Jilbab Merah Jambu Sasi

"Aku kagum , ketika melihatmu , hanya duduk manis dengan senyum yang mengembang manis di wajahmu, belum lagi ketika engkau melantunkan Ayat suci Al-Qur'an saat di Pengajian, rasanya darah dari tubuhku ini mengalir deras, hatiku terenyuh, balutan hijab merah jambu yang sering kau kenakan, menandakan lembutnya dirimu "gumam Septia yang sedari tadi memperhatikan gadis ayu nan manis yang terbalut dalam hijabnya, duduk bersebrangan dengannya dibangku taman pesantren 
"seandainya aku bisa mengenalmu lebih jauh" desahnya 
lama memperhatikan gadis yang belakang diketahui bernama Sasi itu. Kemudian gadis ayu itu beranjak pergi dari tempat duduknya. tak menyianyiakan kesempatan Septia mengikuti Sasi secara sembunyi-sembunyi. Sepanjang perjalanan menuju Pesantren Darul Fallah, Gadis itu menebar senyum memperhatikan sekeliling jalan yang dia lewati 
"kenapa dia selalu tersenyum sepanjang perjalanan, apakah dia memiliki kenangan dengan tempat ini" tanyanya heran "andai saja , aku bisa memilikimu,Sasi.." lanjutnya dengan kepala tertunduk , kemudian disusul dengan kumandangn Adzan. Septia melanjutkan langkahnya menuju Masjid Darul Fallah. 
 Sudah lama Septia memperhatikan Sasi, semenjak memasuki Pesantren Darul Fallah, pandangan mata Septia tertuju pada gadis yang memberikan segelas teh melati ketika ditemuinya di rumah Kyai Azam.
"Ehemm.." sindir Kyai Azam yang sedari tadi melihat Septia yang memperhatikan putri semata wayangnya itu. " kedatanganmu kemari ada apa anak muda ?" tanya Kyai Azam 
Septia tersadar dari pandangan matanya, "maaf Kyai , saya Septia Ramansyah, saya wartawan dari Majalah Islami ibu kota "Hikmah" ingin meliput mengenai kegiatan pesantren ini, saya dengar bahwa pesantren ini sangat terkenal dengan kegiatannya yang variasi namun islami, saya ingin menyaksikan itu, kyai" jelasnya panjang lebar 
"oh.. begitu, kamu boleh, meliputnya, alangah lebih baiknya, jika anak muda, siapa tadi namanya..." tanya Kyai Azam mencoba mengingat
"Septia, pak Kyai.."
"oh.. iya , Nak Septia boleh tinggal disini, nanti biar saya suruh Bidin untuk menyiapkan kamar di pesantren Laki-Laki"
"terima kasih, Kyai .., mungkin saya berencana Menginap disini kurang lebih 2 Minggu, apa tidak apa-apa kyai .." tanyanya dengan ragu 
" monggo silahkan, kebetulan bulan-bulan ini tepatnya awal bulan akan ada, kegiatan Santri dari pesantren ini, Debat di antar pesantren daerah.. " jawab lelaki yang telah terlihat kerutan diwajahnya yang tak bisa disembungnyikan . 
"Terima kasih, Kyai .." 

***
sudah, hampir satu minggu, Septia tinggal di pesantren, belum pernah sekalipun Septia berani bertegur sapa dengan Sasi. meskipun mereka sering bertemu ketika akan menuju masjid, keberanian Septia terselimuti kabut. "nah.. ini Sasi, ayoo septia sapa dia... " goda Ahmad yang menjadi teman sekamar Septia sekaligus menjadi teman berceritanya 
"ngawur saja.. gue ga berani, itu anaknya yang punya pesantren ini.. gue takut, " jawabnya.
Sasi melewati mereka berdua  dan akhirnya Ahmad yang menegurnya dengan sapaan salam "Assalammualaikum, Sas" 
"walaikumsalam, Mas.." jawabnya lembut. lalu melanjutkan langkahnya yang berlawanan.
Ahmad makin menjadi-jadi menggoda Septia, yang dinilai bernyali ciut. "lihat, dia lembutkan .. suaranya saja merdu ..."
"sudahlah... Mad, ayo kita ke masjid , ada Tilawah Qur'an toh, nanti kita ketinggalan liputan loh." kata Septia mengalihkan pembicaraan 
"ahh.. lu ga seru,Sep.." pungkasnya .
****
Ke esokkan harinya, Di Masjid Darul Fallah, semua santri dikumpulkan di Sof yang terpisah, untuk laki-laki disebelah kanan sedangkan perempuan disebelah kiri. aku berada di belakang deratan laki-laki, untuk mengambil gambar dari kegiatan rutin pesantren ini.
"Cara ceramah Kyai Azam, sangat berbeda dengan para pendakwah lainnya, beliau bisa membangunkan suasana, dengan humornya namun tetap sesuai kaidah Islam, belum lagi, ayat-ayat yang dikumandangkan merdu sekali, tajwidnya ngenaa banget dihati, pantesan saja suara Sasi saat mengaji merdu sekali, wong bapaknya aja suaranya emas gini" bisik Septia ke Ahmad, yang berdiri disampinyanya 
"duh.. lo ini,Sep , nyapa aja ga mau, bahas-bahas kayak gini, ntar klo Sasi diambil orang nangis darah lu.." Sahut Ahmad ketus. 
setelah mendengar ceramah dan dilanjutkan dengan sholat Dhuhur, aku bertemu dengan Kyai Azam guna bertanya mengenai Ceramahnya yang berkaitan dengan Jodoh ."Pak Kyai, saya boleh bertanya, berkaitan dengan ceramah Kyai yang disampaikan tadi" tanya Septi. Kyai Azam mengangguk dengan muka heran, 
"apa yang kau ingin tanyakan, Nak Septia"
"begini Kyai tadi mengatakan bahwa lelaki yang baik , untuk wanita yang baik,maksudnya bagaimana kyai? " tanya Septia, dengan mantap 
Kyai tertawa, itu toh.. ya .. ya .. ya .. aku akan menjawabnya, maksudnya adalah, kita umat muslim harus percaya dengan itu, Nak Septia baca Al-Qur'an surat An-Nur ayat 26, di Alqur-an tertera Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang .baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik." jika wanita atau laki-laki itu baik akhlaqnya , baik agamanya, baik prilakunya yang mau menjaga kemaluannya maka dia akan mendapat seperti dirinya, pasangan yang baik , namun juga sebaliknya, jika wanita atau laki-laki itu buruk akhlaqnya, aqidahnya, agamanya, mengumbar auratnya maka pasangannya tak jauh dari seperti apa dirinya.. apa nak Septia mengerti ?"tanya Kyai Azam, aku mengangguk pelan, dan memberikan senyuman atas jawaban Kyai Azam, lalu kyai berpamitan untuk kembali ke pesantren. 
Jawaban dari Kyai membayangi pikiranku, " apa aku sudah menjadi laki-laki baik? dan pantas untuk Sasi?" gumam Septia " lu mau melamar Sasi, Bro?" tanya Ahmad dari tempat tidur susun yang ada diatasnya
"kalo gue sudah jadi Lelaki baik-baik mungkin gue bakalan ngelamar dia"  jawabnya ragu-ragu
"Sep, gue denger, Sasi mau di jodohkan dengan Anak kampung sebrang, lelaki itu baik , agamanya, kehidupannya juga mapan,  tapi katanya sih Sasi menolak..." cerita Ahmad
"serius .. lo ?. emang kenapa Sasi menolak ?" tanyaku antusias dan melonjak berdiri turun dari ranjang dan mendongak ke ranjang Ahmad
"biasa aja lu, Sep, napsu amatt .."
"serius ini, Mad "
"katanya, lelaki yang akan menikahinya itu disuruh membawa sesuatu ke Sasi sebagai persyaratan, .." belum selesai Ahmad bercerita,Septia sudah menyelanya " sesuatu itu apa ?"
"sabarr.. dong, gue belum selesai cerita ini, ".. Septia hanya mengangguk-angguk lalu mendengarkan cerita Ahmad dengan seksama
"lelaki itu membawa mahar, sesuai yang diminta oleh Sasi, membawa Perhiasan yang beratnyaa, ga usa ditanya lagi.. mungkin klo dirupiahkan sudah puluhan juta.. tapi Sasi bilang kalau itu bukan yang dia pengen, dan ketika lelaki itu bertanya apa yang sasi inginkan.. Sasi ga ngasih jawaban yang pasti.. dia hanya bilang seperti yang kebanyakan wanita inginkan gitu, Sep "
Septia terdiam, merenungkan cerita dari Ahmad, "apa yaa .. yang kira-kira wanita inginkan... " tanya Septia dalam hati
"mungkin, Sasi pengin rumah seperti istana..." kata Ahmad ngasal
"Sasi bukan wanita seperti itu, dia Sholeha .. aku yakin bukan itu yang dia mau, Mad " katanya yakin .
Sudah hampir 2 Minggu Septia berada di Pesantren Darul fallah, rencanya esok pagi, dia akan menghadap Kyai Azam, untuk berpamitan sekaligus berterima kasih selama berada di pesantren.
***
Selesai melakukan Sholat subuh berjamaah, Septia , bergegas menemui Kyai Azam yang kala itu sedang bersama dengan Umi Zia.
"Assalammualaikum, Kyai, Umi " sapanya Sopan
"Walaikummsualam waromatullah .." jawab keduanya serempak
"kyai, umi,, hari ini hari terakhir saya dipesantren ini, saya ingin pamitan. Saya juga sudah mendapat beberapa bahan untuk artikel majalah Hikmah."
"apa tak sebaiknnya, Nak Septia lebih lama disini , Umi senang , Nak Septia berada dilingkungan ini, Nak septia mengajarkan banyak hal pada santriwan dan satriwati" pinta Umi Zia
Septia tersenyum mendengar permintaan Umi Zia, maklum saja , selama dipesantren Septia juga mengajari santri-santri di Pesantren untuk menjadi jurnalis. dan hal itu sangat disukai oleh seluruh santri.
"Maaf, umi, Saya hanya mendapatkan Cuti selama 2 minggu. Pekerjaan juga sudah menunggu disana , tapi Insya Allah, saya akan sering datang kesini, saya juga sudah jatuh hati dengan pesantren ini.. " jawaban Septi
 " Mungkin,.. nanti siang saya akan datang lagi ke rumah pak Kyai "
"baiklah,, Nak Septia , saya tunggu kehadirannya" Jawab Kyai Azam , lalu meninggalkan Septia.
***
Septia mulai mengepack barang-barangnya .. dan bergegas pergi, sebelumnya, Septia berpamitan dulu dengan para santri dengan memasuki kelas satu persatu, dan gilaran memasuki kelas para santri yang saat itu Sasi sedang menjadi pengajarnya, Septia merasa canggung karena memang belum pernah Septia berbicara langsung dengan Sasi
"Assalammualaikum .. adek-adek .."sapanya dengan melangkahkan kaki memasuki kelas lalu dibarengi dengan jwaban salam dari para santri serta Sasi ..
"Adek-adek, hari ini kak Septia mau pamitan , hari ini hari terakhir kakak disini.." suara Septia mulai parau
"kak septia , jangan pergi, di pesantren saja .. " ucap salah satu santriyang duduk di meja paling belajang
Septia menghampiri bocah kecil yang bernama Nasrul itu "Nasrul... adek kak Septia yang paling ganteng , kak Septia harus pergi, Tugas kakak disini sudah selesai . tapi kakak janji, kakak bakalan sering main kesini" jawabku, sambil mengacungkan kelingking yang kemudian disambut dengan kelingking Nasrul, Nasrul pun memberikan pelukan perpisahan kepada Septia lalu disambutnya pelukan itu, mata Septia tertuju pada Sasi yang memperhatikan mereka berdua dengan senyum manis "kakak janji ya.. bakalan kesini sering-sering , ajarin Nasrul maen jepret-jepret itu.." pintanya sambil menujuk kamera SLR yang dikalungkan di leher Septia ."kakak janji "
setelah itu, Septia beranikan diri menghampiri Sasi, gadis yang menjadi dambaan hatinya dari awal melangkah kaki ke pesantren "Sas.. saya pamit dulu,," pamitnya "Iya.. Mas hati-hati, sering-sering main kesini" jawabnya .. Septia sumringah mendengar permintaan Sasi.. lalu berpamitan pergi untuk menuju rumah Kyai Azam.

***
"Assalammualaikum ..."
"Walaikumslam warohmatullah wabarokatu" sahut Umi Zia dari dalam rumah "Eh... Nak Septia sudah mau pergi, ayo masuk dulu .. tak panggilkan bapak ..
"pak..bapak ini loh Nak Septia mau pamit .." panggil Umi Zia dengan suara lembut. lalu Kyai Azam muncul dari balik tirai kamar.
"sudah mau balik, Nak " tanya Kyai Azam
"iya, Kyai.. saya mengucapkan terima kasih, atas bantuannya selama saya disini, saya belajar banyak disini .. terima kasih Kyai ..." kata Septia
"iya ... sama-sama Nak, Nak Septia juga sudah membantu pesantren ini, mengajarkan para santri menjadi seperti Nak Septia, bapak bangga sama Nak Septia .. " ucap Kyai Azam
"oh.. iya Kyai .. sebelum saya pamit , saya ingin menyampaikan keinginan saya, mungkin saya lancang berkata seperti ini, namun saya ingin meminta doa restu dari kyai.." kata Septia perlahan.
"apa itu nak ?" tanya kyai heran
"saya ... emmm... bismillahhirohmanirrohim ..saya ingin meminang putri pak Kyai Adibah Sasi Kirana .." jawabku mantap
Tergurat wajah kaget dari Wajah Umi Zia dan Kyai Azam, sesaat kemudian mereka saling pandang " apa yang membuatmu ingin melamar anakku ?" tanya Kyai Azam
"saya ... saya mencintainya dari pertama bertemu, setelah itu saya mencintai kesholehannya ketika dia menjalankan ibadahnya, saya menyukai dia karena kebaikkan hatinya.. saya sudah melakukan sholat istikharah dan Allah memberikan petunjuk bahwa Sasi adalah calon ibu dari anak-anak saya .." jawabku mantap. sesaat kemudian , Kyai Azam terdiam . " semua keputusan telah bapak 0serahkan sepenuhnya di Sasi, tapi mungkin Nak Septia telah mendengar, jika Sasi selalu memiliki syarat kepada setiap lelaki yang ingin meminangkanya , membawakan sesuatu..apakah Nak Septia mengetahui akan hal itu ?" tanya kyai Azam
Septia hanya mengangguk pelan. "Baiklah Kyai .. saya akan membawakan sesuatu itu, insya Allah Minggu depan saya akan datang kemari dan akan menyerahkan apa yang Sasi inginkan., saya pamit dulu kyai ..Assalammualaikum " Septia bergegas dari tempat duduknya , dan tak lupa mencium tangan Umi Zia dan Kyai Azam. lalu meninggalkan pesantren Darul Fallah .

Sepekan kemudian, Septia datang kepesantren bersama kedua orang tuanya. Septia datang tanpa membawa Beberapa perlengkapan untuk perempuan seperti seserahan Hal itu membuat Kyai Azam dan Umi Zia kebinggungan . Saat berada didalam Rumah Kyai Azam , wajah Sasi tertunduk malu . "nduk ambilkan minuman buat tamu kita ini" pinta Kyai Azam kepada Sasi "enggeh pak"
"seperti yang saya katakan beberapa hari yang lalu,  saya ingin meminang anak pak Kyai . Adibah Sasi Kirana."
"apa kau sudah membawa sesuatu itu, nak Septia" tanya kyai  azam
"insya Allah sudah. kyai , orang tua saya yang saya bawa kemari, Saya tidak membawa sesuatu yang berkilau seperti emas atau pun harta benda yang memang menurut saya bukan itu yang Sasi inginkan. saya membawa orang tua saya dan niat tulus serta Rindho dari orang tua saya , Saya Septia Rahmansyah, ingin meminang Adibah Sasi Kirana, ingin mengambil alih tanggung jawah Kyai Azam dan Umi Zia sebagai orang tua yang dihormati oleh Sasi, saya tidak bisa memberikan harta benda atau barang-barang mewah, tapi insya Allah , saya akan berusaha keras untuk membahagiakan Sasi Dunia Akhirat.  mencintai Sasi dengan sepenuh hati dan ingin menjadi imam yang baik untuk Sasi, menjadikan Sasi sebagai ibu dari anak-anak saya dan Mencintai Sasi hingga Allah memisahkan kami . Allah menjadi saksi atas janji saya ini,  pak Kyai" ucap Septia tegas
"Nak Septia, saya hargai apa yang Nak septia katakan barusan. tapi keputusan ada pada Sasi, biar sasi yang memutuskan... Sas.. kemari. Nduk" panggil Kyai Azam pada Anak semata wayangnya itu
"apa tanggapanmu atas pinangan Septia ini ?"tanyanya pada Sasi
Septia terlihat gelisah menanti jawaban Sasi, dia sadar seperti merindukan bulan ada dipeluknya, namun ketika apa yang ada dihatinya tak pernah dia lakukan, maka Penyesalan yang akan menhantui hidupnya.. Cukup lama Sasi terdiam, Septia pun tak bisa diam meremas-remas tangannya. menunjukkan bahwa perasaannya saat ini dipenuhi dengan  kecemasan .
"bagimana, nduk ?" tanya Umi Zia
"seperti yang saya katakan sebelumnya , bahwa seseorang yang ingin meminang saya, saya pinta untuk membawa sesuatu, dan sesuatu itu saat ini juga dilakukan oleh Mas Septia. saya hargai hal ini.sesuatu yang saya inginkan bukanlah barang mewah, ataupun tanah dengan luar berhektar-hektar, sesuatu yang saya inginkan adalah keikhlasan dan niat yang tulus. Bismillahhirohmanirrohim .. Saya menerima lamaran Mas Septia .." jawab Sasi lembut
"Alhamdulillah ... barokallah .." seru seisi ruangan . Septia tak henti-hentinya mengucap syukur atas jawaban Septia.
airmata haru membasahi pipi umi Zia, dan Sasi langsung memeluk Uminya itu.
"Selamat ya, lee.. kamu mendapatkan jodohmu sekarang .." ucap ibu Septia ,septia pun langsung memeluk ibunya dan mengucapkan terima kasih.

The End 

Komentar