemputanku udah datang aku duluan yaa .. " langsung aku tinggalkan Andi dengan langkah begitu cepat

"it's oke, lain kali mungkin" jawabnya tenang .

rasanya males harus ikut bakti sosial An, mending dirumah tidur. batinku berkelit, lalu aku meninggalkan Andi untuk menaiki mobil yang ada di depanku dan mobil menjauh dari area sekolah.

...

Kembali ke sekolah ini, dan bertemu lagi dengan Raja , "ahh .. senangnya, ngomong-ngomong Raja kemana yaa.. mungkin lagi dilapangan basket latihan" ku gerakkan kakiku menuju lapangan dan benar para kaum hawa berdiri disamping lapangan dan bersorak-sorai menyebut nama Raja. "Ah.. males banget ngelihat cewek-cewek ngerubung kayak semut gitu ke Raja" aku palingkan wajahku dari lapangan basket dan menuju tempat favoritku,taman belakang sekolah" 

"Sefa... " sapa seseorang yang aku familiar dengan Suaranya  yang semakin melangkah mendekat

oh.. Tuhan, ini Andi kenapa kesini, lagi Bete' juga gerutuku pelan, " ehh . Andi, yaa... ada apa ?" sapaku 

" oh.. ga ada apa-apa, aku sering loh kesini, ini tempat favoritku.."

"oh ... gitu ..." sambil aku angguk-angguk kepala dan malas melakukan pembicaraan selanjutnya.

"Fa, kamu ga suka aku disini, aku bisa pergi kok." ketika hendak meranjak dari tempat duduk, aku menarik tangannya. berasa tak enak aku pun minta maaf dan kata-kata yang tak kusadari keluar dari mulutku "oh.. ga An.. hmm... mungkin besok sabtu aku ikut bakti sosial, An, apa tawaran itu masih berlaku ?" tanyaku lirih sedikit tak percaya dengan apa yang aku katakan.

"serius , Fa, kamu mau ikut ?" tanya Andi tak percaya. 

apa yang barusan aku omongin yaa.. aduhh.. bodoh .. ga mungkin harus tarik omongan tadi, Andi udah senyum sumringah ala sponor pasta gigi, aku mengangguk pelan. "oke besok sabtu aku jemput dirumah kamu gimana ? ato kita ketemu ditempat ?"

"mending aku datang ketempatnya langsung, emang jam berapa? " 

"jam  2 siang , Fa, okelah aku tunggu di bawah jembatan yaa.. aku seneng kamu bisa gabung diacara ini" omongannya panjang dan terlihat bahagia di raut wajahnya, seperti dapat undian berhadiah , senyumnya manis jua kalo diliat-liat, mungkin selama ini aku ndak pernah liat dia kali yaa.. sambil memperhatikan wajahnya. 

 -----

Sabtu datang , "rasanya hari ini di skip saja laah.." keluhku dan merebahkan diri di kasur nan empuk diruangan be- AC sambil terus melirik jam dinding yang menyebal kan. Sudah pukul 1 siang, dan itu kurang 1 jm lagi harus berada di bawah jembatan dan melakukan bakti sosial dengan Andi pula.." nyebelineeeeeeeee" teriakku di kamar yang cukup besar ini . " oke Sefayana, kamu bisa, lebih cepat lebih baik, setelah itu jangan lagi ikut acara begitu-begituaan.. " seruku mengumpulkan semangat, lalu tiba-tiba lunglai mengingat kenapa aku bisa tiba-tiba ikut acara Andi " ini semua gara-gara Raja dan para cewe di sekolah sih.. kenapa coba banyak yang ngerubugi dia, kaya' semut aja, eh.. Raja ga salah sih, dia emang kereeen, siapa sih, yang ga suka sama Raja .. ahh" .

aku sudah berpakain sangat rapi dan siap untuk menuju TKP , kulihat sekeliling bawah jembatan, daerah yang kumuh, ku terlusuri rumah bawah jembatan itu, kanan dan kiri rumah tak berbentuk namun wilayah ini padat pengghuni. "kemana Andi ya..." tanyaku heran. aku celingukkan mencari tempat dimana Andi dan teman-teman lainnya berada.  "nah itu dia ..." pandanganku mengarah pada pondokan yang lebih besar dari rumah-rumah yang dilewati sebelumnya.

 Aku berjalan seperti penguntit untuk melihat bagaimana bakti sosial yang Andi lakukan, aku melihat dari jauh bagaimana Andi dekat dengan anak-anak jalanan yang ada dibawah jembatan itu “ohh jadi gini bakti sosial Andi.. ya ya ya ..” pikirku. Andi melihatku dan memintaku untuk datang ketempatnya bersama anak-anak jalanan itu , dia mengenalkanku dengan semua anak-anak yang ada disana. “ya .. ini kegiatan yang kita lakukan, Fa, ayok, kamu bantu ngajarin adek-adek ini, diantara mereka ada yang belum sekolah, padahal usianya sudah cukup” mendengar penjelasan Andi aku hanya mengangguk-angguk, sambil tersenyum melihat aktifnya anak-anak jalanan yang ada didepanku,.

“oke, Fa .. kamu kesebelah sana yaa… bantu yang lainnya..” pintanya, dan aku hanya mengangguk dan menuju tempat yang dia tunjuk. aku melihat perhatiannya kepada anak-anak jalanan itu begitu tulus, senyumnya .. kenapa aku baru sadar kalau Andi itu keren yaa.. ga kalah sama Raja lamunku, oh.. mikir apa aku ini, rasanya mulai kena syndrome kesel sama Raja , jadi punya pikiran aneh-aneh.

Dua jam, aku dan temen-teman melakukan kegiatan bakti sosial, dan saatnya pulang, seperti harapanku di awal, menuju tempat pak Burhan menurunkanku, aku ditemani Andi berjalan kaki kurang lebih 200 meter dari tempat kegiatan.

“Makasih ya, Fa, udah nyempetin waktu buat ikut kegiatan ini. Lain kali ikut lagi , yuk “ ajaknya.

“ku usahakan ya, An. oke aku pulang dulu, kamu ati-ati yaa… “ pesanku padanya.

 

----

Ketika di sekolah, seperti biasa aku melihat Raja dengan para kaum hawa, dengan teriakan yeye lalala, aku mulai eneg dengan apa yang dilakukan mereka kepada Raja , bahkan sekarang aku mengurangi nilai suka ku pada Raja, yang semula mendapatkan nilai 10 kini menurun menjadi 7. Saat menuju kelas aku berpapasan dengan Andi, rasanya ingin menutup mukaku dengan buku saat berjalan berlawanan arah didepannya. Tapi  itulah Andi, selalu punya cara untuk menyapaku. “Hai Fa..” sapanya . aku menghentikan langkah ku. dan berbalik melihatnya “Hai An…aku kekelas dulu, ada janji sama Reni” tanpa menunggu jawaban dari Andi aku langsung meluncur meninggalkannya.

 Di kelas, mataku melihat seluruh sudut ruang, melihat bangku Raja , bangku andi dan Reni. kelas masih sepi, mungkin lainnya masih di lapangan basket menyaksikan penampilan Raja. “hmmmm” desahku sambil mengambil nafas dalam-dalam. Bel pelajaran dimulai satu persatu murid-murid memasuki ruangan, Raja memasuki ruangan disusul dengan Andi . melihat keduanya Ilmuku membanding-bandingkan mereka muncul .

Raja dengan kelebihannya bermain basket yang digilai oleh kaum hawa, keren, ketua tim basket sekolah, otaknya juga lumayan encer, tapi Andi juga, dia juga Encer otaknya, lebih encer malah, peringkat 1 di sekolah, mungkin sedikit cupu. dia aktif dikegiatan sosial. dua-dua nya sama-sama hebat! memiliki wajah yang tampan. tapi andai saja, Andi minus kacamatanya pasti kegantengan Raja menjadi nomer 2. Penilaianku buyar dengan kedatangan Pak Juli dengan muka sangar dan bringas mulai menyebarkan terror tentang Zat-zat kimia yang aku sendiri belum paham apa itu.

 

----

Kelas berakhir, semua berhamburan keluar, Aku berpapasan dengan Raja, saat akan keluar kelas, “ladies first” ucapnya, “makasih” jawabku singkat lalu melangkah pergi, “eh.. kamu, Sefaa” langkahku terhenti , Raja menganggilku? seriusaaan ? dia panggil aku .aku menoleh kearahnya memasak wajah cuek “ yaa.. ?” tanyaku dengan nada rendah “Sefa.. aku boleh pinjem catatan yang tadi ?” pintanya, aku terdiam what.. panggil aku cuman buat pinjem catatan,, kamu kira bisa pinjem catatan dari aku, ini pertama kalinya kamu panggil nama aku, tau ga kalau aku seneng banget banget.. banget.. ehh cuman buat pinjem catatan doing. enak aja .. semua tersendak di tenggorokkanku. aku mematung , saat dia tepat didepanku saat ini . “Sefa.. hei…” dia membuyarkan lamunanku. “ehh.. iya, ini, Ja’” sambil menyerahkan buku bersampul coklat dengan tulisan KIMIA. “oke tengks , besok balik kok” aku hanya menganggukkan kepala lalu, Raja melangkah pergi, aku tetap terdiam. “ini pertama kalinya dia menyapaku..”

Moment langkah, aku mengingat-ingat suara indah Raja. Tiba-tiba lamunanku dibuyarkan dengan suara Andi “Hai, Fa.. “ awan yang tadinya cerah berubah menjadi mendung dengan dengan sapaan Andi “ Hai , An” haduh…. ini membuat semuanya buyaaarrr . eh.. Fa, kayaknya sabtu besok kita mau ke tempat yang kemarin, kamu datang yaa… “ ajaknya lalu pergi . Andi….. selalu datang disaat yang tidak tepat. aku mengeluarkan sumpah serapah untuk sapaannya kali ini.

---

“oke ini Sabtu lagi, waktunya kencan dibawah jembatan” kataku dengan bermalas-malasan, setelah bersiap-siap aku menuju halaman depan, melihat pak Burhan memanasi mobil. Tiba-tiba Andi muncul dengan motornya menyapaku Lagi!!. “Sefa.. mau berangkat ke TKP?” tanyanya .

aku menganggukan kepala, “kamu juga mau kesana kan, kita ketemu disana yaa… 5 menit lagi aku berangkat” ucapku kepadanya .

“Sefa, gimana kalau kita berangkat bareng, kan kita ketempat yang sama.” Andi memberikan tawaran yang bagus, daripada menyuruh pak Burhan menunggu lagi seperti minggu lalu, kupikir berangkat bareng Andi tak ada salahnya “Baiklah.. “ kuterima tawaran itu, sebentar ku ambil helm dulu.”

“ga usa, fa, aku ada helm kok, kebetulan tadi abis nganterin ibu, jadi Helm nya kubawa”

Jadilah aku naik motor bersama Andi, dalam perjalanan tak henti-hentinya, Andi mengeluarkan candaan yang menurutku itu bagus untuk membuat suasana tidak canggung seperti ini. Tergelitik untuk ku bertanya kenapa dia begitu getol untuk selalu mengadakan kegiatan bakti sosial ini. dan dengan Singkat dan jelas Andi menjawab. “aku kasihan sama mereka, Fa, mereka layak mendapatkan pendidikan, mereka kan generasi bangsa, masa’ iya gara-gara biaya mereka ga mengenal baca tulis, miris banget kan”  aku mengangguk –angguk mendengar jawaban Andi, “berasa menjadi pahlawan ga?” tanyaku, Andi hanya menggelengkan kepalanya . “Aku ga berasa jadi pahlawan, bukannya itu kewajiban kita sebagai manusia. kita harus bisa berbagi, berbagi pengetahuan misalnya, ini menurutku masih hal kecil. Fa”  lagi-lagi aku hanya menganggukkan kepala. Mungkin sekarang aku sedikit kagum dengan Andi,pemikirannya luas, dia tak sibuk dengan dirinya sendiri, dia pinter, dia mandiri ..

“Fa.. aku boleh Tanya sesuatu ke kamu, maaf yaa bukannya ini mencampuri urusan pribadi kamu loh”

“apa ?” tanyaku heran

“kamu suka ya.. sama Raja ?”

Aku terdiam, menurutku, itu bukan hal yang harus dibicarakan.

“kamu kalau ga mau jawab ga papa kok Fa, itu hak kamu, maaf kalau buat kamu ga nyaman sama pertanyaan tadi”

“its oke, aku anggap kamu ga Tanya deh . heheh “

Tiba di tempat, dan pembagian tugas seperti minggu lalu, awalnya aku merasa risih dengan lingkungan yang ada, maklum saja, aku tak pernah sekalipun memiliki bayangan akan menginjakkan kaki didaerah kumuh. Tapi hari ini aku merasa kalau aku ini egois , ga pernah melihat keadaan orang yang ada dibawahku. mereka masih jauh dari kata cukup. Tuhan.. maafkan aku, aku buta dengan semua ini, aku sibuk dengan duniaku´penyesalan menggrogoti hatiku. Aku melihat keceriaan di wajah anak-anak jalanan ini, mereka antusia untuk mengikuti kegiatan ini, aku jadi semakin bersemangat.

Waktunya berlalu dengan cepat. saatnya untuk pulang, Andi sudah menyalakan motornya. “An… “ sapaku lirih sambil tanganku meremas-remas tali tas yang ku selempangkan.

“ada apa.Fa?”  tanyanya sambil menatapku.

“rasanya aku mau menjadi anggota tetap dari kegiatan ini”

“kamu serius, Fa” tanyanya tak percaya aku hanya menganggukkan kepala ,, Andi begitu serius menatapku membuat aku salah tingkah, lalu kusegera kenakan helm dan duduk dibelakangnya.

“Wah.. bagus, Fa.. aku seneng banget kamu bisa gabung, oke siap. Fa.. sekarang kita pulang” saat akan melaju, suara muncul dari perutku. aku menahannya dengan kedua tanganku supaya Andi tak mendengarnya.

“Fa.. kita makan dulu yaa.. “

“ha?..” aku malu-malu menjawab “ baiklah.”

Nasi goreng yang berada tak jauh dari komplek rumahku menjadi tempat menyembuhkan rasa laparku. Aku makan dengan lahap . hmm. lumayan , buat isi perut . “kamu lapar , Fa, ini punyaku sekalian “ goda Andi. aku meliriknya Tajam , “enggak makasih..” “tadi aku dengar loh Fa suara perutmu, itu cacingnya kelaparan mungkin.” Andi terus menggodaku. Malu dan kesal aku dibuatnya. “ An sekali lagi aku pulang sendiri lohh” ancamku padanya. “oke-oke… ntar keluar taringnya dan aku takut” tak henti-henti nya dia menggodaku, Andi terlihat tertawa puas aku mengamatinya. ganteng juga. pikirku.

---

“oke sudah nyampek. Fa, silahkan tuan putri turun”

“makasih… “ dengan gaya-gaya ala princess dengan sedikit membungkukkn badan. dan kedua tangan memegangi samping kanan dan kiri celanaku . kami berdua tertawa dengan tingkah konyolku itu.

“Oke, Fa, kamu sudah jadi anggota tetap kegiatan bakti sosial sekolah, jadi sabtu depan, kamu harus hadir ditempat yang sama, aku pulang dulu ya’ Fa..” pamitnya

“iya.. siap pak!” jawabku. Suara motor Andi sudah tak terdengar lagi, aku memasuki rumah dengan perasaan yang campur aduk “ ini aku pertama kalinya melihat Andi se enjoy ini, mungkin memang dia kutu buku dengan kaca mata minusnya itu, tapi kalau di lihat-lihat kaca mata itu cocok untuk wajah Andi yang ganteng dengan lesung pipit dikedua pipinya.

Bayangan tawa Andi mengganggu tidurku, aku hampit tak bisa tidur dibuatnya, “a.. bete’ kenapa aku ini” cercaku pada diriku sendiri.

--- 

Di sekolah aku bertemu dengan Raja, rasanya sudah biasa bertemu dengannya dia mengambalikan buku yang dia pinjam kemarin, malahan tak terasa apa-apa, justru ada rasa yang aneh ketika Andi menghampiriku. “Halo Sefa..” sapanya. aku salah tingkah hanya dengan sapaan itu, “Halo Andi .. “ sapaku balik. “Sefaa.. ntar pulang bareng aku, mau ga?, soalnya aku mau ngasih buku-buku pelajaran buat anak-anak kemarin, buat baca-baca, gimana?” ajaknya

“oke..”

Perjalanan agak berbeda kali ini, terutama di aku, sepanjang pernjalanan Andi tetap mengajakku bercanda dan aku tertawa dibuatnya. namun ada yang aneh. iya.. ada yang aneh.. hatiku… hatiku berdebar jika dekat dengan AndiApa aku suka sama Andi ? . ohh… ga , ini salah  mungkin ini reaksi zat kimia yang ada dalam tubuhku yang tercampur dengan zat lainnya, sehingga membuat hatiku ga karuan gini..

Pembagian buku untuk anak-anak jalanan sudah selesai dan Andi mengantarkanku pulang. Kini setiap sabtu aku selalu menghabiskan hariku bersama dengan Anak-anak jalanan itu dan tentunya bersama Andi juga. Hampir 3 bulan aku melakukan kegiatan bakti sosial itu, hubunganku dengan Andi pun semakin dekat. mungkin kini aku akui jika aku menyukainya, iya aku menyukainnya. Hampir setiap hari kini aku bersama dengan Andi, entah itu sekedar berbagi ilmu tentang mata pelajaran yang aku tak paham , atau sekedar rapat kegiatan.

 “rasanya aku akan mengakui perasaanku ke Andi.” Ketika tiba disekolah, aku melihat bangku Andi kosong “ mungkin hari ini dia absen “ pikirku. aku mencoba untuk menghubungi handphonenya, namun tidak ada jawaban. hari-hari berikutnya tetap sama Andi tak masuk sekolah, ketika kutanyakan kepihak sekolah, mereka bilang kalau Andi pindah sekolah. Aku kaget dengan jawaban itu. rasanya tak mungkin baru beberapa hari yang lalu aku bersama Andi , dan Andi tak pernah menyinggung soal kepindahannya itu. Lalu aku putuskan untuk datang kerumahnya, dan sama, rumahnya sudah kosong, tetangganya bilang Andi pindah sudah dari minggu lalu, ku tak percaya dengan semuanya, aku masih terus mencoba untuk menghubunginya, namun tak ada jawaban, aku terus mencoba, dan kali ini tersambung.

“Halo….” suara lelaki diseberang sana

“Andi..?” tanyaku “ Andi…. kamu kemana, kamu pindah sekolah?, kamu ga pernah bilang ke aku soal ini.. kamu tau ga kalo aku…” belum selesai aku berbicara Andi sudah memotong omonganku.

“Fa… aku sibuk, mulai sekarang aku ga pakai nomor ini lagi, dan kamu, kamu jangan cari aku lagi, sory ya Fa. bye” KLIK!. Andi mematikan handphonenya . Aku mencoba menghubunginya lagi, tapi sekarang nomer itu berada diluar jangkauan.

“Andi…. Andi…” aku menangis dengan perkataan Andi, aku tak  bisa terima, Andi pergi tanpa bilang apapun padaku. “Kenapa kamu gitu, An ke aku, ku kira aku sudah nemuin orang yang cocok denganku.” tangisku semakin menjadi-jadi didepan rumah lamanya.

Entah aku harus bagaimana, aku tetap menjadi Pengajar untuk anak-anak jalanan itu,namun suasana sekarang sudah berbeda, sudah hampir 5 bulan aku tak bertemu dengan Andi. Anak-anak jalana itu juga menanyakan tentang keberadaan Andi, aku hanya menjawab kalau Andi sedang ada urusan dan tak bisa lagi mengajar disini, terlihat raut muka kecewa pada anak-anak itu. “Baiklah adek-adek, kan juga ada kak Sefa disini” hiburku pada mereka.

Hariku berubah, semuanya terasa hambar, aku tak bersemangat melakukan apapun. aku mengenang pertama kali bertemu dan berbincang dengan Andi, saat itu kenaikan kelas 11, Andi menjadi teman sekelasku. aku masih ingat Andi saat itu menjadi partner ku ketika ospek berlangsung, namun hal itu tak lama,karena aku tak mengikuti kegiatan sosial yang sekolah adakan. Aku justru ikut dengan kegiatan tari disekolah dan kami mulai jarang komunikasi, namun semuanya berubah ketika aku menunggu jemputan dari pak Burhan, Andi datang dan mulai mengajakku untuk ikut dalam kegiatan bakti sosial. “ kenangku. Aku menangis sejadi-jadinya dalam kamar, aku tak percaya Andi melakukan ini, padaku. aku melihat foto-foto ketika aku dan Andi menjadi pengajar buat anak-anak jalanan itu. aku marah dengannya, kenapa dia hadir dalam hidupku, membuat hidupku berwarna, dapat mengambil hatiku yang dulu sempat jatuh pada Raja. dan tiba-tiba dia menghilang saat aku ingin mengakui semua rasa ku ini..

Terdengar ketukan pintu dari luar, ternyata pembantuku yang memberi tahu kalau ada seseorang ibu-ibu yang mencariku. aku menghampiri orang yang dimaksud oleh pembantuku tadi.

“Maaf,ibu cari siapa ?” Tanyaku heran, setauku aku tak pernah ada urusan dengan ibu-ibu.

“kamu Sefa, temannya Andi kan?” tanyanya

aku kaget ketika ibu itu menyebutkan nama Andi. “Andi?” kucoba untuk memastikan apakah pendengaranku ini benar, kalau ibu itu menyebutkan nama Andi

“saya ibunya Andi, Sefa ada satu hal yang perlu kamu tau, Andi sekarang sedang dirawat dirumah sakit, dia sakit kanker otak stadium akhir”

“sakit apa, kanker otak?” aku tak percaya dengan apa yang aku dengar, kuharap ini cuman mimpi, aku terdiam terpaku. air mataku luluh membasahi pipi.

“kedatangan tante kemari ingin menyampaikan, Andi sebenarnya sayang sama kamu, Nak, setiap hari dia selalu bercerita tentang Sefa”

“kenapa ibu memberitahuku semua ini?” aku masih kaget dengan apa yang aku dengar ini.

“sebaiknya Sefa ikut tante, Sefa akan tau kenapa tante seperti ini” pintanya. Tanpa banyak bicara, aku mengikuti wanita paruh baya itu. Ketika tiba di RS Adi Husada , langkahku terhenti, terasa berat rasanya untuk melanjutkan. didepan ruangan yang aku dapat melihat kondisi Seseorang terbaring lemah dengan banyaknya alat yang dipasang dihampir seluruh tubuhnya. Tanganku bergetar ketika ingin membuka pintu itu, aku mendekat ke Andi yang saat ini tak sadarkan diri.

“Alasan tante mengajak kamu kesini,karena tante ingin kamu melihat sendiri kondisi Andi, tante ga ingin kamu membenci Andi seperti yang dia inginkan, kamu berhak tau tentang kondisi Andi, saat ini, Kanker yang menggrogoti Andi sudah semakin marah, Andi sudah tidak sadarkan diri dari 3 hari yang lalu. Andi selalu menyembunyikan penyakitnya , tante baru mengatahui hal ini setelah Andi terjatuh dari tangga, dia sempat mengeluh sakit dibagian kepada, tapi setiap tante ajak ke rumah sakit dia selalu mengelak”

aku terdiam didepan lelaki yang aku cintai ini. aku ingin marah , aku kesal karena dia tak jujur denganku. dia selalu tampak riang bahkan dia tak pernah mengeluh apapun tentang penyakitnya. “Andi…” sapaku dengan air mata yang terus jatuh.

aku memegang tangannya, aku dekatkan kepipiku, aku ingin dia tau kalau aku sekarang ada didekatnya. aku ingin dia membuka matanya dan melihat aku. Aku membisikkan kata-kata ditelinganya “Andi.. aku disini, buka mata kamu, aku ingin bilang sesuatu”.

Orang tua Andi, terlihat pasrah dengan kondisi Andi saat ini, ibunya tak kuasa menahan tangis dalam pelukan lelaki yang tak jauh beda dengan usianya. aku terus memegangi tangannya dengan erat. aku merasa Andi tau aku disampingnya, aku merasakan tangannya bergerak.

“Andi… ini Sefa, Andi.. aku ingin bilang sesuau sama kamu” pintaku kepadanya. “Andi aku sayang sama kamu.. aku mau bilang ini dari dulu.. tapi aku takut , aku takut kamu nolak aku dan hubungan kita semakin jauh.. aku berani bilang ini sekarang karena aku tau, kalau kamu juga ngerasaain hal yang sama” air mataku tak kunjung berhenti. aku takut akan terjadi hal-hal yang tak di inginkan, aku takut kehilangan Andi. aku menatap wajah Andi, terlihat diujung kedua matanya Andi menitihkan airmata.

“aku tau kamu denger aku kan,An.. buka mata An.. lihat aku, aku marah sama kamu, yang ga pernah bilang kondisi kamu ini” aku membenamkan kepalaku sambil menangis ranjangnya..

“Fa…” suara Andi terbata-bata. orang tuanya pun menghampiri, melihat Andi membuka mata

“Andi, nak …”

“Andi.. aku sayang sama kamu, aku sayang sama kamu” tangisku ku tahan untuk mengatakan semuanya. “ kamu harus sembuh An.. kamu harus lihat gimana pintarnya anak-anak jalanan yang kamu didk”

“Fa…maafin aku” suaranya lirih dalam tabung oksigen. “bu.. maafin Andi”.. ibunya Tak kuasa menahan tangis, sambil mengelus-elus kepala anaknya itu. “iya.. nak ibu maafin kamu. Andi kamu harus kuat ya. Nak.. kamu harus kuat”

aku terus memegangi tangan Andi, “Andi kamu harus kuat, aku ingin kamu sembuh.. “ pintaku. dengan menciumi tangan Andi.

“Fa..” sapanya.. aku hampir tak mendengar suara pria berlesung pipit itu, aku mendekatkan telingaku kewajahnya, aku membaca gerak bibirnya seolah itu adalah cara untuk bisa tau apa yang Andi katakana,

“Fa… aku sayang sama kamu,maafin aku kalau aku sudah nyakitin kamu” suaranya begitu lirih.

“aku udah maafin kamu, sekarang kamu harus dengerin kata aku, kamu harus kuat dan bertahan.”

Aku tau, kemungkinan Andi untuk bisa sembuh itu sangat kecil, bahkan dokter sudah menyerah untuk kesehatan Andi saat ini, dan dokter menyuruh untuk mempersiapkan diri apabila sesuatu terjadi kepada Andi.  aku terus memegangi tangan Andi, aku melihat tubuhnya mulai melemah, detak jantungnya pun menurun ..

“Andi… andi, kamu harus kuat , Andi..” ..

eletrokardiogramnya tiba-tiba hanya terlihat garis lurus, semua orang yang ada di ruangan itu panik.  ibu Andi meneriaki para dokter untuk datang keruangan itu, dokter menyuruhku untuk minggir, aku berjalan mundur perlahan, tak percaya dengan apa yang kulihat ini, lelaki yang kusayang kini sudah tak bisa ku tatap lagi, dia pergi , pergi untuk selamanya.

---

 

1 tahun berlalu, kini aku sudah memasuki jenjang kuliah. mataku mengitari kampus yang saat ini menjadi tempat study lanjutku, namun tetap bayang-bayang Andi masih teringat jelas dibenakku. aku kembali mengingat percakapanku dengan Andi di bangku taman sekolah.

“Andi.. apa harapanmu untuk masa depan?” tanyaku padanya sambil mengunyah gulali

“simple, Fa, aku hanya ingin orang tuaku bisa bahagia. aku ga pernah terlalu memikirkan masa depan, aku lebih fokus ke sekarang, kalau sekarang saja aku masih kacau, bagaimana masa depanku” jawabanya

“haduh… yang enak gitu loh jawabnya..” sahutku ketus.

“itu jawaban dari hati loh, Fa, nah kamu sendiri?” Tanya nya balik

“aku… aku ingin jadi reporter, An, bisa liputan kemana-mana, bisa mengekspose yang tak biasa, aku ingin melihat seluruh dunia dengan lensa dan melaporkannya kesemua manusia di muka bumi ini” jawabku dengan tangan membentuk lingkaran yang tak utuh  “ oh yaa. An.. nanti kalau semisal aku lulus kuliah, dan diwisuda, aku ingin kamu yang ada pertama kali dan ngasih ucapan selamat yaa…” pintaku saat itu.

“kita ga bakalan tau, umur kita sampai kapan, aku ga mau memberikan janji yang nantinya bisa bikin kamu kecewa,mending kita lihat saja nanti, oke.” jawabnya dengan menatap kearahku , aku hanya memanyunkan bibirku kepadanya, “Dasarr.. sok sok an inii..”

Dia hanya tersenyum sambil memperlihatkan lesung pipitnya yang membuatnya semakin terlihat manis, “ oh … ya Fa, kalau kamu nanti jatuh Cinta, kamu jangan pernah takut sakit hati yaa.. kamu harus bisa jatuh cinta sama orang yang bener, ga asal-asalan. dia yang bisa bahagia in kamu, meskipun kadang orang yang bener-bener kamu cinta itu bisa bikin kamu nangis, namanya juga cinta, ga mungkin hanya manis yang dirasa, anggap saja rasanya cinta itu nano-nano”

“ngomong apa sih kamu ini, siapa juga yang lagi jatuh cinta.” elakku. “ya kan aku bilangnya nanti” sahutnya sambil menikmati es buah yang ada didepannya. aku hanya menatap Andi dalam-dalam, mungkin benar, ketika aku jatuh cinta aku tak boleh takut sakit hati, semua itu punya makna tersendiri.

“hidup itu sulit, Fa, tujuan kita didunia inikan, supaya kita bisa bahagia, tapi awas jangan sampai kamu terlena dengan nikmatnya dunia. Kita juga bisa bahagia dengan sudut pandang yang berbeda, berbagi misalnya. kita bisa berbagi dengan sesama yang memang mereka butuh uluran tangan kita, kalau kamu mau merasakan bener-bener bahagia, kamu bisa lihat ketika kamu memberi sesuatu bahkan itu hal kecil , tapi orang tersebut bisa tersenyum puas dengan apa ygn kamu beri”

“ iyaa komandan, siap di save nasihatnya, sudah habiskan itu es yang ada didepanmu”

Semua kenangan tentang Andi tersusun rapi dalam otak memoriku, aku mengingat-ingat apa yang selalu dia ucapkan, dan candakan denganku, dan satu hal lagi, orang tuaku, bersedia memberikan biaya hidup untuk anak-anak jalanan yang pernah aku dan Andi didik.

Ini semua berkat kamu, An, aku tak akan pernah tau apa artinya Hidup tanpa belajar dari kamu, aku berterima kasih, kamuu sudah singgah di hatiku, aku berterima kasih karena kamu,aku bisa tau mana yang benar-benar aku butuhkan. aku berterima kasih karena kamu, aku bisa tau kalau aku pernah mencintai dan dicintai, .  

the End

Komentar